Masa Depan. Aih, obrolan macam apa pula itu? Masa depan semacam menjadi sebuah “angan-angan” yang harapannya akan menjadi sebuah mimpi seindah mimpi di siang bolong. apalah itu. Entahlah, obrolan tentang Masa depan yang sangat aku sukai itu adalah ketika kita berbicara tentang untaian mimpi seperti beberapa mimpi yang telah dicatatkan di belakang pintu lemari baju. 😀
Ah, tapi memang harus sadar diri, di usia dobel dua ini memang harus “ngaca” sama kebutuhan hidup selanjutnya setelah ini. Euforia mimpi itu juga harus melihat pada realita yang ada sekarang. tetiba Abah pun menyela obrolanku saat aku mengurai secara jelas dengan raut muka ceria tentang rencana mimpiku selanjutnya setelah ini, tentang Belajar kemana-mana, mau mengapa-ngapa, jadi apa-apa. tapi kemudian Abah menghentikan obrolan. “Jangan jauh-jauh, jangan neko-neko, kamu juga harus memikirkan masa depan tentang dengan siapa dan dimana kelak berada, nanti”.
Keadaan kemudian hening, sejenak. Makan yang tadinya bersuara menikmati nikmatnya masakan padang sebelum keberangkatanku ke jogja. tak lama kemudian sendok kembali bergerak dan mengunyah. namun kini tidak ada lagi sayupan obrolan. Entah, mungkin kita saling menikmati masakan padang ini, atau mungkin sedang memikirkan tentang obrolan barusan.
oh, obrolan masa depan tentang hal itu cukup berat untuk memikirkannya, apalagi membicarakannya. saya tahu dan saya mengerti apa yang dimaksud Abah. sekarang Abah udah “berani” membicarakan ini ternyata. Ya, saya tahu, tapi biarlah tentang hal ini, saya memiliki cara tersendiri untuk “menyiapkannya”. ya Bah?
