Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

A Day in Singapore :Garden Bay dan Marina Bay

3 min read


A : Mah, nanti pulang mau transit di bali atau singapura?

G : Bali aja. Udah tenang kalau udah nyampe Indonesia mah. Emang kenapa?

A : aku inginnya ke Singapura, mau mengenang perjalanan waktu di sana dulu. Sekarang banyak perubahan lho

G : gitu mah ga usah nanya 😐

A : kan biar mamah juga pernah ke sana 😁

Baiklaaaaaah, perjalanan hampir tiga minggu membuat saya hiatus dari dunia perblogan. Iya, kami sekeluarga telah melakukan perjalanan yang cukup panjang. Pulang kampung lintas benua.

in marina bay singapore

Pulang kampung antar benua ternyata membutuhkan banyak bekal dan tenaga, apalagi jika perjalanannya nyambi sambil transit terlebih dahulu.

Seperti perjalanan kali ini, terbang pakai Finnair, transit di Finlandia selama satu jam, lalu terbang lagi dengan maskapai yang sama, tapi berhentinya di Singapura selama 3 malam 4 hari. 😃

Karena perjalanan akan transit sambil nyicip liburan di Singapura dulu, meski jatah bagasi masih lowong banget, kita tidak membuka jasa titip yang sangat menggiurkan itu deh. Padahal sebenarnya cukup buat buka jastip, tapi membayangkannya saja sudah lelah duluan. Bawa anak 1, bawa koper 2, dan bawa tas backpack 3 jelas bukan beban yang ringan.

Perjalanan mampir ke Singapura juga bukanlah disengaja banget. Hal utama itu karena harganya jelas lebih ndlosor dibandingkan terbang langsung transit di Jakarta. Hemat cyin!

Ekspektasi saya saat akan traveling di Singapura adalah kebersihannya, banyak orang kaya, dan menemukan keramahan a la orang-orang Asia. Bahkan, dari cerita yang selalu digaungkan suami, kita meludah saja kena denda 500 dollar.

Saya excited banget donk, secara saya kan newbie banget untuk jalan-jalan ke luar negeri. Sebagai newbie jelas saja dengan katro-nya saya terus saja membandingkan keadaan di Belanda dengan Singapura. Tapi ternyata lain benua, lain pula ceritanya.

Sesampainya di Singapura, keluhan cuaca mulai datang. Nahla berkeringat hampir seharian, jalan kaki kepanasan, dan ternyata menurut saya sih nggak begitu jauh dengan Jakarta, apalagi keramaiannya.

Itinerary kita di Singapura rencananya nggak begitu banyak. Jatah jalan-jalannya hanya dua hari. Hari kedua rencana keliling Singapura, dan hari keempat ke Malaysia.

Nyatanya, hari pertama cukup terbuang karena efek jetlag, drama ATM dan waktu nyuci yang cukup lama. Lupa banget kalau akan terjadi jetlag.

Mungkin karena kecapekan juga, jadi sesampainya di penginapan kita langsung tidur, padahal baru jam 10. Jadinya jam 2 udah pada bangun semua, tidur lagi jam 4, dan Nahla bangun siang mendekati jam 12. Tibra euy!

Waktu nyuci juga cukup lama karena ternyata kita harus nyuci sendiri. Nunggu baju dicuci selama setengah jam, dilanjut mengeringkan selama setengah jam juga. Udah selak sore, ya sudah menikmati Marina Bay saja.

Menikmati Marina Bay dan Garden Bay

Kita cuma sempatkan keliling Marina Bay dengan naik perahu. Ongkosnya per-orang $25. Karena kita naik saat setelah magrib jadi lumayan meriah pemandangannya, setiap bangunan penuh dengan gemerlap lampu.

Hari kedua yang ternyata mau ke Malaysia pun gagal karena Si Ayah ngebet ingin ke Bugis Street. Demi menikmati bubur kacang, Plis. Eh tapi di sana emang makanannya murah banget sih, terpisah jelas makanan yang halal dan nggak halalnya kok. Masakan Indonesia jelas ada, meski yang jualan tetap orang Singapura.

warung masakan indonesia si Singapura

Karena gagal ke Malaysia, akhirnya kita melipir ke Garden Bay. Ini ceritanya sebagai ganti karena kita ga berkesempatan melihat bunga tulip bermekaran selama di Belanda. Meski ternyata saya tidak mendapati tulip juga di sini. HIKS

Eh tapi banyak tumbuhan unik banget. Semua tumbuhan dan bebungaan yang ada di dunia hampir semua dihadirkan di sini. Pertama mengunjungi Garden Bay, kita masuk ke Forest Dome-nya. Ada banyak sekali tumbuhan, juga ada replika stalagmit stalagtit gitu. Saya dibuat takjub banget dengan replika bunga Raflesia yang dibuat dari lego. Nama arenanya disebut ‘The Lost World’. Ada air mancur juga, tapi ya air mancur buatan. Betapa harus bersyukurnya ya kita yang tinggi di Negara yang Air mancur aja bisa buat main sembur-semburan.

danau buatan di garden bay singapura


Lalu berkunjung ke Flower Dome, semakin terkesima donk. Langsung disambut sama bunga sakura e, udah serasa ke Jepang aja.
Semakin masuk semakin banyak bunga unik yang belum pernah saya temui. Ada berbagai bunga dan tanaman dari berbagai benua. Dari mulai yang dataran rendah dengan bunga-bunga cantiknya. Semakin tinggi datarannya, pohon-pohonnya semakin besar, tebal, dan berbulu banyak.

Oh iya, ongkosnya lumayan juga satu orang $28, jika mau keliling dengan Mobil tambah $4 per orang. Kita sih jalan kaki aja soalnya, selain irit, ada banyak hal menggelitik yang nggak dinikmati jika nggak jalan kaki soalnya.

Kesan selama di Singapura

1. Bahasa
Saya nggak tahu bahasa inggris saya sudah sebagus apa, tapi kok ternyata saya mau tukar uang receh pun mereka nggak faham omongan saya. Alhasil bahasa isyarat emang paling ampuh.

Orang Singapura paling banyak terdiri dari orang Melayu, China dan India. Jadi Masjid cukup mudah ditemui, begitupun rumah makan halal. Tapi kendala bahasa masih juga terjadi. Beberapa kali saya ngobrol sama orang China, selalu di jawab dengan bahasa China juga e, nggak paham blass.

2. Gadget selalu di tangan
Saya sih selama di Singapura paket Internet WiFi only, jadi kalau di luar, pegang hp kalau mau foto saja. Tapi ternyata, orang-orang sini sepanjang jalan itu hp nggak pernah lepas. Streaming nonton film dan main gim dari MRT 1 ke MRT lainnya. Dari bus 1 ke bus lainnya.
Jadi malah nggak nemu orang ngomong ‘silahkan’ ketika saya yang lagi gandeng anak masuk ke dalam kendaraan.

3. Kurang mom friendly
Beberapa kali saya naik Bus/MRT saya seringkali mendapati tempat duduk bukan yang khusus busui/bumil. Padahal jelas-jelas saya lagi gandeng anak yang udah agak gede gini.

Ternyata ada orang hamil pun, demikian. Nggak dipersilakan untuk duduk di tempat khusus juga. Sedih sih, pengen gitu saya ngomong supaya mereka minggir, tapi nggak berani, sebagai pendatang begitu, takutnya gimana-gimana.

4. Terlalu sering jalan kaki
Cuaca panas banget itu nggak cocok buat jalan kaki lama-lama emang, apalagi bawa barang banyak. Jadi emang wajar orang Asia rada jarang jalan kaki jauh, cuacanya nggak mendukung banget emang. 😄

Sekian cerita perjalanan kecil-kecilan dari keluarga kecil kami. Tunggu kami di cerita receh selanjutnya. 😃

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

13 Replies to “A Day in Singapore :Garden Bay dan Marina Bay”

  1. Senangnya ya kak bisa merasakan pulkam lintas benua, aku naik pesawat aja belum pernah hihi pulkamnya cuma lintas kota dalam provinsi aja 😂😂

    1. Saya jg baru kali pertama mbak. Semoga Mbak jg kesampaian utk ke luar suatu saat nanti. Hidup harus penuh mimpi memang, agar hidup terasa hidup. 😃

  2. keadaan nggak ngasih tempat duduk di kereta ini sepertinya udah mulai berkembang biak di negara-negara yang tadinya cukup ramah untuk ibu dan lansia, termasuk di Indonesia.
    sedih banget, padahal dulu nggak gitu 🙁
    trus di Singapura itu kata saya sih orangnya lebih jutek. hihihi

  3. Serunya pulang kampung lintas benua dan masih bisa mampir-mampir pula ke negara lain! Garden Bay memang mahal tapi bagi saya worth it banget ya, soalnya memang unik sekali tempat dan isinya. Terkesima bisa yah sesuatu yang buatan dipindahkan ke dalam bangunan. Yang menarik bagi saya dari Singapura (saya waktu ke Amsterdam ga ke gedung soalnya jadi tidak tahu sama atau tidak), semua orang jalannya cepat banget! Liftnya cepat eskalatornya pun cepat banget gara-gara mereka semua bener-bener punya fast paced life-style.

    1. Saya jg blm nyicip sih ke gedung di Amsterdam mh, cma pas mampir ke Amsterdam jalanan lebih dikuasai sepeda. Tp jalan kaki mh masih santai plg ngejar bus/kereta aja yg kudu ngebut. Klo di Singapore mh karena jaraknya rada jauh jg yaa baik antar MRT, termin maupun Bandara, jadi kita dibuat ngoyo bgt. Mgkn sengaja bgt buat olahraga ya mbak..

  4. Tamannya garden bay cantiiik banget.. Singapura terlihat sibuk banget ya. Tapi orang sini sekarang banyak juga yang liat hape terus selama dijalan. Padahal bepergian kan kalo dulu itu asyiknya menikmati jalan, sesekali ngobrol ,menyapa orang lain seperjalan hehe..memang mungkin gaya hidup sudah berubah. Semoga kelak kami bisa ketularan belajar dan jalan jalan keluar negeri

    1. iya mbak. saking sibuknya langkah mereka selalu fokus dan bergerak cepat. haha, skrg mh di mana-mana orang suka kali pegang hp emang yaa. termasuk saya jg kok

  5. Nggak heran ya kalau di Indonesia dikatakan sebagai negara dengan penduduknya yang sangat ramah. Di sana-sini gampang senyum dan menyapa orang. Di Singapura juga aku melihat kehidupan mereka sudah sangat individualis. Kebetulan aja di sana aku punya teman, jadi tetap bisa haha-hihi bareng teman-teman dan keluarganya si teman ini. Mbaknya tinggal di Belanda, ya? Waaah, doakan ya diluaskan rezekinya bisa melancong dengan visa Schengen, hihihi …

  6. Meski kebayang capeknya kayak gimana perjalanan pulkam lintas benua, tapi pasti menyenangkan banget ya, kak … , bisa mampir-mampir ke banyak tempat ketje begitu 😁

  7. Kayanya Singapura ini secara umum bisa dibilang versi sedikit lebih rapi dan teratur dari kawasan SCBD atau Sudirman Thamrin Jakarta ya. Hehe. Perbedaan lainnya mungkin pada ritme gerak orang-orang di sana yang cenderung cepat. Kalau kita kayanya lebih selow.

    1. Hallo Mas Ikhwan. wah bukan anak jakarta nih jadi malah saya kurang paham ttg SCBD atau Sudirman Thamrin ini, hehe

      Ritme gerak memang dipengaruhi dengan oleh kegiatan dan kebiasaan ya. Di sana bisa jadi terlatih karena memang keadaan menuntut begitu dan sedari kecil dihadapkan dengan hal yang seperti itu. Kalau kita sendiri, saya merasa sih masih sangat selow sekali untuk melakukan suatu hal, nggak yang sat-set cekatan banget. Melihat kehidupan di Jakarta dan Jogja aja udah jelas beda ritmenya yaaa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!