Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Hujan penuh berkah

1 min read

Hujan berruntun membersamai setiap jejak-jejak langkah kehidupan. Kali ini, ia muncul menemani alunan ayat-ayatNya dalam sebuah jamaah pecinta Al-Qur’an.

Teringat, dan mengingatkan kembali pada saat-saat awal ketika “niat” itu muncul dalam sebuah dialog bersama teman-teman seperjuangan di sebuah tempat yang (katanya) sebuah Pondok.

Entah, kekuatan dari Al-Qur’an itu memang benar nyata adanya. dan itu yang selalu membuat saya, entah kenapa selalu “basah mata” saat menghadapai keadaan itu.

Jogja, dengan segala keistimewaannya telah mengantarkan saya bertemu dengan orang-orang yang sedemikian istimewanya memiliki pengaruh besar dalam hidup saya. Terutama dengan tempat yang pernah saya singggahi maupun yang sekarang sedang saya singgahi. Pernah berada di Pondok yang -katanya- sangat besar dan berpengaruh di Jogja itu adalah sebuah karunia untuk saya. Siapa juga yang tidak bahagia, dengan mendapati pernah berada diantara keduanya, dan syukurnya atau mungin sayangnya karena belum mengalami keadaan “pondok yang sebenarnya”. karena memang posisinya ketika berada diantara keduanya adalah saya berada di sebuah “rumah”. Bukan pondok yang memang senyatanya sudah dirancang sedemikian rupa sebagaimana layaknya pondok. Tapi ini, memang rumah, dengan posisi kita yang katanya “santri” justeru serasa memiliki kedudukan layaknya sebagai seorang “anak”.

Dan, dengan Al-Qur’an ini, mengantarkan saya mengenal sosok-sosok “Ibu Nyai” sekaligus seperti seorang Ibu yang membimbing saya untuk “mengaji” selama di Jogja ini. Juga seorang Bapak  yang senantiasa dengan segenap pedulinya layaknya seperti sosok seorang “Bapak” yang banyak menasihati saya untuk “Manut” terhadap “Orangtua”. Kerap, tidak ada sekat. Jelas kita saja memang memanggilnya  “Ibu dan Bapak,” tanpa ada embel-embel “Nyai dan Kyai”

Hujan, dengan segenap rerintik yang melirik dari langit, serasa mendekatkan kita pada sebuah ikat yang kuat dengan tanpa sekat mendekatkan pada Sang Maha Kuat.

Karenanya, Syukur adalah ungkapan terrindah dan mungkin masih rendah dibandingkan dengan sekian ribu berkahNya yang diutarakan kepada tiap-tiap hambaNya yang berserah.

Sima’an di Apotek Astari. Jalan Parangtritis, KM 10.
Minggu, 8 Desember 2013.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!