Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Hidup Minimalis di Belanda

2 min read

Danielle Sanson windmill minimalist 2626 7696

Hai, ada berapa baju di lemarimu? berapa baju yang paling sering kamu gunakan?

Ngobrolin tentang fashion memang tidak akan ada habisnya. Tapi, seperti cerita saya sebelumnya, saya sedang cukup antusias  untuk hidup Minimalis. Akhirnya saya beranikan diri untuk menerapkan Minimalis sebagai gaya hidup saya, meski masih sedikit-sedikit.

Sebenarnya hal tersebut saya lakukan karena saya berkaca juga pada diri sendiri. Gaya hidup bisa diterapkan bisa jadi karena memang sebenarnya beberapa hal sudah mendukung ke arah sana. Atau beberapa hal tersebut harus benar-benar dirubah untuk menuju gaya hidup yang lain. Jadi, sebenarnya gaya hidup itu ya kembali kepada masing-masing lagi. Berat atau ringan melakukannya, kembali pada diri masing-masing.

Saya sendiri bukan tipe orang yang sering berbelanja untuk hal-hal yang bersifat tiap bulan belanja baju. Bukan juga tipe orang yang sering beli aneka model tas, apalagi sepatu.

Untuk gaya hidup seperti belanja baju, kayaknya setahun hanya sekitar 2 atau 3 baju saja. Beli tas, 4 tahun kuliah setia donk dengan satu tas backpack threeray untuk acara apapun. Baru punya tas cewek slempang itu setelah kkn. Itu pun masih awet sampai nikah. Kalau sepatu, beli laginya kalau sudah rusak.

Yang sering saya lakukan tanpa sadar, dan ini adalah hal yang tidak baik, ialah membeli printilan. Alasannya cuma satu, unyu. Akan tetapi, ternyata barang-barang ini adalah hal yang paling bingung untuk didaur ulang ternyata.

Baca juga : Minimalist enthusiast

Maka, gara-gara pengalaman boyongan kemarin, saya semakin bertekad untuk menerapkan hidup Minimalis di sini. Alhamdulillah dimudahkan.

Hal-hal yang Mendukung Gaya Hidup Minimalist di Belanda

1. Tidak pusing untuk urusan baju

Saya lihat-lihat, sepanjangan jalan orang-orang di sini lebih sederhana dalam model berpakaian. Begitupun juga saat saya berada di toko baju. Bajunya tidak neko-neko, berrempel-rempel, atau warna-warni begitu. kebanyakan berwarna hitam, polosan, dan desainnya sederhana. Tapi, saya perhatikan lagi, mereka lebih mempentingkan fashion di jaket mereka daripada baju-baju mereka. hihi, CMIIW.

Maka saya pun mendapati hal demikian, baju-baju yang saya bawa dari Indonesia benar-benar banyak yang tidak terpakai. Kebanyakan agak ribet jika dipakai di sini, lainnya karena kurang sesuai dengan cuaca di sini.

Jadi untuk tinggal di eropa lebih bagus jika membawa baju-baju berbahan katun seperti kaos dan bahan-bahan yang mudah menyerap keringat. Baju-baju tersebut cocok dipakai di musim dingin, cocok juga dipakai di musim panas. Sesekali saya memakai baju berbahan polyester yang ada badan jadi gatel-gatel deh.

2. Mendapati rumah bekas orang Indonesia

Keberangkatan ke sini alhamdulillah sangat dimudahkan. Orangtua yang sempat ingin menunda gara-gara khawatir nggak dapat rumah. Untungnya 3 bulan sebelum kuliah si Ayah dimulai, sudah ada kepastian rumah.

Untungnya lagi, saya mendapati rumah bekas tempat tinggal orang Indonesia. Jelas ada banyak keuntungannya nih.

Beli segala macam furniture? Nggak perlu juga. Ya itulah untungnya dapat rumah bekas orang Indonesia. Barang-barang sisa penghuni rumah sebelumnya diberikan kepada kita. Biasanya ada yang berbayar, tapi untungnya kita mendapati semua furniture tersebut secara gratis. Haturnuhun pisan Pak, Buk.

Yang membuat saya sebagai isteri semakin senang, perkakas dapur hingga alat-alat baking ada dan lengkap. Kesempatan emas banget kan buat saya belajar bikin kue-roti-cake dan teman-temannya.

3. Beli barang bekas kualitas bagus

Selama ini saya rajin belanjanya di sini, Mamamini.

Mamamini ini adalah Toko bekas yang ada di Groningen. sepertinya di Belanda ada banyak macamnya dengan nama yang bermacam-macam. Nah, yang menarik dari Mamamini ini adalah, hasil penjualannya akan disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, kita juga bisa menyumbangkan barang-barang kita untuk di jual di toko mereka. Menyumbangkan ya, jadi nggak dibayar sama sekali.

4. Lungsuran berfaedah

Di sini ada juga komunitas muslim Indonesia lho, namanya DeGromiest. Nah, berkat adanya komunitas ini salah satu hal yang diuntungkan adalah kita dapat lungsuran aneka macam kebutuhan rumah.

Biasanya mereka yang akan for good/ kembali ke Indonesia banyak memajang barang-barang untuk disumbangkan. Selain itu, barang-barang sudah tidak digunakan juga meraka lungsurkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Jangan salah lho, barang-barangnya masih bagus-bagus. Nahla aja dapat beberapa baju untuk winter dari kak Karisma yang sudah for good duluan.

5. Pengelolaan sampah yang teratur

Tinggal di sini juga dimudahkan dengan adanya jadwal untuk pembuangan sampah. Kemarin saya mendapati surat dari Gementee tentang jadwla pembuangan sampah. Segala macam sampah ditangani oleh mereka lho.

Aneka macam sampah pun sudah dikelompokkan. Dari mulai bak sampah yang ada di setiap pojok apartemen. Sampah bekas perayaan Hair Natal dan Tahun Baru, sampah baju dan elektronik, sampah kertas, hingga sampah yang berbahan kimia.

Jadi, jika ada barang-barang yang sudah tidak terpakai, ya buang pada tempatnya. Yang pasti kita sebagai warga di sini tugasnya cukup manut dengan jadwal tersebut, dan manut untuk tidak salah membuang sampah. Denda besar lho. Eh tapi, sampah di sini juga pajaknya lumayan besar juga.

Demikianlah, ulasan saya untuk menjalani hidup Minimalist di Belanda. Sejujurnya saya ingin memasukkan beberapa foto, tapi gagal terus. Mungkin ada pembaca yang tahu solusinya?

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

27 Replies to “Hidup Minimalis di Belanda”

  1. Serunya tinggal di luar negeri. Alhamdulillah kalau sudah bisa mulai hidup minimalis, mbak. Saya masih struggling nih, soalnya suami hobi banget numpuk barang. Biasanya kan ibu-ibu ya yang suka printilan lah ini malah kebalikan. –Lah malah curhat–

    1. Haha, saya jg kadang gt sih. gapapa mbak sedikit2 terus dibilangin gt. Sama jg masih tahapan kecil kok utk hidup Minimalis. Salam kenal mba zuzu

  2. Saat ini saya juga sedang berjuang untuk hidup minimalis. Membelu yang dibutuhkan saja, bukan karena unyuuu atau lucu tapi tidak berfaedah. Selain karena membuang-buang uang hal itu juga semakin memperbanyak barang yang unfaedah dirumah kita. Wah mbak senang ya bisa tinggal di Eropa, semoga suatu saat aku bisa jalan-jalan ke Eropa, secara kotanya bagus-bagus impianku banget itu.

    1. Yeay nemu temen sepemikiran. Semoga nanti saya balik Indo jg konsisten nih Minimalisnya. Godaan ya bnyk e kalo di Indo tuh. Haha. Amiin, semoga kesampaian mbak. 😊

    1. iya mbaak . nggak cuma charity maupun thrift store. dari sesama org indo aja kita suka saling melungsur barang, selain mengurangi beban kalo mau for good, juga membantu bgt buat new comer.

  3. Waaaah kak ghinn. Jackpot bangettt dapat perlengkapan masak lengkaap gitu wkwk. Hoki yaaah.
    MasyaAllah berkah beneran daah rumahnya. Aamiin

  4. MasyaAllah alhamdulillah sekali bisa punya kesempatan hidup di negara 4 musim kak, kapan-kapan berbagi tentang wisata disana kak, aku suka penasaran sama Belanda

    1. Kemarin selama di sana nggak gt sering jalan2 karena suami kudu fokus kuliah.. Sempet ke Amsterdam dan wageningen doank. Udah ada di postingan kok

  5. Kalo hidup minimalis dan didukung sama semua anggota keluarga di dalam rumah sih oke oke aja yaa bisa terlaksana. Ini masalahnya cuma aku seorang yang pengen banget nerapin gaya hidup ini. Si suami mah masih maksimalis nih 🙁

  6. Aku mah neng, dulunya maximalis banget. Kalau pergi kuliah suka ribet, karena nggak pengen pakai baju yang sama. Padahal teman-teman juga gak ada yang inget tuh kalau aku jarang pakai baju yang sama. Gitu juga dengan sepatu dan baju.

    Semakin berusia, ternyata baju yang saya pakai bukan makin modis, tapi makin yang itu itu aja. Cuman sampai 2018, saya masih nggak bisa menghilangkan kebiasaan beli sepatu, dan jaket.

    Makanya kalau dirimu balik lagi ke Belanda, gak usah beli mantel, jaket dan (sepatu kalau seukuran), pilih salah satu punyaku aja.

    Sekarang jauhhhh lebih membaik dong, dan jauh lebih hemat buat suami tentunya.. Alhamdulillah walaupun blessing in disguise.

  7. menarik banget mba, saya baca ini sambil senyan-senyum banyangin juga gimana rasanya tinggal di luar negeri. stay safe ya untuk kak Gina dan keluarga, terima kasih sharingnya

  8. Iya mbak ghin, padahal aku pengin lihat visualisasinya berupa foto mbak ghina, emalah gak ada. Kenapa mbak emangnya kendalanya? ini wordpress bukan, ya? ketik kotak lalu nanti muncul ikon pilihan, nah disitu ada tulisan add gambar, pilih gambar, post. Gitu mbak ghin kalau wordpress.

    Anyway memang hidup minimalis itu sungguh memudahkan sekali ya mbak, gak perlu banyak barang intinya disitu ya…

    Ditunggu cerita-cerita lainnya tinggal di Belanda ya mbak ghin sekalian dikasih foto ya mbak ghin, asyik!

  9. Duh aku jadi inget dosenku pas S2, beliau pinter juga kaya lah secara materi. Tapi bajunya cuma 2 macem kaos item sama kemeja item. Temennya dosen yg ngajar kami juga bilang, itulah org cerdas yg ga mau buang2 energi otaknya buat mikir besok pake baju apa yg mana. Masya Allah

  10. aku sempet ni bayangin gimana ya rasanya hidup di LN? dan kayaknya asyik banget gitu, karena liat orang-orang yang happy terus, hihi.. Tapi memang tergantung orangnya sih ya, hihi..

  11. Seneng baca ceritanya, semoga bisa juga nyaksiin langsung kehidupan di belanda. Alhamdulillah kalau baju aku udah jarang beli, tapi tiap mau minimalis, ada aja dapet kiriman baju dari orang, jadi tetap bertambah, kadang suka bingung kalo udah gini, tapi masih terus mencoba hidup minimalis sebisa mungkin…

  12. Duh, beruntung banget ya Mbak, dapat banyak bonus waktu pindah ke Belanda. Rezeki anak soleha, hehe.

    Sejak tidak bekerja, saya mulai menerapkan hidup minimalis, nih. Baju sudah mulai dibagikan, tapi kok tetap masih ada tumpukan juga ya, kayaknya belum banyak yang berkurang. Hadehh, belum minimalis.

  13. kalau saya harus butuh belajar lagi untuk hidup minimalist soalnya agak sedikit sulit sih jika harus benar-benar fokus, btw jadi pingin ke luar negeri nih ^^

    1. Hai, Mba Annie nugraha. Salam kenal juga. Terimakasih berkunjung ke blog saya mbak An.. Model tulisannya memang sengaja dibuat seperti orang ngobrol, karena ini blog personal, hii

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!