Karena hidup memang sejati untuk dihidupkan dengan berbagai pembaharuan yang menjadikan pribadi menjadi lebih baik. Laiknya hidup, hal-hal kecil yang kita hadapi-pun menuntut demikian. Skripsi misalnya, hal yang satu ini menjadi “derita” saat kita benar-benar belum tahu dan belum perah melakukan penelitian. Nama penyakit yang muncul akhirnya adalah galau, ini menjadi penyakit terhebat yang menyerang skripsi.
Menunggu kepastian dari narasumber, menunggu dosen untuk konsultasi, dilempar-lempar tempat penelitiannya, susah ketemu dosen, dan cerita lainnya menjadi cerita lucu saat kita ingat perjuangan tugas yang satu ini. Capek? Pasti. Menyerah? Pernah juga. Nangis? Jangan tanya. Yang sampe turun berat badan juga ada lho. haha
Segalanya memang tidak yang sempurna, termasuk skripsi ;). Well, Seusai rampung tulisan skripsi pun kita dihadapkan pada masa-masa revisi. Menulis dengan begitu rapihnya kemudian dengan semena-mena dicoret-coret! Haha. Jangan salah, justeru akan sangat sia-sia jika skripsimu tidak dicoret-coret lho. Coretan itu menunjukkan kepedulian dari dosen. Karena kita sedang dalam tahapan belajar, sangat wajar jika kita memiliki kesalahan. Jelas-jelas kita masih cukup bodoh untuk dapat mengakhiri cerita perjalanan kuliah ini. Di luar sana, kecakapan kita akan bergulat dengan berbagai masalah yang bahkan seringnya tak kita temukan teorinya di bangku kuliah dulu.
Jika dalam Tugas Akhir ada revisi, apalagi dalam mengarungi hidup ini. Revisi itu sebagai pembaharuan dari hal yang belum tahu menjadi tahu atau bahkan lebih tahu, dari yang salah menjadi benar, dari yang sedikit ilmu menjadi bertambah ilmunya. Ya, karena sejatinya kita tak boleh berhenti untuk belajar, kan?! Tentu demikian dengan hidup. Kita sering tidak sadar dengan kesalahan yang dilakukan, itu sebabnya sangat wajar jika ada orang lain yang menegur kita. Menjadi seseorang yang berkualitas itu tak sekedar baik lalu mencukupi ke’baik’an yang telah dicapainya kini. Karena hidup tak sesempit itu lho! Kita hidup bersama orang lain, dan menilai diri telah menjadi orang baik dan mencukupinya tanpa memperbaharui sisi-sisi ke’baik’annya itu adalah sesempit-sempitnya watak manusia. Karenanya, perbarui diri dengan ilmu dan akhlaq merupakan cerminan manusia yang memanusiakan dirinya. Selamat malam.
Dalam masa revisi.
Krapyak, 17 September 2014. 23.08 WIB.