Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Metamorphosa Belajar Bahasa

3 min read

blur candle close up 207700

The more you practice, the more you remember.

9 tahun yang lalu, saya mencoba menginjakkan kaki di Kampung Inggris, Pare. Ekspektasi saya saat itu sangat tinggi. Saya sudah membayangkan nih, nanti setelah selesai program pasti saya sudah bisa ngomong casciscus nih, fikir saya.

Program yang saya ikuti adalah program paket Grammar dan Speaking dalam waktu satu bulan. Jadi, dalam sehari ada 3 pertemuan. Kala itu, ya materi selesai, ganti materi lain. Suasananya persis seperti sekolah.

Saya dan teman saya pun tinggal di asrama. Di asrama kita wajib donk ngomong dalam bahasa inggris. Ada program pula di pagi dan malam harinya.

Waw, amazing nih, sebulan ngomong terus dalam bahasa inggris, donk? heuheu, nyatanya ya nggak ngomong bahasa inggris terus. Kendalanya karena kita sendiri belum bisa banyak ngomong bahasa inggris, lawan bicara juga begitu, dan jarang ketemu tutor. Daaarrr! jadi lah keseharian kami ya banyak ngomong pakai bahasa Indonesia.

Sebulan pun berlalu, saya ternyata masih nggak bisa ngomong atau nulis dalam bahasa inggris. Bayangan saya di awal pun buyar. Tapi, buyar ya buyar aja, terus nggak ada usaha serius lagi untuk bisa ngomong dan nulis bahasa inggris.

Ya sudah, semuanya selesai. Nggak pernah baca-baca tulisan dalam bahasa inggris. Nggak pernah dengerin orang ngomong dalam bahasa inggris. Bahkan nggak pernah nulis dalam bahasa inggris. Hmmm, bye deh, pokoknya!

Padahal ya, semangat awal belajar bahasa itu sangat menggebu waktu itu. Lalu, karena merasa nggak punya guru dan nggak bisa mengatur waktu untuk belajar sendiri, kita malah bergantung sama orang lain. Sama tutor yang ngajar. Eh, sayangnya kita nggak mempraktikkan ya.

Nggak apa-apa, baru juga sebulan, kok. *plak

Belajar Bahasa Untuk Apa, sih?

Ya jelas untuk bisa ngomong dan nulis pakai Bahasa Inggris, donk. heu!

Iya, kebanyakan gitu kok alasannya. Saya juga gitu kok. Cuma ekspektasi yang muncul kebanyakan ya kayak saya pas di awal mau kursus dulu. Pengen bisa cepat menguasai dalam waktu singkat. Kalian juga gitu kan? ya kan? *nyariTemen

Jadi begini, dalam segala pencapaian impian, memang perlu kita untuk berekspektasi lebih. Tapi, tentu ada usaha lebih juga. Apalagi yang dipelajari adalah Bahasa. Ada hal penting yang perlu difahami. Antara lain:

  • Belajar bahasa seperti anak kecil

Coba deh lihat anak kecil ngomong. tidak secara tiba-tiba dia bisa ngomong dan nulis langsung kan. Semua akan bertahap. dimulai dari mendengarkan suara orangtua dan orang-orang sekitarnya. Bertambah besar sekitar setahunan sudah mulai meniru apa yang diucapkan. Semakin besar sudah bisa menyusun kata demi kata. Lalu tambah besar lagi, dia mulai latihan membaca. Menginjak bangku sekolah, baru deh mulai belajar menulis.

Hal terkuat dari bahasa yang diucapkan sehari-sehari tentu bahasa Ibu-nya. Bahasa yang sering dipakai sehari-hari. Anak bayi pun akan lebih kuat ingatannya pada hal yang diulang berkali-kali. Maka, komunikasi adalah salah satu sarana kuat untuk mengaplikasikan bahasa.

  • Tidak ada cara Instan untuk mencapai impian

BIG NO! Anak kecil aja yang otaknya mudah menangkap suatu hal nggak serta merta ngomong casciscus dan nulis langsung kan. Ada prosesnya. Bikin mie goreng yang katanya instan aja nggak se-instan kayak sihirnya Pipiyot atau Peri Nirmala yang pakai bimsalabim langsung jadi, kan?

Jadi kalau ada tawaran cara cepat belajar bahasa dalam sebulan kamu bisa casciscus gitu, heum, saya sih ragu!

  • Menjadikan bahasa sebagai Keterampilan

Bahasa untuk komunikasi. Maka, bahasa adalah sebuah keterampilan. Ini nih, kunci utama banget. Saya dibilangin begini sama tutor saya tiba-tiba saya melongo meresapi ucapan beliau. MAKDEG! Pas dibilangin begitu, nggak tahu kenapa kata itu terus terngiang-ngiang di benak saya. Menjadikan bahasa sebagai keterampilan berarti kita menerapkannya dalam keseharian kita. Kita melatih kemampuan bahasa kita. Bukan baru latihan kalau dikasih soal aja. Heum.

Tapi, emang kok. Kan belajar bahasa saat di sekolah dulu ya, begitu. Baru belajar saat akan ada materi tersebut. Dan baru latihan kalau dikasih soal. Kalau nggak ada latihan dan nggak belajar, ya sudah. Bubar jalan semuanya. Lupa.

Waktu bertemu dengan materi-materi bahasa yang didapat saat sekolah ya memang saya menganggapnya bahwa bahasa tersebut adalah materi itu sendiri. Bukan bahasa sebagai sebuah keterampilan yang mengantarkan kita untuk memahami berbagai macam pengetahuan lainnya, begitu.

Padahal ternyata belajar bahasa itu ya pintu untuk membuka cakrawala juga. Kita buka dan baca buku bahasa asing nih, kalo kita nggak tahu artinya ya nggak paham blas. Tapi kalo kita tahu artinya, kita akan dapat pengetahuan baru. Semakin banyak baca semakin banyak kosakata baru kan, jadi makin menguasai bahasa asing tersebut deh.

Lalu, Belajar bahasa itu harus bagaimana?

Tentu saja harus belajar dan latihan. Sekarang ini, ada banyak sekali hal yang mendukung kita untuk belajar bahasa. Apalagi di handphone yang setiap kemana pun kita pergi selalu kita bawa, ada banyak tuh bala bantuannya disitu.

Hal pertama, kita harus mengakrabkan diri dulu dengan bahasa asing tersebut. Mengolah mulut agar terbiasa dengan pronunciation-nya. Mengolah telinga agar telinga terbiasa mendengar ocehan bahasa asing tersebut. Mengasah mata kita dengan membaca agar kosakata kita nggak mandeg itu-itu aja. Kosakata bertambah aja, kalau diajak ngobrol suka nggak keluar kan?

Hal kedua, Latihan. of course, ini adalah sebuah keharusan. Namanya mau bisa ngomong, ya kudu dilatih ngomong. Namanya mau bisa nulis, ya jelas kudu latihan nulis, toh yooo. Kalo mau-mau aja tapi nggak latihan, yasudah yang lama aja mimpinya ya!

Hal Ketiga, menjadikan hal tersebut bagian dari diri kita. Karena bahasa adalah keterampilan itu tadi, jadi gimana caranya buat bisa akrab ini yang kudu ditelisik lagi oleh kita. Karena caranya bisa berbeda-beda.

Semisal nih, menyukai topik tertentu semisal nonton video whats in my bag aja bisa lho kita suka dan mampu meresapi apa yang diucapkan oleh native tersebut. Karena kita suka topiknya, jadi kita bakal nggak bosan buat mantengin video tersebut.

Begitupun juga dalam hal membaca. Kalo kamu suka bacanya dongeng, atau topik tentang cara berdandan, baca aja terus blog-blog yang membahas tentang hal tersebut. Pasti kamu nggak bakal bosan deh karena kamu suka hal tersebut. Lambat laun, kamu bakal menguasai hal-hal tersebut.

Jelas nggak ada singkat, cepat dan instan, ya! Ada proses dan usaha kerasnya! Ganbatte!

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

3 Replies to “Metamorphosa Belajar Bahasa”

  1. Saya belajar bahasa juga otodidak, kebanyakan karena sering lihat film pakai subtitle bahasa Inggris, dan dengar lagu-lagu lawas Inggris hehe jadi terbiasa lama-lama bisa walau pelafalannya belum ala-ala Amrik or England hehehe butuh waktu lama dan nggak instan untuk akhirnya berani cas cis cus dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Tapi finally bisa juga setelah dibiasakan 😀 dan setuju, belajar bahasa itu butuh usaha dan kesabaran serta konsistensi agar nggak berhenti di tengah jalan~

    1. iyaaa setuju nih. bisa memang karena terbiasa. emang butuh konsistensi, dan yang terpenting butuh dipraktekkan yaa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!