sekeras-kerasnya hati, mampukah dia melunak?
selembut-lembutnya hati, mampukah ia bertahan (dalam luka)?
dalam emosi yang membuncah, pun sakit yang meradang, dalam hati rasanya ingin semua terungkap dalam sikap. dan terwujud dalam nyata untuk bilang “AKU BENCI KAMU, AKU KESAL SAMA KAMU”.
sekedar menulis saja,kata-kata itu cukup mudah. bagi sebagian orang pun,untuk mengucapkannya sepertinya terlihat mudah, bahkan kepada siapapun, dan dimanapun.
benci itu memang manusiawi, pun sayang juga demikian. jika kata orang “Karena kamu dekat, rasanya sudah tak biasa lagi untuk bersikap seperti itu,” pun bagiku rasanya tetap saja susah.
aku, kamu, dan kita semua dekat bukan untuk menyakiti, atau menjadi sasaran perasaan jengkel maupun marah. aku dan kamu dekat untuk saling berbagi bukan untuk menjadi bagian dari “sampah” yang menepi untuk membuang atau bahkan memberantakkan sampah tersebut.
hati kita tak selalu stagnan dalam menghadapi semua masalah. karena menggunakan hati berarti kita siap dengan cepat untuk senang, trenyuh, dan bahkan untuk terluka.
jadi, sayangilah hati kita dan orang-orang disekitar kita dengan senyum, tidak dengan hentakan, apalagi caci maki. karena merekalah kita ada dan bahagia.