Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Pergi ke Amsterdam Lalu Makan di Restoran Malaysia

2 min read

nahla asmterdam

Hari kamis minggu kemarin, tiba-tiba suami bilang mau Amsterdam. Bahkan saya tahu hal ini lebih dulu dari temannya, bukan dia. Usut punya usut, ternyata mereka mau reuni penerima beasiswa itu.

Antara senang dan sedih sih. Senang karena akhirnya bisa jalan-jalan yang agak jauhan dikit. Meski masih di Belanda aja. Sedih, karena ini akan memotong jatah darurat untuk for good yang sudah semakin dekat.

Tapi, baiklah. Dinikmati saja. Let’s Go!

Menunggu Teman di Bandara Schipol Lalu Jalan-jalan ke Dam Square Amsterdam

Kita menunggu cukup lama di Schipol. Nunggu temannya suami – Pak Nof – yang tak kunjung datang juga. Dia dalam perjalanan dari Turki-Amsterdam, seharusnya sudah sampai ketika tepat kita sampai juga di Schipol.

Perjalanan kali ini ditemani lagi oleh temannya suami – Pak Has dan Mbak Ri be serta anaknya kakak Rizhan – yang memang tinggal di sini. Sebagai Tour Guide kita ceritanya. Ada duo bocil turut meramaikan perjalanan kami dengan segala tingkah lucu mereka.

Karena lama menunggu, kita puas-puasin saja foto-foto ria di depan tulisan ‘I Amsterdam’ yang melegenda itu. Cekrek sana cekrek sini, dengan berbagai gaya. Sampai akhirnya bosan sendiri.

amsterdam, here we are
Family Potrait

Hingga akhirnya 3 jam kemudian temannya suami yang dari Turki pun datang. Sudah diduga, pesawat telat.

Hari sabtu kala itu sebenarnya cuaca sangat cerah. Tapi, karena waktu sudah sore, itinerary yang sudah disusun tidak bisa diselesaikan saat itu juga.

Seusai para Bapak reuni, kita melanjutkan perjalanan untuk sholat. Untungnya rumah teman suami tidak begitu jauh dari Schipol.

DAM square Amsterdam

Selanjutnya, waktu sore sekalian menunggu maghrib tiba, kita jalan-jalan di DAM Square. Ini merupakan pusat kota dari Amsterdam.

Untuk menuju ke sana kita harus naik Trem. Ini merupakan kali pertama saya naik Trem. Hampir sama seperti kereta, hanya saja, Trem ini jalannya di jalan raya juga. Jadi, kalau lewat nggak ada palang penghadangnya.

Di sini lumayan banyak Trem sebagai kendaraan umum. Selain bus dan kereta tentunya. Hal tersebut karena Trem tidak terlalu menyita jalan. Meski sih, jalanan di sini juga lumayan besar sih. Namanya juga Kota Besar ya.

Suasana Amsterdam sungguh ramai. Sangat berbeda dengan suasana Groningen. Di sini, sepeda benar-benar menguasai jalanan. Kendaraan pun lajunya cukup cepat. Bahkan, lajur pejalan kaki menjadi samar, soalnya orang berlalu lalang saja meski tanda untuk pejalan kaki belum hijau.

Baca juga : Ramadhan dan Berkah Makanan

Ada lumayan banyak bangunan tua di sini. Beberapa sudah beralih menjadi pusat pertokoan. Tapi, keramaian ini malah membuat saya tidak fokus untuk memperhatikan satu demi satu bangunan dan hal-hal baru di sekitar DAM Square. Yang saya temui hanya kanal yang sempat masuk dalam pembuatan film Si Doel the Movie.

Icip-Icip Makanan Indonesia di Restoran Malaysia Amsterdam

Menjelang malam, kita berhenti di Rumah Makan Malaysia. Saya sebenarnya agak ragu untuk kecocokan lidah masakan Malaysia. Maklum, kesana pertama saat makan di Bandar Malaysia, makanan yang saya pesan sangat tidak cocok di lidah.

Tapi, ternyata warung makan ini cukup ramai. Padahal tempat makannya sempit. Hanya ada 6 meja makan.

Saya lumayan bengong melihat menu dan harganya. Menunya hampir sama dengan menu masakan Indonesia. Tapi harganya, membuat saya terperanjat. Lebih-lebih harus cash.

Agak aneh juga sih, kok masih ada ya toko yang menggunakan cash, only cash lho soalnya. Padahal kebanyakan toko di sini kan sekarang selalu menyediakan pembayaran cash dan Pinnen atau card.

Ya sudah, kebingungan dan kebengongan itu pun teratasi. Alhamdulillah dapat traktiran. Makasih banyak lho Pak dan Mbak Has.

Seusai makan malam, sekalian menurunkan isi perut yang kekenyangan, kami jalan jalan. Menyusui sepanjang pusat kota. Masuk di beberapa toko. Muter mencari warung Albert Heijn. Lalu pulang.

Kita para Ibu hanya manut saja mengikuti ke hendak para Bapak yang sedang melepas kangen ini. Untuk urusan belanja ternyata mereka heboh juga.

Ada kejadian kocaknya nih. Tas Pak No sudah hampir copot set pad-nya. Bayangkan saja, dia membawa barang lumayan banyak setelah perjalanan ke Turki 3 hari dengan tas gendong yang hampir copot itu. Ditambah sepanjang jalan-jalan dengan jalan kaki di DAM Square, pegal sekali pastinya.

Lalu apa yang terjadi? Iseng kan kita menawarkan toko tas yang lumayan miring harganya. Eh ternyata dia beneran beli tas do sana. Bahkan langsung me indah kan barang-barangnya dia di toko tersebut. Setelah itu, tas yang rusak itu langsung dibuang ke tempat sampah. #Horangkaya 😂

Ternyata para bapak nih lumyana kocak juga. Padahal duo bocil udah lemas aja dibawa jalan kaki terus.

Perjalanan hari ini pun dicukupkan. Badan sudah lelah. Hari pun sudah semakin gelap. Saatnya istirahat.

Kita tidak menginap di rumah teman suami yang menjadi tour guide kami. Untungnya, suami sudah ada teman lain yang siap menampung kami. Dalam perjalanan begini, ada teman-teman yang tersebar di mana-mana itu sangat membantu. Untuk saling direpotkan.

Pukul 10 kami sampai di Uinstede. Rumah teman suami yang ini lumayan besar. Ada tiga anaknya yang meramaikan malam ini. Bahkan anak saya akhirnya baru tidur sekitar pukul 11 malam.

Sepanjang jalan, Nahla memang sedikit mengoceh. Hanya sering diajak bercanda sama temannya, sedikit teriakan dan respon tertawa saja banyaknya. Maka, saat bermalam Di Uinstede, dia tiba-tiba langsung cerewet, main sana sini, dan nonton tivi terus.

Lalu besok harinya kita kemana? Tunggu di postingan selanjutnya yaaaa. Cekidot.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

9 Replies to “Pergi ke Amsterdam Lalu Makan di Restoran Malaysia”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!