Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Bagaimana Melatih Anak Menjadi Mandiri?

3 min read

cara melatih anak menjadi mandiri

Saat Nahla, anak saya, sudah berusia lima tahun, saya berpikir, bagaimana melatih anak menjadi mandiri? Rasanya anak seumuran lima tahun sudah cukup bisa kan ya untuk diajak bertanggung jawab, setidaknya pada kebutuhannya sendiri. 

Ketika kemarin saya melihat anak bisa memakai jaket, cardigan, sepatu, dan menyiapkan bekal sekolahnya sendiri, dan berani sekolah tanpa saya ditemani, saya baru tersadar ‘Alhamdulillah, anakku sudah bisa lebih mandiri sekarang”.

Saya baru tersadar bahwa anak saya sudah cukup mandiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. 

Baca juga : Mengajarkan Anak Belajar Bahasa Lewat Aplikasi

Padahal dulu, sampai bosan rasanya meminta tolong dia untuk belajar makan sendiri (lama banget makannya kalau sendirian), pakai baju sendiri masih kebingungan membalikkan baju, pakai celana masih pakainya sembari duduk dan cuci piring seringnya nggak mau kalau harus jongkok.

Ini bukan tentang obsesi. Bagi saya ini adalah proses membersamai anak bertumbuh sesuai dengan perkembangan kognitif dan fisik di usianya. 

Proses Membersamai Anak untuk Menjadi Mandiri

Melihat kembali ke belakang, perjalanan untuk melatih anak agar bisa mandiri itu ternyata memang panjang dan butuh kesabaran. Sebagai orang tua, saya sendiri menyadari kadang terlalu memaksa, ambisius, atau bahkan sampai hilang kesabaran. 

Nyatanya membersamai anak untuk menjadi lebih mandiri itu memberikan bekal buat kita sebagai orang tua untuk memahami kembali makna belajar yang sesungguhnya. 

Baca juga : Mantra bertumbuh itu sedikit demi sedikit

Hold your child close and breathe them in. Todays become tomorrows at an alarming rate.

Lihat kembali anak kita lekat-lekat hari ini. Pasti ada satu dua hal yang bertumbuh dari keseharian mereka. Sembari menguatkan prosesnya bertumbuh dengan penuh harap dan rapalan doa, berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membersamai anak belajar lebih mandiri : 

1. Percaya bahwa anak bisa

Hal pertama yang saya pelajari tentang bertumbuh justru belajar tentang kepercayaan.  

Masih kecil saya dan mungkin juga teman-teman cukup banyak larangan dari orang tua. Sehingga keinginan kita kadang menciut atau malah menantang sembari melakukannya diam-diam. Jadinya hal yang baik pun terasa seperti melakukan hal buruk karena sikap kita seperti pencuri yang takut ketahuan.

Pengalaman saya yang seperti itu tentunya tidak ingin terjadi pada anak saya. Menumbuhkan kepercayaan dengan memperbolehkan anak mengeksplor banyak hal sebisa mungkin saya lakukan. Meski pun kadang mulut gatal ingin mengomentari dan tangan gatal ingin membantu. Nope, kita harus percaya. Mereka bisa kok. Yakinlah. 

2. Beri anak tanggung jawab

Bagaimana kita bisa yakin pada kemampuan anak? Ya beri anak-anak tanggung jawab. Setidaknya tanggung jawab pada kebutuhan mereka sendiri.

anak berani sendiri
Kak Nahla dan tas pakaian dia selama vacantie

Mengurus diri sendiri adalah tanggung pertama yang saya coba ajarkan pada anak. Bisa pipis, pup, dan cebok sendiri, sikat gigi sendiri, buang sampah pada tempatnya, memilih dan memakai pakaian sendiri, hingga menaruh baju ke lemarinya dan packing saat bepergian saya serahkan agar anak mengurusinya sendiri. 

Dari situ ternyata secara tidak langsung anak menyadari kepemilikannya sendiri. Sesuatu yang menjadi milik sendiri biasanya akan lebih kuat kemauan untuk menjaga, menata, merawat dan melakukannya sebaik mungkin. 

3. Butuh waktu untuk mandiri

Bertumbuh itu sedikit demi sedikit. Begitu pula untuk melihat hasil, perlu ada proses terlebih dahulu. Pengennya langsung bisa? Ya kita memangnya langsung jalan kaki tanpa merangkak duluan? Nggak donk.

Makanya sebagai orang tua kita perlu sekali belajar untuk bersabar dan lebih menghargai proses. Saat memberikan sebuah tanggung jawab, berikan tugas secara perlahan. Semisal ingin melatih anak packing baju sendiri, ajarkan kebutuhan pakaian head to toe apa saja, mempersilahkan anak memilih pakaian sendiri, dan mengilustrasikan jumlah hari selama vacantie dengan jumlah pakaian yang dibawa, hitung-hitung sekalian belajar matematika, kan.

Jangan lupa, awasi dan cermati prosesnya juga ya. Biar kita pun jadi tahu pencapaian-pencapaian kecil yang bisa anak lakukan. 

4. Mampu dan gagal adalah proses

Pastikan bahwa anak tahu bahwa proses itu tidak melulu tentang keberhasilan. Bisa juga tentang kegagalan. Namun hal itu tentu tidak apa-apa. Selama kamu terus berusaha. Kamu akan bisa melakukannya lebih baik dan lebih baik lagi.

Makanya kadang saat anak menunjukkan hasil usahanya, kadang saya mengapresiasi sambil bilang keep it up daripada bilang good aja. Lalu kasih beberapa pertanyaan untuk memancing anak berpikir dan mengekspresikan kreativitasnya. 

Jika gagal atau progresnya sedikit, dengan menekankan pentingnya ‘berusaha’ akhirnya Nahla pun jadi sering mengapreasiasi dan berucap sendiri ‘aku sudah berusaha dan akan berusaha lagi sebisa mungkin’.  Masya Allah, tetap semangat ya, Kak.

5. Orang tua adalah fasilitator

Dalam proses melatih anak mandiri, bagi orang tua, belajar menahan diri adalah latihan kedua setelah belajar bersabar. 

Tugas utama orang tua saat melatih kemandirian anak adalah cukup memberikan instruksi dan mengawasi semata. Prosesnya selanjutnya memberikan kebebasan pada anak. 

Meski terkadang cara yang dilakukan anak kurang tepat, kita perlu menahan diri untuk membetulkan caranya. Kadang mereka memiliki ide tersendiri yang caranya berbeda dengan kita. Jika memang kurang tepat, baru kita tawarkan bantuan, pun tidak langsung membetulkan caranya. 

Sebagai orang tua pun kita bisa mencontohkan seperti apa mandiri itu. Saya sendiri biasanya akan bercerita ketika sedang melakukan sesuatu, hal-hal menantang yang dialami, kesusahan yang dihadapi, kegagalan yang telah dilalui, hingga akhirnya berhasil melakukan suatu hal. Saya rasa ini lebih berkesan untuk mengajarkan anak menjadi lebih mandiri. Karena ternyata bukan hanya dia yang melakukannya. Dan orang lain pun merasakan keberhasilan dan kegagalan juga, kok.

6. Beri apresiasi dan dorongan

Siapapun pasti suka ya kalau diapresiasi, apalagi anak. Setelah melakukan tugasnya dengan baik, sering sekali anak-anak itu ingin segera menunjukkan kemampuan kepada orang tuanya. Kadang Nahla ini setelah menunjukkan kemampuannya dan bercerita pada saya, dia akan melakukan hal yang sama pada ayahnya.

They need much appreciation.

Tak melulu ucapan good job, kadang juga kita juga perlu kasih peluk dan cium pada anak, atau bahkan anak pun sudah sangat senang dengan kita menyempatkan diri mendengarkan ceritanya dia yang kadang berulang-ulang. Mereka biasanya ingin mengajak kita sebagai orang tua untuk masuk pada keseruan mereka saat melakukan suatu hal.

Penutup : Melatih Anak Mandiri berarti Mengupayakannya Bertumbuh

Secuil apapun progres yang dapat kita lakukan, itu adalah proses kita bertumbuh. Memahami betul konteks ini akan mengajarkan kita bahwa siapapun, termasuk anak, selama berusaha, membiarkan imaji bergerak, kita telah satu persen berprogres untuk mencapai satu kemampuan.

Saat mengajarkan anak menjadi mandiri, kita perlu menghilangkan kata ‘namanya juga anak-anak’ yang biasanya menyudutkan dan memaklumi ketika anak tidak melakukan suatu hal. Yuk, kita cek lihat lagi kemampuan fisik dan kognitif anak sesuai dengan usianya. Mereka bertumbuh lho. Jadi mereka yakinilah bahwa mereka pasti bisa kok mencerna dan melakukan suatu hal.

Mandiri adalah kemampuan yang perlu diasah, dibimbing, ditemani, dan diapresiasi. Pengalaman seringkali mengajarkan cara yang berbeda untuk mampu melakukan suatu hal. Bagi anak-anak, yang lebih penting lagi dari sekadar mengajarkan kemandirian adalah memberikan contoh bagaimana belajar menjadi mandiri itu sendiri. Yup, kita orang tua pun bisa melakukan hal yang sama.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

8 Replies to “Bagaimana Melatih Anak Menjadi Mandiri?”

  1. Memang butuh waktu dan proses. Dulu aku kalo dimintai ngerjain sesuatu, suka diomelin lambatlah, kurang okelah dsb. Sampe membentuk trauma sendiri. Sampe detik ini aku gak suka kalo lagi beres² trus diliatin. Ya, bukan mau jelekin orang tua, mereka produk didikan dengan cara yang sama. Yang penting generasi sekarang paham kalo parenting itu ilmu yang mahal. Melatih kemandirian salah satu yang butuh proses tak sebentar. Tulisannya bagus banget.

    1. iyaa om, bahkan aku ngerasanya di akunya sendiri juga kudu melatih kesabaran dan kontrol diri yang kuat. pilih kata juga ngaruh emang ya sama melatih anak mandiri ini..

      eh aku juga sih sampai sekarang nggak suka kalau beres2, nulis, gitu dilihatin bikin jadinya malas ya. haha

  2. Setuju mba, supaya bisa mandiri anak harus ditemani prosesnya. Anak saya masih 3 taun sih, tapi udah berani ditinggal di playgroup 2 jam aja menurut saya prestasi. Hehe. Makin besar makin mandiri dan bisa mengemban tanggung jawab lebih besar lagi.

    1. aku jadi ingat mbak dulu pas anakku 2 tahun sekolah playgroup, bukannya nggak nemenin anak juga tapi memang sama guru di belanda nih kami suruh lagsung pulang. kalau nangis sampe 1 jam baru kita ditelpon..

  3. Hari ini saya gagal ngajarin anak saya mandiri.

    Kami pergi ke restoran hari ini. Anak saya mau cuci tangan, tapi dia nggak tahu di mana lokasi wastafelnya.

    Saya suruh dia tanya ke staf restoran, tapi dia tidak berani nanya sendiri. Masih minta ditemani saya.

    Saya menghela napas kecewa.

    1. lho iya, aku pun masih melatih anak untuk berani ngomong ke orang gitu, ini pun masih sering gagalnya daripada berhasilnya mbak..

  4. Wahhh nomor 6 itu yang terkadang penting bnget, baik itu berhasil ataupun gagal harus bisa memberikan semngt dan dorongan dari orang-orang terdekat.. Walaupun hal itu kecil dan sering dianggap sepele..

  5. Butuh waktu dan proses ya bun buat bisa membuat anak mandiri, aku sendiri merasa membesarkan anak adalah tanggungjawab untuk bisa membuat anak menjadi manusia seutuhnya, tips tips di atas harus kusimpan nih buat nanti pas jadi ayah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!