Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Memperjuangkan Kemerdekaan melalui Media Sosial

3 min read

bagaimana cara memperjuangkan di melalui media sosial?

Tantangan memperjuangkan kemerdekaan di era digital ialah media sosial. Di era digital, masih saja kita temukan orang-orang yang suka sharing tanpa saring, ikut memviralkan hal yang nggak layak, literasi kita bahkan masih saja rendah meski gawai saat ini bisa membuat kita pintar jika memaksimalkannya.

bagaimana cara memperjuangkan di melalui media sosial?

Keadaan demikian tentu perlu ditanggapi serius. Karenanya, bersyukur sekali saya dapat kesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh KPPPA. Temanya menarik sekali, cocok dengan saya yang sedang asyik menggeluti media sosial dan blog. Narasumber yang diundang pun tak kalah menarik dan tentunya mereka memang ahli di bidang tersebut.

Webinar tersebut bertema ‘Mengisi Kemerdekaan dengan postingan positif’. Webinar ini dimoderatori oleh Mas Yosh Aditya Aditya. Sementara Narasumber yang diundang antara : Teh Ani Berta (Founder FemaleDigest), Amy Kamila (Content Creator, Promotor Film, dan Founder SOB), dan Kang Maman Suherman (Penulis senior).

Sekitar satu jam lebih pembahasan tentang perkembangan media diurai dengan sangat detail dan gamblang oleh para pembicara. Acara yang dibuka oleh Pak Indra Gunawan sebagai keynote speaker sudah memancing beberapa pernyataan. Beliau menyatakan bahwa perkembangan akses informasi digital adalah tantangan generasi muda. Kontek-konten yang tidak sehat berasal dari perilaku yang tidak sehat. Oleh karenanya, beliau mengharapkan dari webinar ini akan memberikan pemikiran dan ide untuk mengembangkan media sosial yang lebih positif. Yuk simak rangkumannya!

mengisi kemerdekaan dengan konten positif

Membuat Konten Positif, Yuk!

Apa sih konten yang menarik untuk ditonton? yang viral! Begitu kira-kira kebanyakan orang akan menjawab. Nah, Teh Amy sebagai pembicara pertama bilang bahwa viral itu bonus, lho! Tidak gampang untuk membuat konten yang bagus dan diminati banyak orang. Namun konten yang keren harusnya adalah konten yang bermakna dan menginspirasi perilaku positif. Kalau sudah isinya bagus dan bermakna, setidaknya kita sudah menyebarkan satu kebaikan. toh?

Baca juga : Memilih Podcast dan Blog

Kebaikan ataupun kebermaknaan adalah titik utama yang perlu dijadikan landasan dalam membuat kontek. Menurut teh Amy, isi konten itu mencerminkan pribadi pemiliknya. Tentu saja ketika melihat personal pemilik konten, orang akan melihat bahwa hasil karya tersebut adalah identitas karya anak bangsa.

Manusia yang melahirkan karya akan dikenang dalam perputaran waktu, menjadi sejarah di hari esok, dan menjadi panutan perilaku generasi penerusnya. Dampak ini tentu perlu menjadi pertimbangan dalam membuat sebuah karya ataupun konten, terutama dalam dunia digital. Bentuk karya yang dilahirkan dalam media sosial cakupannya sangat luas, dengan demikian tentu kita perlu memahami cara untuk memulainya dengan baik.

Bagaimana cara memulainya?

Lagi dan lagi niat kita memang perlu dipertanyakan lagi nih sebelum membuat sesuatu. Inget ya viral itu cuma bonus. Kebermaknaan adalah poin utama yang perlu ditekankan. Ide-ide yang bertebaran tidak perlu pula jauh-jauh. Carilah ide dari hal-hal yang sederhana, mulai dari hal-hal terdekat, dan tentu saja mulai dari sekarang!

Baca juga : Alasan menulis blog ala ghina’s Journal

Dalam alur berkarya, berikanlah kebebasan pada diri untuk berpikir. Tentu dalam membuat sebuah karya, letakkan rasa saat mengiringinya, kalau perasaan sudah bilang tidak baik, STOP, jangan dilanjut aja!  Rasa ini juga harus diimbangi dengan norma agama, konten perlindungan, dan norma bangsa. 

Tantangan dalam Bermedia Sosial

Indonesia adalah negara nomor 4 tercerewet di dunia dalam bersosial media. Banjir informasi dan kemampuan literasi masyarakat indonesia yang masih lemah, menjadikan media sosial menjadi sebuah ancaman bagi keberlanjutan sumber informasi generasi di masa depan.

Bermedia sosial memang menjadi keharusan di jaman sekarang ini. Mungkin hanya sedikit orang yang tidak memilikinya. Kemampuan sosial media yang mampu menyihir hal biasa menjadi viral dan berefek positif adalah hal baiknya, namun efek buruk dari media sosial juga telah banyak bermunculan. 

Teh Ani, sebagai pemateri kedua memaparkan bahwa sikap orang lain memang tidak bisa dikendalikan, namun kita dapat mengendalikan sikap kita. Oleh karena itu, Ayo, kendalikan media sosial secara positif mulai dari sikap berperilaku kita dalam bermedia. Jangan salah, kita sebagai pembuat konten di media ini adalah corong informasi, lho!

  • Kita adalah corong informasi bagi pemerintah; Berbagi informasi penting terkait regulasi, program dan pengumuman penting lainnya.
  • Kita adalah corong informasi bagi warga; mengangkat informasi sebagai jembatan dengan pihak terkait.
  • Kita adalah corong aspirasi bagi diri sendiri; sumbang saran dan kontribusi bagi kepentingan umum.

Pemaparan teh Ani dan teh Amy kemudian dirangkum juga oleh pemateri terakhir, Maman Suherman atau lebih dikenal dengan panggilan akrab Kang Maman.Beliau mencoba lebih memaparkan ketimpangan literasi buku ataupun literasi digital dan hal-hal penting yang harus dimiliki oleh seorang yang berkecimpung di media sosial.

Literasi Media untuk Menciptakan Media sosial yang sehat

Penekanan yang dipaparkan oleh Kang Maman memang sesuai sekali dengan kondisi literasi masyarakat Indonesia. Literasi  tidak hanya membaca semata, tapi menurut Kang Maman literasi itu juga harus mencakup literasi baca tulis, numerik, digital, finansial, sains, dan kebudayaan.

Namun, yang terjadi hingga sekarang apalagi sejak gawai pintar menguasai, justeru hanya sedikit yang memanfaatkannya untuk belajar dan memperbanyak literasi. Literasi menjadi sumber utama bagaimana perilaku bermedia sosial kita dinilai. Saat mendengarkan kemirisan yang disampaikan Kang Maman ini nadanya membuat kami ingin tertawa, meski sebenarnya bercandanya beliau menyinggung kami agar lebih melek pada literasi.

Oleh karena itu, beliau menekankan pentingnya literasi dan bersikap dewasa literasi untuk menggunakan media sosial itu sendiri. Beberapa petuah beliau antara lain dirangkum dalam 5R dan 4K. 

  1. Read (membaca/iqro). Penulis yang baik adalah yang gemar membaca. Sebelum memposting, perlu juga dibaca berulang-ulang untuk memahami baik buruk dari postingan tersebut;
  2. Research (riset). Semakin orang penasaran harusnya semakin tinggi hasrat untuk melakukan riset, terlebih dahulu. Jadi, bicara berdasarkan data, bukan katanya;
  3. Reliable (tingkah kesalahan nol). Melihat satu hal secara keseluruhan, sehingga tidak ada salah penyampaian.
  4. Reflecting (refleksi), melihat bahwa keberagaman itu adalah anugerah, beda itu tidak apa-apa, biasa;
  5. w(r)ite (tulis), menulis akan membuat pikiran lebih terstruktur.

Untuk menjadi aktif dan kreatif dalam dalam bermedia sosial, maka perlu memiliki 4 Modal atau disebut 4K yaitu : Komunikasi, Kolaborasi, kreatifitas, dan kritis berfikir. 

Pemaparan para pemateri tentu sangat bermanfaat bagi setiap masing-masing kita yang berkecimpung di media sosial. Yuk, sadar bermedia sosial dengan menyebar konten positif. Menjaga kemerdekaan Negara bisa dimulai dengan menjaga media sosial kita lebih bermakna dan bernilai untuk diri dan para pembaca kita.

Tulisan ini diikutsertakan dalam minggu tema ‘Merdeka’ Indonesia Content Creator

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

28 Replies to “Memperjuangkan Kemerdekaan melalui Media Sosial”

  1. Setuju sama penjabaran mba Ghina di atas 😍 saya pribadi justru nggak pernah berharap dan mau untuk viral, apalagi terkenal. Saya hanya mau punya circle yang cukup dan bisa memberi energi positif untuk saya. Nggak masalah kalau konten saya hanya dibaca sedikit orang, selama teman-teman yang baca bisa mendapat manfaat darinya 😄

    Eniho, perihal literasi, saya sempat baca lupa di mana, kalau orang kita ini bisa baca tapi nggak paham maknanya. Jadi semacam angin lewat saja. Dan dari tulisan itu, saya jadi kaget karena saya pun sadar kadang saya nggak bisa menangkap makna yang terkandung dari sebuah tulisan 🙈 dari situ saya belajar pelan-pelan, bukan hanya untuk baca, tapi untuk paham, dan menurut saya ini yang susah mba. As a writer myself, saya akhirnya jadi reflect semacam berpikir, apakah tulisan saya mudah dipahami pembaca? 🙈 *lha jadi curcol di tulisan, mba Ghina* 😂

    Hehehehe, eniwei, terima kasih atas insight dan ilmunya, mba. Sangat bermanfaat untuk saya 😍

    1. saya malah suka heran mbak kenapa kok orang suka sekali nonton atau baca yg viral2 gitus. Soalnya yaa mnrtku ikut2an itu nggak baik jg. Jadi benerlah kata Mbak Eno, saya juga sedang nyari gitu, viral itu repot lho. resikonya bukan hanya dikenal bnyk orang, tapi harus siap dengan segala serangan dari netijen, ngeri!

      Wah saya juga ngerasa donk mbak. Udah mah baca aja jarang, sekalinya bacanya nggak mudeng2 juga alias nggak ngerti. Katanya kalo gitu nalar kritik kita kurang yaa, kurang terbiasa juga, atau memang pemilihan diksinya yang terlalu tinggi.

      Tulisan mbak eno mah easy to read kok. Enakeun soalnya suka disisipin sudut pandangnya Mbak Eno ttg suatu hal . Semoga tulisan saya juga mudah dipahami orang2 yaa

  2. Ada banyak yang memanfaatkan media sosial untuk konten-konten posritif. Tapi, nggak sedikit juga yang sengaja menyebar/tersebar konten yang unfaedah, demi keviralan semata. sekian, ahaha..

  3. setuju nih, kebanyakan dari kita kebawa arus berita viral yang belum tentu kebenarannya, apalagi twitter, gampang banget jadi trending ya.. emg kudu hati2 dan sebisa mungkin buat konten yang bermanfaat 🙂

  4. Wah bener kali kak. Oh ya materinya sangat menarik ya dengan pembicara yang super keren tapi sayang saya kemaren gak bisa ikut sampai selesai huhu

  5. Terimakasih kak, informasinya lengkap sekali. Saya yang nggak ikut sesinya, jadi tercerahkan. Setuju bgt, content is king, jangan cuman cari viral. Yang penting bermanfaat buat yang baca ya 🙂

        1. Iya sih, perjuangan banget, Nggak kebayang juga ya mbak ikutan kelas jam 1 malam. Semangatlah yg pntg masih keekjar materinya, Mbak.

  6. Kita sudah dapat kebebasan berekspresi (dengan batas-batas tertentu), itu pun sudah bentuk kemerdekaan. Sudah semestinya kita bertanggung jawab dengan adanya kebebasan itu, ya. Bener tuh alarm norma harus nyala, perlu menahan diri juga buat sharing keburukan. Makasih sudah berbagi, Mbak.

  7. Sekarang ini semua orang gampang banget akses medsos memang ya mbak. Walau kita merasa bebas posting konten apa saja, tapi seharusnya tetap bisa dipertanggung jawabkan konten yang kita posting itu ya kan. Merdeka bermedsos bukan berarti sembarangan posting apapun ya

    1. Nggih Bu.. Setuju banget. Ini harus jd pemahaman semua orang, karena skrg bahkan jempolmu harimaumu. Literasi yg sdkt bikin cara mengakses info pun asal2an

    2. Hiburan banget emang medsos itu ya mbak. Eh, keterusan malah jadi bahaya juga karena ternyata tombol sharing ini membahayakan terutama hoax nih. Pertanggungjawabannya dengan minta maaf doank mnrt saya sih kurang berefek. Karena efek dr postingan hoax yg muncul sblmnya sudah mempengaruhi org yg baca. Makanya, saya justeru takut kalau jadi viral, hehe

  8. Kadang media sosial bisa jadi bumerang bagi diri sendiri. Apalagi sekarang sudah ada UU ITE

  9. Sepakat sih mbak, sekarang eranya digital, eranya bermedia sosial. Kalo kita ngikutin arus doang, iya iya aja pas ada informasi, dahlah tewas ntar kemakan hoax huhuhu

    Maka, solusinya kita perang pakai konten yang positif huaa

  10. Bener banget deh. Kita harus bijak dan pandai dalam bersosial media.
    Kita harus pandai membuat konten yang menginspirasi bukam sebagai provokasi sesuatu ya.

    1. kadang seringkali bingung mbak. Yang menginspirasi itu kek apa? apa iya tulisan kita menginspirasi gitu, heuheu. Tapi, bismillah emang niatnya dulu yang kudu diluruskan nih

    1. Aku ngedit-ngedit ini emang perlu disempetin kayaknya. Selain nambah-nambahin konten yg bagus, tulisanku aja sering banget typo dan tentunya kurang bnyk foto yg eye-cathcing nih.

  11. Akhir-akhir ini entah kenapa jadi bosen banget main medsos kak Ghin. huhu.. padahal lagi kondisi isolasi mandiri. justru jadi malas banget mau produktif bikin konten.

    1. Saya juga mbak. Senengnya dengerin podcast aja skrg, sambil rileks gitu tanpa ngelakuin bnyk hal. Semoga hasil swabnya negatif ya Mbak. Sehat selalu utk mbak jihan sekeluarga

  12. Itulah kenapa aku ga prnh mau share something yg aku sendiri blm yakin kebenarannya. Takuuuuut, kalo sampe salah info, kalo ternyata hoax dan org lain malah kemakan berita boongnya.

    Biasanya segala sesuatu yg dishare ke aku, ya pasti stop di aku :D.

    Prinsip 4R 1W itu juga slalu aku terapin kok sblm menulis. Biasanya aku baca berulang, apa bahasa udh enak, udh dimengerti blm, ada typo kah dll. Dan aku msh blm berani untuk menuliskan topik yg aku ga kuasain. Kuatir salah informasi tadi. Tanggung jawabnya gede 🙁 . Makanya sampe skr cuma mau menuliskan hal2 yg berkaitan dengan pengalaman pribadi aja :).

    1. Seenggaknya meski sekadar bikin postingan gitu kita riset2lah dulu yaa Mbak. Risetnya mba fani jg mantep banget kalo lagi ngereview hasil perjalanannya. Apalagi ttg korut ini, menarik banget. Nambah bnyk wawasan buat aku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!