Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Efek Gawai : Ada yang Seperti Tiada

1 min read

texting 1490691 1920

Zaman sekarang ini, tidak di pungkiri bahwa kita tidak bisa jauh dari gawai. kita tidak melepasnya. Semenit pun rasanya lama sekali. Fungsi gawai kini memang tidak hanya sekadar untuk berkomunikasi ya. Tapi, juga hiburan. Hiburan ini yang seringnya kita abai pada waktu, pada fungsi utama gawai itu sendiri. Itu menurutku, sih.

Well, aku greget ngomongin soal ini. Biar panjang lebar kutuliskan saja di sini. Agak susah tidur meski waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Baiklah, aku akan curhat, atas kejadian yang sering ku lakukan dan banyak orangtua lakukan saat ini.

Oke, gawai merawat komunikasi kita. Tapi komunikasi yang seperti apa sebenarnya? Kita siapa?

Setiap kali datang ke rumah makan keluarga. Yup, at least karena sudah beranak, jika ingin mencari tempat makan tentu perlu mempertimbangkan kenyamanan tempat. Setidaknya tidak ada asap rokok dan kondisi cukup bersih.

Tempat yang seperti itu tidak sulit kita dapatkan. Akan tetapi, ternyata yang sulit adalah mengendalikan diri kita.

Sering sekali aku mendapati suatu pemandangan yang bikin kesal tapi kok nggak bisa diapa-apain. Sekeluarga duduk di meja yang sama. Bapak, ibu dan anak-anaknya. Hal yang dibayangkan adalah terjadinya obrolan. Berbagi cerita seharian, atau bahkan berebut menu makanan. Nyatanya?

Tentu saja kita bisa menebaknya. Atau bahkan kita sering melakukannya. Yang tua sibuk bermain gawainya masing-masing. Sang anak bingung harus bagaimana karena tidak ada yang bisa diajak ngobrol atau malah mereka pun sibuk bermain gawai. Sekalipun melangkah untuk menyentuh sesuatu langsung dilarang ini dan itu.

Oh, ingin sekali rasanya kubilangin ke anak tersebut: kamu tolong bilang sama orangtuamu, ‘aku ada di sini. Jangan abaikan aku, donk!

Ini nyata dan sering sekali terjadi. Bahkan dalam keluarga kami sekalipun. Aku sadar betul ini salah, seringkali karena terbiasa menyentuh gawai, tanpa sadar aku abai. Makanya, saat aku sedang menyadari hal itu, aku minta kerjasama Nahla untuk bilang “Mamah, Ayah, stop playing phone. I wanna play with you”.

Iya, kita butuh dihentikan bahkan oleh mereka, dan mereka berhak untuk melakukan itu. Mereka butuh kita. Kita tidak dibutuhkan oleh layar yang selalu kita buka.

Anak memiliki kuasa untuk mendapati haknya dalam bermain dan menyatakan hal. Berkaca pada masa kecil sendiri, mengalami keterbatasan untuk menyatakan pendapat atau bahkan untuk bilang ‘tidak’ akan hal yang tidak disukai. Ini memang menjadi tipe pengasuhan yang banyak dilakukan oleh orangtua dulu. Anak-anak kita tidak perlu merasakan itu lagi.

Dalam keluarga, keberadaan kita saja tidak cukup. Kita harus menghadirkan diri kita. Menemani bermain, melakukan sesuatu bersama, menjadikan dia sebagai partner ngobrol, memberikan tempat dalam pengambilan keputusan. Dan lain sebagainya.

Bertanya-tanya saya nih sebenarnya, kita sibuk bergawai untuk siapa? Komunikasi? Lah, komunikasi nyata dengan orang yang ada di depan mata itu bukannya lebih utama. Kita semakin lupa bahasa lisan ya dan terbiasa dengan bahasa ketikan. Begitu?

Baiklah, tulisan ini adalah tulisan pengantar tidur karena keresahan yang menghantui. Semoga dengan tulisan ini terus mengingatkanku dan suami untuk tidak melakukan hal tersebut, dan mengurangi ya secara perlahan.

Yuk, letakkan handphone kita saat bercengkrama dengan mereka. Waktu kebersamaan kita tidak banyak lho. Mereka semakin bertumbuh, dan kita semakin menua.

Aku hadir untukmu, Nak. Come on let’s play with me!

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

6 Replies to “Efek Gawai : Ada yang Seperti Tiada”

  1. Huuaaa, ketampar dengan tulisan ini Mbak. Saya pun masih sering sibuk dengan gawai padahal anak² di depan mata Lebih jauh butuh sentuhan juga. Hikss..

  2. Bener banget. Terjadi di keluarga saya. Kakak saya sudah punya 2 anak 12yo dan 6yo… ketiganya kalo lagi ngumpul malah sibuk main hp semua. yang gede sibuk chat kerjaan, yang si kakak sibuk edit video untuk vlog yang kecil sibuk main game. Kadang pengen saya omelin satu-satu deh itu zzzz

    1. role model emang yg dewasa sih. saya pun termasuk berat buat lama2 ga pegang gadget. Maka managing of gadget itu pembelajaran buat anak maupun yg muda.

  3. Setuju banget untuk meletakkan handphone kita saat bercengkrama dengan lawan bicara. ibarat kita sangat menghargai kehadiran mereka di hidup mereka 😀

    1. iyaaa, kita seringnya nggak sadar. orang di depan mata yg jelas kita kenal ngajak ngobrol kita abaikan, eh kita malah suka sibuk sama dunia maya sana yg orang2nya nggak kita kenal sama sekali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!