Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Generasi Muda

2 min read

Hari ini diberikan kesempatan untuk mengurusi pajak motor sendirian. Bersama dengan abah berangkat ke samsat yang ada di tanjung, aku dibiarkan sendiri untuk mengurusi pembayaran pajak. Dan disana ternyata 90 % diisi oleh para lelaki -.- Jika difikir-fikir memang sebagian besar pengguna kendaraan itu adalah pengguna lelaki kan?

Eh, tapi bukan itu pembahasan yang akan ditulis dalam catatan ini, ini memang tentang lelaki tapi lelaki yang dikatakan pemuda, dan pemuda itu tak hanya lelaki saja kan? Ada perempuan juga kok. Ya, lelaki dan perempuan yang masih muda atau biasa disebut pemuda maksudnya, Lah mereka kan emang masih muda makanya disebut pemuda, Lalu kenapa?

Ah, lalu perjalanan pulang bertemu dengan tetangga sebelah yang telah selesai bekerja sebagai “tukang” di desa yang cukup jauh dari tempat kami. Beliau sedang menunggu angkot yang berjalan menuju desa kami. Akhirnya Aku dan Abah memberhentikan mobil dan mempersilahkan bapaknya untuk masuk ke dalam mobil. Bapaknya dan Abah saya merupakan teman akrab saat masa kecil dulu. Tak lama kemudian mereka mulai mengobrol, dari mulai urusan pekerjaan, urusan mobil, hingga sampai pada urusan pemuda. Yang terakhir ini cukup menarik bagi saya. Karena dengan tanpa saya ketahui, ternyata banyak para pemuda di desa saya yang melanjutkan studi di perguruan-perguruan tinggi yang cukup boanfit. Dari obrolan yang disebutkan bapaknya, kebanyakan anak-anak yang melanjutkan kuliahnya itu ke Barat, ada yang di Jakarta (UNJ, UMY, UIN, UNIVERSITAS JAYA BAYA tempat kuliah anaknya), dan banyak juga yang di jawa barat (UPI, UNPAD yang cukup banyak).

Ternyata banyak juga para pemuda di desa saya yang sekarang sudah mulai tergerak untuk meningkatkan derajat orangtuanya dengan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Dulu sih bisa dihitung berapa gelintir anak yang mau melanjutkan pendidikannya hingga bangku kuliah. Yang ada perempuannya langsung menikah, dan yang laki-laki langsung merantau ke jakarta untuk bekerja “otot”.

Ya, mereka adalah harapan orangtua untuk dapat meningkatkan kualitas hidup. Lalu apa yang dilakukan kita selanjutnya? Ini jelas merupakan tanda tanya besar, bagi mereka dan juga bagi saya sendiri sebenarnya. Kita yang berada di bangku kuliah sangat terleha dengan suasana kampus, ada yang berjuang dan belajar keras, yaaa meskipun ada juga yang menjadi kan kuliah sebagai ajang untuk pamer semata.

Ini merupakan pekerjaan besar untuk kita. Apa yang kita tanam saat ini akan kita petik nantinya untuk meningkatk kualitas hidup selanjutnya. Kualitas hidup yang lebih berkualitas dari orangtua kita, seharusnya. kualitas generasi yang lebih intelek dari para tetua, seharusnya. Tapi kualitas generasi yang lebih faham tentang agama, bagaimana? Untuk hal yang terakhir ini, kaca kecil pun sudah mampu memberikan jawaban dari pertanyaan terakhir tadi. Tidak perlu melihat jauh-jauh, di sekitar kita saja, pemuda semakin banyak yang jarang mengunjungi masjid untuk shalat, remaja masjid saja ramai tetiba ketika ada acara-acara besar saja, karang taruna? Tidak terdengar sama sekali malah. Yang ada malah pemuda itu terlihat ramai saat ada acara volly ball, dan saat ada organ tunggal. Oh iya ada lagi, saat acara nikahan, dan yang biasa kita lihat itu di tongkrongan-tongkrongan tempat main games playstation dan di pinggiran jalan saat malam. Bisa diukur kan kualitas keagamaannya seberapa?

Ah, Siapa sih yang tahu tentang kita nanti? Ya, hal itu bisa dilihat dari upaya kita saat ini. Lalu harus bagaimana kita saat nanti? Nanti, mau nanti saja kamu melakukan tindakannya? Memangnya saat ini kamu tidak bisa melakukan hal yang bermanfaat secuil pun yang bisa menunjukkan perubahan? Nanti atau sekarang itu cuma permasalahan waktu, tapi perubahan itu tak melihat waktu, ia akan terus menggerogoti kita dengan berbagai bentuk “godaan” yang menjadikan penurunan kualitas kebaikan, sedangkan kita saat ini masih diam saja, lama-lama zaman akan memakan “nilai” kebaikan dengan hanya dibayar oleh uang. Mau generasimu seperti itu?

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!