Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Ramadan 1446 H dan Ceritaku Menikmati Al-Qur’an Mushaf Madinah

2 min read

Perbedaan mushaf madinah dan mushaf kemenag

Ramadan 1446 H ini Alhamdulillah saya bisa mengadakan lagi Halaqoh Tadarus Al-Qur’an Online yang kelima. Di ramadan kali ini pun saya mencoba suasana baru dengan memilih menggunakan al-Qur’an mushaf madinah.

Mushaf Madinah ini versi Al-Qur’an kedua yang saya pakai dahulu saat kecil setelah menggunakan Qur’an Kudus. Lalu baru berganti ke Al-Qur’an cetakan Kemenag sesaat setelah kuliah karena tinggal di salah satu Pondok Qur’an di Jogjakarta.

Baca juga : Halaqoh Tadarus Online

Setelah itu saya nggak kepikiran untuk berganti ke versi  Qur’an lain karena beberapa penandanya agak berbeda. Tapi setelah saya selami sedari 7 tahun yang lalu saat mengaji bareng teman-teman, saya baru sadar bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara berbagai Qur’an itu. 

Untuk menemukan perbedaan-perbedaan itu saya sudah membaca dari salah satu influencer Qur’an di instagramnya. Namun untuk lebih puas dan menemukan sendiri perbedaannya, lewat tilawah binnadzri selama Ramadan ini maka saya pun memutuskan untuk memakai Qur’an Madinah.

Lewat pengalaman saya selama sebulan kemarin, ternyata kalau sudah terbiasa dan cukup akrab dengan berbagai macam hukum bacaan tajwid, insyaAllah tidak akan begitu kesulitan untuk mengaji pakai Mushaf Madinah. Meski kadang saya juga masih terjebak misal saat ada bacaan idghom bighunnah. Seringkali saya juga sampai ngos-ngosan mengatur napasnya untuk menyengaja mengikuti waqof yang ada di Mushaf Madinah yang agak jauh-jauh dibandingkan Mushaf Kemenag yang memang lebih banyak waqof di tengahnya.

Catatan Saat Akan Menggunakan Mushaf Madinah

Mushaf Madinah adalah mushaf yang diterbitkan oleh Al-Mujamma Malik Fahd. Dengan tabarrukan atas turunnya Al-Qur’an kali pertama di Madinah, maka kemudian mushaf ini dinamakan Mushaf Madinah. Yang mentarjih Mushaf Madinah sendiri adalah Syekh Abu Amr Ad-Dani dan Syekh Abu Daud Sulaiman bin Najah.

Kalau kita lihat secara seksama memang Mushaf Madinah ini cukup banyak perbedaan dengan Mushaf terbitan Kemenag. Dan kita sebagai muslim Indonesia yang perlu mencermati dengan baik tentang perbedaan-perbedaan tersebut.

Baca juga : Jangan Terburu-buru Ingin Menghapal Qur’an

 Kenapa ada perbedaan antara keduanya? Hal ini tentu bukan asal-asalan. Ada alasan kuat dan mendasar yang juga menyesuaikan dengan situasi dan kemampuan mengaji masyarakat muslim Indonesia pada umumnya. Maka metode yang dipakai pada Mushaf Kemenag itu memang sudah disesuaikan untuk memudahkan masyarakat Indonesia mengaji.

Namun mengaji dengan mushaf madinah tentu patut  kita dicoba. Tapi sebelum itu, teman-teman perlu mengetahui dan memiliki bekal yang cukup untuk membaca lewat mushaf madinah ini. Karena ada beberapa hal penting, seperti  :

  1. Pengetahuan tajwid dasar yang sudah cukup
  2. Kemampuan mengelola napas
  3. Sudah menguasai waqaf dan ibtida
  4. Sudah paham tentang bacaan gharib
  5. Lebih baik lagi jika sedikit memahami maknanya

Karena apa? Yuk, kita bahas satu per satu ya.

Yuk, Ketahui Perbedaan Mushaf Madinah dan Mushaf Kemenag 

Rincian pebedaan quran madinah dan quran kemenag
Sumber : Lajnah Kemenag RI

Sekilas perbedaan antara Mushaf Madinah dan Mushaf Kemenag itu ada di jumlah waqofnya. Jumlah waqof di mushaf kemenag lebih banyak. Mengutip dari website Kemenag, jumlah waqofnya ada 7221. Dengan jumlah waqof pada tengah ayat ada 5.074 dan jumlah waqof pada akhir ayat ada 2.147. Selain itu coba perhatikan tabel di bawah ini. Kalau teman-teman jeli pasti paham kenapa pentingnya sudah menguasai tajwid dulu saat mau menggunakan Mushaf Madinah. 

1. Kaidah Tajwid

Pemahaman tajwid kita sekarang ini sudah sangat terbantu dengan adanya Al-Qur’an yang ada tanda tajwidnya. Tapi ya apa kita akan berpangku pada Al-Qur’an itu terus? Kan, nggak. Apalagi sekarang ini dengan kemudahan teknologi jadi baca Al-Qur’an aja bisa lewat. Dan tahu nggak teman-teman, versi tulisan yang ada di aplikasi Al-Qur’an itu kebanyakan pakai versi Mushaf Madinah, lho. Kecuali memang pasangnya aplikasi khusus Qur’an Kemenag, sih.

 Misal adanya tambahan bantuan huruf mim pada bacaan iqlab, tambahan tasydid pada bacaan idghom bighunnah seperti yang ada di tabel menunjukkan adanya kemudahan yang diberikan dalam mushaf Kemenag. Maka jika kita ingin menggunakan Mushaf Madinah maka perlu diingat-ingat dan dibiasakan agar saat membaca bisa terbaca dengan benar.

2. Waqaf dan ibtida

Dengan adanya jumlah waqof lebih banyak di Mushaf Kemenag, terutama yang berada di tengah ayat, menurut saya sudah sangat disesuaikan dengan kemampuan pernapasan masyarakat kita yang memang tidak begitu panjang. Kan kita seringkali bingung juga saat napas sudah mau habis tapi masih jauh ujung ayatnya sementara takut salah makna kalau sembarang berhenti atau sembarang memulai bacaannya. 

3. Bacaan gharib

Selain kaidah tajwid, gharib juga tidak kalah penting. Ya meski cuma ada tujuh titik bacaan aja tapi kalau nggak ingat ya bisa bablas aja kan bacanya. 

Coba kita lihat lagi tabel di atas. Di mushaf madinah memang tidak ada tanda tambahan yang memberitahukan kalau di bacaan tersebut harus dibaca isymam, imalah, dan lainnya. Makanya kita tentu kudu paham dan bisa bacanya. 

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!