Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Makna Sebuah Nama

1 min read

sesampainya di tema tentang “Kekayaan” pada Buku “Secercah Cahaya ilahi, hidup bersama Al-Qur’an” karya Quraish Shihab. tetiba aku serasa menemukan makna dari namaku, semakin meyakini dan semakin mensyukuri arti dari namaku selama ini.

Al-Qur’an dan As-Sunnah memilliki pengertian tersendiri tentang makna “kekayaan” yang cukup jauh bedanya dengan pengertian populer di era materialisme ini. Al-Qur’an menggunakan istilah ghina yang terulang sebanyak 73 kali, dan yang pada umumnya diterjemahkan dengan “kaya”, serta difahami secara keliru dalam arti “memiliki materi yang banyak”. sementara ulama tafsir ada yang terpengaruh dengan pengertian umum itu, sampai-sampai sebagian mereka kebingungan menjelaskan kapan Nabi Muhammad SAW memiliki kekayaan materi seperti yang disebutkan dalam QS. Adh-Dhuha ayat 8.Para pakar islam menjelaskan bahwa Nabi Saw tidak menilai kekayaan materi sebagai ghina. Beliau bersabda : yang dinamakan kaya bukanlah dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa” dan “ siapa yang ingin menjadi orang yang paling kaya, hendaklah apa yang berada di tangan Allah meyakinkannya daripada apa yang berada dalam genggaman tangannya”.

Apakah kekayaan Allah itu? tentu saja mustahil kita mampu melukiskannya. Akan tetapi, sekali lagi, dari Al-Qur’an dan Sunnah kita dapat memperoleh secercah informasi tentang hal tersebut. Ketika berbicara tentang kemurahan Al-Rahman pada surah Al-Rahman, nikmat pertama yang disebut-Nya adalah “pengajaran Al-Qur’an” (QS. Al-Rahman: 2). itulah kekayaan utama dan pertama. karena itu dalam suat riwayat disebutkan bahwa: siapa yang dianugerahi Allah (pemahaman) Al-Qur’an, kemudian dia beranggapan bahwa ada orang yang dianugerahi lebih utama/baik daripada apa yang dianugerahkan kepadanya itu, maka dia telah mengecilkan yang agung dan mengagungkan yang kecil”, karena itu pula, Nabi Saw bersabda: sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.“ dan dari sini kita dapat berkata bahwa tiada kekayaan sebelum Anda memiliki Al-Qur’an, dan siapa yang memilikinya maka dia kaya, sedangkan yang tidak memilikinya adalah miskin.

Tentang “kekayaan hati” ini jadi teringat dengan ndawuh guru bahasa Arab saat Aliyah dulu, “..boleh kita kaya, tapi jadilah yang kaya pula hatinya, supaya menjadi obat, syukur, syukur bisa membuka bengkel hati”. dulu, bahkan sampai kini aku masih bingung untuk mengartika makan kata itu. terlalu berat maknanya.

But, dengan pemaknaan diatas, syukur senantiasa dipanjatkan kepada Kekasih-Nya. serasa menemukan “jati diri” di detik-detik menjelang usia yang semakin tua ini.

Alhamdulillah, semoga aku sesuai dengan pemaknaan namaku diatas. Amien. 🙂

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!