Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Skenario

1 min read

Kemudian kita menjadi terpaku, dengan kuatnya, begitu lama, tanpa kedip, tanpa mundur, pun melangkah. dan suasana kemudian menjadi hening. sesekali reriuh angin lewat menghampiri keterdiaman ini. Namun kita tetap diam.

Kita saling diam dalam tempat yang berbeda. Memang tak ada hal yang mengharuskan kesamaan suatu hal karena bersama-sama kan? Tapi kita bisa merasakan hal karena kita ada, menghadirkan kita dalam hati, menghadirkan hati dalam masing-masing dari kita.

Tapi kenapa harus diam? Tenang sayang, ini bukan tentang pertanyaan kenapa lagi dari yang sekian tanya sering terlontar dari mulutku. Tapi ini tentang bagaimana?

Ah iya jelas, bagaimana tidak? dari sekian jarak, ada sejuta rindu yang menyeruk. Dari sekian bahagia, ada sejuta syukur yang terucap. Jika ini terasa sangat berlebihan, seseorang yang mengalami hal ini karena dilanda jatuh cinta mungkin wajar merasakannya. Lalu bagaimana kita bisa lebih daripada ini saat bertemu dengan-Nya?

terlihat seperti ‘menggurui” ya? Iya sih, tapi bukannya kita sehari-hari justeru sering bertemu denganNya daripada dengan orang yang kita cintai.Engkau tentu tahu tentang ini, rindu ini memang kuat, tapi hendaknya azzam kita pun menguat dengan mengatasnamakan Dia atas segala apa-apa yang kita lakukan. Kau terlihat sangat sempurna, tapi itu bagiku. Tapi kau tahu, kita akan telihat lebih sempurna dengan segala ketampanan dan kecantikan hati kita. Iya kan?

itu sebabnya aku sering terdiam. Mensyukuri ini rasanya masih belum berarti, jika kita hanya melenggangkan cerita tanpa menghadirkan Sang Maha Sutradara yang akan dengan teliti dan cermat mengarahkan segala impian kita. Saat ini mungkin jalan kita masih berjejal, atau bahkan mungkin nanti akan lebih berjejal. Tapi kamu masih kuat kan? jangan pernah bosan untuk menguatkan ya.

Diam ini mungkin takkan bisa menjawab skenario-Nya, tapi setidaknya aku sudah menerawang sedangkalnya akal, dan kututup dengan syukur.

Allahummarzuqnii hubbaka, wa hubba man yuhibbuka, wal ‘amalalladzi yuqorribunii hubbaka. Amien.

Krapyak, 15 Agustus 2014. 22:49

Selingan ditengah skripsi.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!