[ sponsored post]
Bulan Maret kemarin menjadi momen yang cukup berkesan buat saya. Saya menjadi bagian dari tim wara wiri untuk pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Ya, Tahun ini adalah tahun keempat pelaksanaan Ujian berbasis online, dan tahun kedua bagi sekolah kami. Berbasis online berarti perlu menggunakan media elektronik, dan sekolah kami belum memilikinya. Hmmm?

Rapat demi rapat terlewati, wara-wiri sana-sini, bongkar pasang ini itu, pelaksanaan Ujian Nasional kali ini perlu persiapan lebih. Karena sekolah kami akan melaksanakan ujian secara mandiri. Sekolah yang terdiri dari beberapa Pondok Pesantren kecil ini masih sangat minim fasilitas. Kami tergopoh-gopoh untuk mengejar ketertinggalan. Sekolah yang masih menumpang di Pondok Pesantren, komputer yang hanya ada 3, guru yang tersebar dimana-mana, dan tentu saja keahlian data online yang perlu dipelajari. Menjadi Guru saat ini memang tidak hanya mengoceh di depan siswa, tapi harus melek dengan perkembangan kehidupan yang dinamis, seperti halnya melek internet.
UNBK tahun ini berbeda dengan tahun kemarin. Tahun kemarin sekolah masih menumpang pada MAN 1 Sleman yang jelas memiliki fasilitas yang cukup untuk melaksanakan Ujian berbasis Online. Tahun kemarin adalah tahun pertama sekolah kami mengadakan UNBK. Tentu kamibelum memiliki bekal yang cukup, dan fasilitas yang jauh dari memadai untukmelaksanakan UNBK mandiri. Tapi kendala yang dilewati ternyata cukup membebani sekolah. Kebiasaan siswa yang terbiasa telat, charter kendaraan yang lumayan mahal, hingga seragam siswa yang tidak begitu rapi jadi kendala sendiri.Mendadak disiplin itu memang tidak mudah.
Tahun ini sekolah kami memberanikan diri untuk melaksanakan Ujian Mandiri. Modal nekat ini dilakukan untuk meminimalisir pengeluaran dan mengasah kemampuan sekolah untuk lebih mandiri. Tentu ini juga menjadi bekal untuk tahun selanjutnya, agar ilmu yang didapat dalam pelaksanaan Ujian Nasional ini tertular pada pengampu berikutnya.
Persiapan untuk UNBK sungguh menguras waktu dan tenaga. Pak Jarot selaku orang penting yang memegang tugas sebagai proktor dan teknisi sampai merelakan waktunya untuk tidak memancing danmelakukan hobi sekaligus pekerjaannya sebagai fotografer selama try out dan UNBK berlangsung. Begitupun Bu Riski yang rela mondar-mandir krapyak – Mlangi, rela mantengin layar 10 inchi-nya untuk melakukan input data dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan data-data UNBK. Bahkan thesis yang sedang dikejar-kejar oleh pembimbing pun ia rela letakkan sejenak untuk fokus pada persiapan dan pelaksanaan UNBK ini.
Jika melihat keadaan seperti, tanpa perlu ke pelosok negeri pun, kita bisa melihat bahwa pendidikan masih tergopoh gopoh bahkan di dekat kita.
Proses persiapan TRY OUT dan UNBK
Ruangan luas yang biasa menjaditempat untuk kegiatan belajar mengajar kelas XI IPS dan kelas XII IPA disulap menjadi satu ruangan. Meja-meja disusun berjejer dan berhadap-hadapan. Untuk 24 siswa yang akan mengikuti UNBK ruangan ini terrasa sangat luas.
Proses persiapan UNBK membutuhkan banyak orang dan banyak alat. Ruangan yang biasanya acak-acakan perlu ditata sedemikian rupa, agar terlihat cukup nyaman untuk didatangi oleh pengawas. Begitupun juga untuk urusan barang-barang elektronik. Sekolah perlu menambah daya listrik agar tidak njegleg saat kegiatan ujian berlangsung. Untuk mengurangi penggunaan daya berlebih dan kemudahan pelaksanaan UNBK, penggunaan laptop akhirnya menjadi pilihan. Berhubung masih dengan keterbatasan laptop, jadilah dengan segenap daya, Pak Jarot mencari-cari laptop yang bisa dipinjam selama masa try out dan UNBK. Laptop para siswa, para santri, dan para guru,termasuk laptop saya menjadi saksi pelaksanaan UNBK cukup berjalan denganlancar.
Hal lain yang mendadak untuk dilakukan ialah menambah kekuatan internet agar lebih kencang dan tidak tersendat saat pelaksanaan UNBK berlangsung. Dengan terpaksa akhirnya bepindah ke layanan internet lain. Kemampuan daya internet menjadi hal yang sangat krusial, bisa jadi gara-gara jaringan internet lambat dan sering loading menjadi sumber kegagalan ujian. Jangan sampai deh.
Tentu, ada banyak biaya dan tenaga yang perlu dikeluarkan untuk persiapan UNBK ini. Diharapkan ini menjadi bekal, baik ilmu maupun peralatannnya untuk digunakan kembali pada tahun-tahun berikutnya. Perlu effort yang kuat diawal untuk menjadi bekal di kemudian, begitulah.
Proses Pelaksanaan TRY OUT dan UNBK
Try Out menjadi latihan pertam ayang dilewatkan oleh para siswa untuk mengetahui bagaimana rasanya UNBK. Tapi sayang, karena namanya juga try out terkadang semangat siswa untuk mengikuti tes ini kurang begitu greget. Bagi mereka ini bukan ujian, dan nilainya tidak diperhitungkan. Beberapa dari siswa masih terlihat malas-malasan untuk ikut try out ini. Sedih sih, apalagi jika melihat ke belakang, bagaimana persiapan para Guru demi terlaksananya UNBK ini.
Tidak dipungkiri memang, kita masih melihat nilai sebagai representasi sebuah angka, sesuatu yang bisadibanggakan dan bisa dipertunjukkan. Bukan melihat nilai sebagai sebuah ilmu, pengalaman, dan pelajaran. Maka, wajar jika try out yang hanya sekedar latihan untuk persiapan untuk melewati UNBK ini menjadi kurang menarik minat mereka.
Meski demikian, Alhamdulillah kegiatan try out berjalan dengan cukup lancar. Meski harus ngoprak-ngoprak siswa ke pondok mereka, menunggu beberapa siswa yang datang terlambat, hingga mengantar-balik laptop perlu dilakukan. Begitulah, perjuangan memang cukup manis untuk dikenang. Ada lelah yang berakhir dengan senyuman bahagia.
Saat yang mendebarkan dan mengesankan dari try out adalah setelahnya. Begitu para siswa selesai mengerjakan try out, Para Guru bisa langsung melihat hasilnya di komputer milik Proktor. Mungkin ini tidak akan bisa dinikmati jika try out dilaksanakan disekolah lain. Pada hari itu juga, anak-anak bisa dikabarkan tentang peringkatnilai mereka. Seharusnya ini menjadi cambuk bagi mereka.
Selama kegiatan UNBK, Alhamdulillah berjalan dengan lancar. Bu Riski sebagai tim bagian input data selalu melek dan dibuat kaget dengan data-data yang terkadang telat masuk atau gagal masuk. Namun, untungnya tidak ada kendala yang begitu berarti. Kecuali kendala harus pagi-pagi ke sekolah, ini cukup berat, apalagi untuk Pak Jarot yang lebih suka lembur di malam hari.
PENDIDIKAN MASA KINI : BERBASIS ONLINE
Dari berbagai cerita persiapan UNBK diatas, sangat terrasa bahwa kita masih belum siap untuk masuk ke Era 4.0. Era dimana teknologi menjadi penyambung tangan segala kegiatan manusia, untuk disederhanakan baik waktu maupun tenaganya.
Seharusnya memang kegiatan-kegiatan sudah berbasis online. UNBK sebagai gerbang pembuka untuk mengenalkan bahwa pendidikan kini mampu dilakukan dengan hasil yang lebih eco-friendly, efisien, serta meningkatkan kejujuran. Berbasis Online. Perkembangan teknologi menuntut kita untuk belajar kembali, belajar menyeimbangkan perkembangan dan belajar untuk mengelola manfaat dari sebuah teknologi.

Perkembangan teknologi seperti yang ditawarkan oleh Pinisi Edu Box menjawab tantangan terknologi. Mereka menawarkan sebuah server mini yang mampu menyimpan berbagai data, soal ujian dan nilai dalam sekejap mata. Perangkat dapat digunakan untuk untuk aplikasi ujian intranet berbasis web sehingga bisa diakses dari semua platform dan device yang mempunyai akses Wi-Fi. Pinisi Edu Box dapat digunakan untuk kebutuhan ujian harian sampai ujian kenaikan kelas. Yang pasti buat mereka ini lebih praktis dan mengurangi penggunaan kertas dan ATK setiap kali ujian dilangsungkan.
Kemudahan tersebut tentu memberikan kebahagiaan bagi para pengajar. Guru tidak perlu lembur untuk mengoreksi lembar jawab siswa, tidak perlu mencoret-coret kertas, tidak perlu mengawasi dengan ketat dan pasang muka serem biar tidak ada yang menyontek, karena semua dilakukan secara online. Menghemat kertas, mengemat waktu dan menghemat tenaga. Lebih efisien.
Meski merupakan produk lokal, startup ini sudah melambungkan namanya di kancah Internasional. Pinisi Edu Box mewakili Indonesia dalam CBC (Creative Bussiness Cup) Indonesia. Saat ini sudah ada beberapa sekolah yang menggunakan Pinisi Edu Box. Hingga 2017, penggunaan Edubox sudah merambah ke 300 sekolah, dengan total 50.000 users, 8.000 ujian ter-publish, dan soal sebanyak 250.000 butir soal.
Semoga kelak semakin banyak pula hasil karya anak bangsa yang menghasilkan produk yang manfaat dan dapat memudahkan aplikasi pendidikan masa kini. Dan, kita sebagai pelaku pendidikan semoga senantiasa dapat terus mengikuti perkembangan yang terjadi untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Memang kesiapan unbk berbasis komputer sungguh memerlukan usaha lebih baik dana maupun tenaga.
Kalau saya bukan proktor atau teknisi sih..tapi kadang terlibat jadi pengawas atau panitia penyelenggara. Adik saya kebetulan proktor di smk desa pinggiran. Jauh dari kota besar. Dia empat hari itu sampe nginep dekat sekolahan nya itu. Soalnya komputernya aja tidak semua dalam keadaan prima. Harus siap sewaktu waktu
iya mbak. memang di pelosok kebutuhan akan pengembangan teknologi menjadi sebuah keharusan. Yang past, semoga usaha gurunya tidak sia-tisa, selain menjadikan anak lulus sekolah, juga semoga ilmunya manfaat ya.