Awalnya jumpa, dan kemudian luka. kita sama sadar, sama merasa, tapi diam-diam sepakat untuk tak menyembuhkannya. sebab perih itu begitu kita nikmati. sebab juga, katanya, pelangi hanya akan hadir setelah gerimis usai.
konsekwensi dari kesemuanya adalah kini kita hidup berkawan rindu, dalam bisu, dalam keterdiaman, dalam tepukan-tepukan sebelah tangan. Dan seindah-indah rindu adalah tampaknya tetap saja tak pernah lebih indah dari dua wajah yang bertatapan penuh makna, ketika dua pasang mata yang menyala dan bertemu sudah cukup membuat sepaket manusia saling mengerti.
kita, apa adanya, dan bersepakat untuk membiarkan luka ini dengan sendirinya- bersama waktu dalam penantian yang lugu.
Azhar Nurul Ala