Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Senja di Candi Ratu Boko

1 min read

Seharian ini kita habiskan waktu bersama. Sembari menunggu senja terbenam, meskipun akhirnya hanya melihat sepenggal dari matahari yang mulai menghilang. Senja kali ini lebih bersejarah dengan suasana rindu dan alam yang menawarkan cerita masa lalu.

Menelusuri jejak-jejak bersejarah itu menyimpan tanya tentang bagaimana dahulunya, Bukan? Kita selalu terpatri pada sebuah alasan dari suatu peristiwa, itu sedikit alasan yang membuat kita ingin belajar tentang sejarah. Ya, setidaknya mengunjungi tempat-tempat bersejarah menjadi wadah kecil untuk menambah keimuan kita. Karena kita pun kelak akan menjadi sejarah  untuk anak-cucu kita nanti.

Entah kenapa tempat kita melepas rindu itu kebanyakan merupakan tempat-tempat bersejarah. Ya setidaknya, mungkin kita kelak bisa belajar dan mengambil hikmah dari sejarah masa lalu dengan bonus foto-foto keren gitu kali yaa , Hihi :D. Saat berjalan menelusuri setiap ruang dan alam yang dilewati, terkadang aku berjalan mendahului karena terkesima oleh  keindahan yang ada di depan mata. Tapi kemudian sadar, ada seseorang penting dibelakang kita. Maka kemudian aku menoleh ke belakang dan mencoba mensejajarkan jalan kita supaya beriringan. Ya, berjalan beriringan disampingmulah momen yang paling penting dalam setiap perjalananku. untuk selalu tetap melangkah bersama kemanapun kita menuju, saling menguatkan untuk setiap tekad yang terpatri, dan selalu ada bait-bait doa yang kita langitkan bersama. Saat seperti itu, senyuman sebagai representasi angan kerap muncul sesekali.

Dan…kali ini berkesempatan untuk melihat keindahan Candi Ratu Boko. Candi peninggalan Hindu ini konon muncul pada masa Dinasti Syailendra sekitar abad ke-9 M. Sebenarnya sepanjang penelusuran candi Ratu Boko rasanya masih belum puas. Sepanjang mata memandang, candi ini berbeda dengan candi pada umumnya. Mungkin karena bangunannya sudah tua dan banyak dan runtuh. Tidak ada bangunan yang berbentuk candi yang biasanya kita temukan.

Bangunan yang pertama kali ditemukan adalah gerbang yang cukup besar dengan rerumputan hijau yang mengelilinginya. Banyak orang yang mengambil foto disana. Sepertinya tempat ini merupakan tempat utama yang sangat direkomendasikan ketika berkunjung kesana.  Tapi menurutku, rerumputan hijau itu lebih menarik untuk dijadikan objek foto dengan latar belakang gerbang itu. Hijaunya rumput memberikan kesejukan dengan latar yang mengingatkan kita pada Kuasa-Nya.

image

Tetiba iseng fikiran kita saat melihat penyatuan antar bebatuan besar yang ada di candi ratu boko ini, bahkan di setiap candi-candi yang kita temui. Setiap bebatuan menyatu dengan kuatnya hingga berpuluh-puluh bahkan hingga ratusan tahun. Padahal itu buatan manusia zaman dahulu, tidak ada semen atau semacamnya yang kata iklannya mampu menguatkan bangunan. Tapi ini ajaib! Kemampuan manusia zaman dahulu mampu menciptakan bangunan sangat kuat, tahan lama dan arsitektur yang indah. Setidaknya ini menjadi hal yang patut direnungkan.

Bahwa kita sebagai manusia zaman sekarang setidaknya memahami bahwa menjaga itu butuh kekuatan sedari awal hingga akhirnya. Butuh keterkaitan agar tak terselip hal yang merusak ditengah perjalanan. Dan menyadari bahwa tak selamanya akan dapat berbentuk utuh. Perlu ada perbaikan dan saling memperbaiki untuk tetap terciptanya keindahan.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!