Mengenalkan diri
Sebagai seorang pendatang dengan status mahasiswa di sebuah pedesaan, status ini rasanya membawa beban sendiri untuk kita. Sebagai seorang yang berasal dari desa, sayac cukup memahami hal yang demikian. Masyarakat di pedesaan dengan kesederhanaan dan kesopanannya sangat menghargai siapa-siapa saja yang mengunjungi desa mereka. Terutama orang yang berpendidikan seperti kita yang sekaran sedang menyandang status mahasiswa ini, mereka anggap sebagai orang yang memiliki kelebihan terutama dalam bidang pengetahuannya. Meskipun kita berasal dari jurusan yang berbeda-beda, namun kebanyakan dar masyarakat menganggap kita sebagai sesesorang yang mampu menguasai berbagai ilmu. Hal tersebut telah menjadikan kita secara tidak langsung tertuntut untuk menjadi orang yang serba bisa untuk hal yang mereka ingintahukan.
Di Desa Margoagung ini, meskipun sudah menjadi tempat yang cukup sering dijadikan sebagai tempat KKN oleh beberapa universitas yang berasal dari Jogja ataupun dari luar jogja, sikap demikian tetap masih melekat di benak mereka. Karenanya, di awal perkenalan kami agak merasa berat dengan tema tentang Peternakan yang kami bawa untuk kegiatan selama 2 (dua) bulan ini. Apalagi dengan tidak adanya anak dari fakutlas peternakan dari unit kami. Meski demikian, setelah melakukan survey di lapangan dan dengan keberadaan mitra dar KP4 yang selalu membantu kami, hal tersebut sudah menjadikan kami cukup memiliki kepercayaan diri untuk menjadi seorang “agent” dalam KKN ini.
Saat-saat memperkenalkan diri sejak mulai survey tempat menjadi moment indah sendiri, saat dimana pertama kali kita bertemu dengan warga disana, mereka sudah terlihat sangat gembira dengan akan berlangsungnya keberadaan kami disana, apalagi ketika dilihat dari universitas asal kita, mereka bilang serasa bernostalgia dengan KKN dari UGM yang terakhir dilaksanakan disana sekitar tahun 1991-an. Wah, sudah lama sekali yaaa, saat itu bahkan saya juga belum lahir. Cerita mereka tentang KKN dari UGM yang dulu itu sangat luar biasa, dan karena hal tersebutlah mereka sangat senang dengan adanya kembali KKN dari UGM yang dilaksanakan disana.
Minggu pertama sebagai minggu observasi menjadi ajang perkenalan bagi kami, di sub unit 1 ini syukurnya kami mendapati orang-orang yang sangat respek dengan kami. Dari mulai ibu dan bapak pondokan bahkan, mereka memberikan suguhan awal kita disana dengan memperkenalkan yang namanya “nasi kendurian”, bertepatan dengan 7 bulanan kehamilan dari menantunya. Istilah kendurian ini hingga akhirnya menjadi istilah yang sangat sering kami dapati “berkat”nya di pedukuhan Dukuh ini. J
Mengunjungi berbagai pihak yang berkepentingan di Pedukuhan tersebut telah menjadikan kami cukup banyak tahu tentang potensi dan kebutuhan yang diperlukan di Pedukuhan ini. Namun memperkenalkan disini bagi saya bukan hanya sekedar sebuah perkenalan dan ramah tamah semata. Dalam pertemuan-pertemuan yang dikunjungi, ada sebuah pelajaran tentang bagaimana cara menggunakan unggah-ungguh untuk berinteraksi dengan mereka.
Mereka, para sesepuh dan orang-orang penting di pedukuhan yang kami kunjungi tersebut tidak lupa untuk selalu mengawali kedatangan kami dengan suguhan senyuman dan salaman dalam setiap pertemuan baik di awal maupun di akhirnya. Dalam pembicaraan demi pembicaraan mereka selalu memberikan “ruang” bagi kita untuk menuangkan fikiran dan maksud yang hendak diungkapkan, sehingga kita atau bahkan saya sendiri selalu tiba-tiba kebingungan untuk mengungkapkan tujuan kedatangan. Memang rasanya sangat terasa resmi, bahkan mereka selalu mengawali pembicaraan dengan mengucapkan terima kasih terlebih dahulu, memberikan suguhan terlebih dahulu, dan mengawali pembicaraan layaknya sebuah sambutan di sebuah acara, sangat tersusun. Ternyata mereka sangat mengerti arti sebuah kehadiran seorang tamu, dan kita? Bahkan terkadang kita masih berserakan kata untuk bisa membahasakan maksud dan tujuan dari sebuah kunjungan.
Saat-saat perkenalan diri merupakan saat dimana kita mulai belajar memahami dan mencoba beradaptasi dengan kehidupan disana. Dan hal tersebut tidaklah mudah pula untuk kami jalani. Karena dari perkenalan ini ada sekian harapan yang mereka tanamkan dari kita untuk kita dapat berikan kepada mereka. Dan karena kita disini, di tempat KKN ini tidak hanya sekedar untuk “numpang program” semata. Ada sekian pelajaran yang harus kita pelajari untuk bisa memasyarakatkan masyarakat dengan program kita dan menjadi bagian dari masyarakat dengan kehidupan mereka. Karena perkenalan diri itu tak hanya sekedar “tahu”, namun ia adalah awal untuk bisa paham dan siap untuk menghadapi sebuah keadaan. J
Terima kasih.
Ghina rahmatika. Semarang, 11 oktober 2013. 23. 54