Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Baayun Maulid, Ritual Sambut Bulan Kelahiran Nabi di Kalimantan Selatan

2 min read

baayun maulid ritual keagaaman di kalimantan selatan

Baayun Maulid menjadi tradisi unik yang dilaksanakan masyarakat Kalimantan Selatan dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selama tinggal hampir setahun di sana, lantunan sholawatan memang lebih sering mendominasi speaker-speaker masjid. Apalagi saat bulan Maulid datang. Ajaran Guru Sekumpul menjadikan sholawat telah melekat jadi bagian dari budaya masyarakat. 

Baayun Maulid Sebagai Budaya Akulturasi Masyarakat Banjar

Meski tidak begitu paham dengan bahasa Banjar, namun kadang saya menemukan beberapa kosa kata Banjar itu ada yang mirip dengan bahasa sunda. Makanya saat mendengar kata baayun, saya langsung paham. Oh, ini adalah kegiatan mengayun-ayunkan seorang anak. Biasanya anak bayi.

Baca juga : Oase Haul Guru Sekumpul

Kegiatan mengayunkan anak menjadi salah satu ritual yang banyak dilakukan oleh orang tua zaman dulu. Biasanya ayun-ayun dilakukan saat meminta anak tidur. Menemani mengayunkan anak bayi bisa menjadi momen penting sendiri untuk orang tua.

Bisa jadi kalau saat ini, disambi dengan gawai adalah hal yang banyak dilakukan orang-orang. Namun saya jadi teringat sendiri, bagaimana Ibu saya mencoba mengayunkan ayunan cucunya agar tidak berhenti dengan mulut komat-kamit.

Ternyata di Kalimantan, baayun merupakan sebuah tradisi peninggalan leluhur bahkan sebelum Islam masuk ke sana, yaitu berasal dari Suku Banjar dan Suku Dayak. Desa Banua Halat yang merupakan bagian dari kecamatan Tapin merupakan desa pertama yang menggelar acara tersebut. 

Tradisi yang dilandasi dengan kepercayaan Kaharingan ini kemudian berkembang luas hingga seantero Kalimantan Selatan. Bahkan sekarang ini orang-orang Banjar yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia pun masih ada yang melaksanakan ritual ini.

Pasca telah terjadinya akulturasi budaya, Baayun Anak kemudian menjadi satu tradisi yang kini dilandaskan pada nuansa islami. 

Selain momen Haul Abah Guru Sekumpul, Baayun Maulid pun hadir menjadi acara yang penuh dengan lantunan showalat. Yup, kurang lebih seperti yang Ibu saya lakukan juga. Kegiatan Baayun Maulid rangkaian acaranya berupa mengayunkan anak-anak (biasanya peserta lumayan banyak) dalam ayunan yang terbuat dari jarit. 

Makna Ritual Baayun Maulid

Untuk mengikuti rangkaian acara Baayun Maulid, seorang peserta harus menyiapkan setidaknya ayunan (biasanya terbuat dari jarik), bunga-bunga untuk menjadi hiasan ayunan, kue atau wadai, tempat duduk (pidudukan), dan tebu.

Untuk pemilihan jariknya sendiri tidak boleh sembarangan. Harus terdiri dari tiga lembar kain panjang wanita (tapih bahalai) dan serta dua lembar kain batik sasirangan, batik khas Banjar dan satu lembar kain kuning.

Perlengkapan tersebut tentu bukan tanpa maksud. Adanya ayunan misalnya, ini menandakan wujud lamban tradisi dan budaya masyarakat Banjar. Tempat duduk melambangkan hal-hal yang berkaitan dengan keseharian masyarakat Banjar.

Dalam pelaksanaannya, orang yang akan mengikuti acara Baayun Maulid pun harus menghindari pantangan-pantangan seperti menggunakan gambar hewan hidup, perlengkapannya harus dalam hitungan ganjil, dan simbol-simbol yang dihadirkan harus yang memiliki makna kebaikan untuk si anak.

Baca juga : Maulid Nabi dan Haul Gus Dur di Wageningen

Baayun Maulid menjadi seremoni masyarakat yang biasanya dilaksanakan di rumah ibadah seperti masjid. Lucunya, ternyata acara ini buka hanya untuk anak-anak bayi saja. Orang yang sudah dewasa pun bisa ikut meramaikan. Ssst, biasanya mereka yang sudah dewasa ikut acara tersebut karena memiliki nadzar maupun mimpi ingin segera dikabulkan. Seperti urusan jodoh, pekerjaan, dan lain sebagainya.

Tentunya acara Baayun Maulid ini dimaksudkan untuk memunculkan kecintaan kepada Rasul Muhammad SAW. Besar harapannya, kelak jika sudah besar, anak-anak tersebut bisa meneladani sifat-sifat baik yang dicontohkan Rasul serta dapat mengikuti ajarannya dengan baik.

Dulunya, tradisi Baayun Maulid ini biasa dilaksanakan oleh keturunan Raja Banjar. Pergelaran acara ini pada awalnya sangat erat kaitannya dengan acara Bapalas Bidan, yaitu acara syukuran yang dilaksanakan orang tua yang sudah melahirkan seorang bayi.

Kini acara Baayun Maulid menjadi acara umum yang dilaksanakan di masjid besar. Hasil dari akulturasi budaya ini telah mengakar pada keturunannya. Bahkan beberapa masyarakat yang berasal dari Kalimantan Selatan dan merantau ke pulau lain pun masih ada yang melaksanakan adat tersebut.

Melalui kegiatan keagamaan ini, sekarang tidak hanya menjadi ritual semata, namun juga menjadi sebuah festival kebudayaan yang harapannya mampu membuka potensi untuk menembangkan budaya dan perekonomian masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya daerah Tapin sebagai tempat munculnya budaya tersebut.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

2 Replies to “Baayun Maulid, Ritual Sambut Bulan Kelahiran Nabi di Kalimantan…”

  1. Masya Allah, senangnya masih bisa ngerasain tradisi begini ya 🙂 memang punya nilai lebih nih kalao wisata agama dan budaya jadi satu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!