Ghinarahmatika.com ~ Perjalanan Kehamilan ketiga yang berjarak dekat, yang butuh waktu untuk menerima kehadirannya, yang penuh dengan kebingungan tentang nanti harus bagaimana, tiba tiba diberikan kejutan dengan perkataan sang nakes di minggu ke~20 usia kehamilan :
‘Wah, selamat ya. Meski kehamilanmu berjarak dekat, bersyukurnya kehamilan kali ini kamu bakal punya anak laki laki. Jadi lengkap sudah ya sekarang!’
Alhamdulillah. Meski sebenarnya saya dan suami tidak membuat target tentang jenis kelamin bayi, segala kondisi sempurna baik pada bayi tentu saja itu yang diharapkan. Tapi apapun, alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshaalihaat.
Perjalanan kehamilan kali ini juga berbeda dengan kehamilan kedua. Dulu baru mulai periksa saat mau trimester ketiga, sekarang ini mulai dari awal kehamilan. Maka untuk menyimpan kenangan dan berbagi info, saya ingin menceritakan perjalanan pemeriksaan kehamilan dari awal, termasuk pilihan bidan dan rencana persalinannya.
Baca lengkap tentang kehamilan klik link ini ya : Menjalani Kehamilan di Belanda
Memilih bidan berdasarkan afiliasi rumah sakit
Memilih bidan adalah hal pertama yang dipikirkan saat kita ingin melakukan pemeriksaan. Ada satu hal yang saya ingat saat saya harus memilih bidan : lihat juga afiliasi bidan yang dipilih dengan rumah sakit mana.
Kenapa penting? Kan semua rumah sakit di sini bagus bagus?
Sebenarnya kalau soal kualitas memang tidak terlalu dipermasalahkan. Tapi pertimbangan mengenai jarak tentu saja lebih penting.
Dulu saya memilih Lavie Verloskundige yang berafiliasi dengan rumah sakit Martini, karena jaraknya lebih dekat dari rumah saya. Sementara di rumah yang sekarang, jaraknya sangat jauh jadi saya pilih Nova Verloskundige meski galau juga sama Fiere Verloskundige juga. Tapi pertimbangan saya ingin pilih bidan yang bisa ke rumah sakit satunya di sini, UMCG. Selain itu, saya juga ingin merasakan lahiran di rumah sakit yang berbeda. Yaaa, biar seru aja gitu kalau pernah merasakan keduanya. Wkwk
Menemukan feel dengan bidan
Saya dengan kondisi kehamilan yang unplanned rasanya harap harap cemas saat harus memeriksakan kehamilan. Takutnya lebih pada respon yang akan diperoleh saat saya nanti cerita. Beneran takut bakal dapat judging, nasehat yang menyalahkan, dan respon yang menyudutkan.
Tapi saya mencoba melawan ketakutan tersebut dengan bercerita apa adanya kepada bidan bayi dan juga bidan tempat nurayya check up. Inginnya agar semua memahami kondisi saya, dan tentunya dapat support juga dari mereka. Dan, alhamdulillah yang saya harapkan pun saya dapatkan.
Baca juga : Minimalist Pregnancy, Perjalanan Kehamilan Penuh Kesadaran pada Hal Esensial
Ingat sekali obrolan kala pemeriksaan pertama dengan bidan bayi. Saat ditanya tentang profesi lalu saya bilang bahwa saya adalah freelancer di bidang blog, respon dia positif sekali. Bertanya tentang tulisan macam apa yang saya tulis. Sontak saja saya cerita kalau kala itu saya sudah membuat draft tentang kejutan kehamilan ini, tapi masih tersimpan di draft karena mental saya belum kuat.
Menariknya, pemeriksaan selanjutnya sang bidan bertanya lagi, kamu sudah jadi posting tulisan tentang kehamilanmu di blog belum? Jangan takut, postinglah, pasti ceritanya akan membuat kenangan tersendiri untuk hidupmu.
Test Darah dan Test Gula
Pada usia kehamilan 23 minggu ibu hamil di sini akan diwajibkan untuk melakukan tes darah. Fungsinya untuk mengetahui kondisi kesehatan dan infeksi yang mungkin ada pada ibu hamil. Bidan saya akan memberikan kertas rujukan untuk diisi dengan data saya dan link untuk melakukan appointment dengan lembaga tes terkait.
Tes darah tidaklah semengerikan tes gula nih buibu. Dari sejak zaman hamil Nurayya, tes gula ini adalah tes paling seram untuk diingat. Wkwk.
Yup, pada minggu ke 27, saya diharuskan untuk melakukan test gula. Fungsi tes gula bagi ibu hamil adalah untuk mengetahui toleransi gula darah pada ibu hamil. Soalnya selama hamil tubuh kita sangat sensitif, bisa jadi makan yang bergula gula, gula darahnya naik drastis. Bahkan ada juga ibu hamil yang terkena diabetes gestasional selama hamil saja.
Yang mengerikannya apa? Kita wajib untuk tidak makan dulu dari malam sampai tes gula berlangsung. Daaaan, setelah ambil darah, kita diminta untuk minum cairan yang rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata kata deh. Lalu disuruh nunggu selama 2 jam untuk melihat reaksinya. Alhamdulillah aman.
USG~USG selama kehamilan
Untuk urusan USG ini bisa kita dapatkan juga di bidan. Selama trimester pertama seringnya di cek USG terus. Lalu memasuki usia 20 minggu seperti saya ceritakan di atas, saya diminta untuk melakukan USG di tempat khusus yang tempatnya ternyata lumayan jauh dari halte dan membuat saya harus jalan kaki romantis bertiga bareng suami dan anak kedua saya. Kalau nggak ditemenin sih kayaknya bakal angkat tangan kalau tahu bakal sejauh itu jaraknya.
Tapi tempat USG usia kehamilan 20 minggu ini sepertinya tergantung afiliasi bidan juga. Soalnya dulu pas Nurayya saya malah di USG di UMCG padahal pemeriksaan saya dengan Lavi dan rumah sakit Martini.
Sebenarnya khusus di Groningen ini ada juga USG 13 minggu usia kehamilan, tapi ini merupakan trial dari UMCG sendiri. Ada juga tes untuk mengecek kondisi bayi terkait kesehatannya (auto imun dsb) agar terprediksi lebih awal, tapi saya nggak ambil soalnya harus bayar.
Nah, masuk trimester ketiga, pemeriksaan dilakukan setiap minggu tapi USG yang dilakukan tidak secara menyeluruh. Usia kehamilan 31 sampai 33 minggu hanya khusus untuk mengecek bagian kepala, perut, dan kaki saja. Dari situ saya juga dikasih tahu bahwa ukuran kepala dan kaki normal sementara perut bayinya agak kebesaran. Maka diet gula pun disarankan.
Sementara masuk usia 35 minggu sampai 39 minggu malah tidak mendapatkan USG. Saya mendapatkan pengecekan detak jantung bayi dengan detektornya dan mengecek posisi bayi apakah sudah masuk panggul apa belum dengan tangan. Ingin rasanya ke rumah sakit gitu buat di USG, tapi di sini mah nggak bisa tiba~tiba ke RS sih kalau ga ada urgent mah. heu
Sungguh sih, masuk 35 sampai 39 minggu itu pengennya mah saya mendapatkan USG lengkap gitu. Soalnya penasaran banget sama berat badan bayi dan kondisi ketuban. Agak trauma sama ketuban kebanyakan seperti di kehamilan sebelumnya. Tapi, ya sudahlah mungkin memang begitu harusnya jadi terima saja sambil berdoa semoga semua baik baik saja tentunya.
Merencanakan Persalinan
Merencanakan persalinan menjadi bahasan kami di usia kehamilan 36 minggu. Mau di rumah apa di rumah sakit?
Sedari awal kami sudah bertekad untuk melahirkan di rumah. Pertimbangannya lebih pada kondisi anak anak sih. Nggak mau meninggalkan anak anak terlalu lama, apalagi ada bayi yang memerlukan asi. Alhamdulillah selama kehamilan juga kondisinya semua baik baik saja. Hampir nggak ada drama selama kehamilan ketiga ini.
Biasanya perencanaan persalinan (birth plan) juga membicarakan tentang situasi yang diinginkan saat proses persalinan. Mau putar musik atau ngaji, posisi melahirkan di kolam apa nungging atau posisi lainnya, prosesi religi yang mungkin dilakukan, semua dibicarakan saat itu. Saya nggak kepikiran neko neko sih, karena faktanya memang saat melahirkan mah suka nggak fokus sama yang lain. Apapun kan pengennya mah brojol segera.
How About Having a baby boy?
Setelah sebelumnya dua putri cantik menemani hari hari kami, kehamilan kali ini yang diprediksi bakal laki~laki membuat respon orang~orang sekitar bilang ‘lengkap’. Lengkap karena sudah ada perempuan dan sekarang ada anak laki~laki.
Ternyata saya juga dapat ucapan yang sama dari bidan ya. Apalagi dia punya anak laki~laki semua. Suatu kali saat sesi pemeriksaan sempat pula kita mendiskusikan kondisi kehamilan dengan bayi laki laki. ketika banyak orang bilang, termasuk suami, kalau hamil laki~laki itu lebih berat daripada hamil anak perempuan, si bidan ini malah tidak membenarkan. Bukan karena jenis kelaminnya yang membuat perjalanan kehamilanmu berat, kok! Begitu katanya. Bahkan seperti kebanyakan orang, bidan ini pun bangga banget karena punya anak laki~laki semua. Kirain mah nggak gitu juga, heuheu
Tapi kalau flashback dan membandingkan dengan kehamilan pertama dan kedua ini memang kerasa berat sih. Sewaktu saya mulai menerima kehamilan, malah si bayi seperti lebih manja, ngajak mual~mual, sensitif penciuman, dan bahkan sampai trimester 3 mual masih aja sesekali muncul.
Nggak kepikiran apa~apa soal jenis kelamin bayi, tapi sewaktu dandan mau USG 20 minggu tiba~tiba feeling bakal anak cowok muncul karena muncul jerawat. Wkwk. Terus hamil pun rasanya berat banget bawa badan. Ternyata nambah berat badan sendiri sampai hampir 20 kg nih. huhu
Yah, setiap bayi emang punya perjalanan kehamilan tersendiri. Alhamdulillah meski muncul mual, tapi sepanjang kehamilan ini malah hampir ga muncul masalah kehamilan seperti di anak pertama dan kedua dulu. Semoga persalinan pun lancar ya. Apalagi ini anak ketiga. Aamiin
hamil di luar negeri,
bagi saya sih hebat
soalnya anaknya tempat tanggal lahirnya di luar negeri hehe
Terima kasih sharing pengalamannya mba…bisa jadi salah satu referensi nih utk yg sedang merencanakan kehamilan atau sedang hamil juga..
Selamat ya Mbak Ghina. Semoga lahirannya dilancarkan, penyembuhan pasca persalinan juga dipermudah dan dipercepat. Baik anak pertama, kedua, ketiga dst itu kehamilannya semuanya istimewa, semua pasti punya ceirta masing-masing. Semangat ya!
Wahh jarak kehamilannya dekat yaa, Mba? Jadi ingat saat hamil anak ketiga yang juga gak saya duga dan cuman selisih 18 bulan dari kakaknya. Rasanya nano-nano tapi lumayan seru 😁
Sehat selalu buat mama dan calon adik bayi, semoga sehat selalu hingga lahiran nanti, amiiin
Selamaaaat, ka Ghina atas kehamilannya.
Turut mendoakan yang terbaik, sehat semua dan lancar persalinannya. Selamat dan sehat untuk Ibu dan bayinya.
Ka Ghina cantik banget. MashaAllaa~
Aku tadinya juga kepikiran sih, kayanya beda yaa.. kehamilan beda jenis kelamin. Kayak yaang kalo hamil laki-laki, biasanya ibunya jadi kusam dan jerawatan. Ternyata itu mitos. Hehhee~
Dulu soalnya aku buluk bet kalok hamidun, tapi ciwi ciwi semua.
saya kira tes gula darahnya kayak yang biasa itu cuma diambil sampel darahnya ternyata ada yang diminum gitu ya, mbak? itu gimana cara mengeceknya dari minuman yang diminum itu, mbak? apakah ada reaksi khususnya?
kita diminta nunggu d ruang khusus selama satu jam mba. klo yg ada reaksi biasanya pusing mual gt. saya kmrn alhamdulillah nggk ada