Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Religious Coping Perempuan Menjelang Menstruasi

2 min read

Mekanisme tubuh perempuan menghadapi menstruasi

Ghinarahmatika.com – Seminggu menjelang menstruasi, saya biasanya mendadak merasa rajin sekali untuk beribadah. Ngaji jadi terasa lebih nikmat dan rasanya lebih sedikit malas. Aneh, rajin kok mendadak. Wkwk. Tapi saya juga sadar kalau ternyata tubuh saya sebentar lagi akan mengeluarkan yang namanya darah menstruasi. Tapi kok mendadak rajin?

Baca juga : Menyelami Kondisi Perempuan saat PMS

Suatu ketika saya pun iseng menanyakan hal tersebut di instagram story. Hal yang mencengangkan adalah ternyata sebagian besar dari teman-teman instagram saya memang juga merasakan hal yang sama.

Oleh sebab itu saya pun iseng bertanya tentang hal itu kepada teman yang juga seorang dokter. Dia bilang  :

Wajar dan justru bersyukur jika tiba-tiba tubuh mendadak merasakan kenikmatan yang berlebih untuk beribadah. Berarti tubuh kita merespon kondisi bahwa sebentar lagi masa-masa untuk beribadah akan berhenti sebentar, dan di fase itu memang kondisi tubuh juga banyak gejolaknya, jadi dengan rajin beribadah, maka itu adalah coping mecanisme kita untuk menyambut menstruasi.

Dr. Rima

Dipikir-pikir malah jadinya saya kepikiran dan mengiyakan semua yang didawuhkan teman saya ini. Malamnya karena masih penasaran, akhirnya saya pun melakukan riset kecil-kecilan dan nemu beberapa artikel dan jurnal yang membicarakan tentang hal ini. Maka untuk mengurai benang kusut biar nggak makin mengular, saya mau coba uraikan lewatkan ulasan di sini ya. Tapi tentu ini masih sebatas pendeknya pemikiran dan riset kecil-kecilan saya. 

Kondisi Tubuh Perempuan Jelang Menstruasi dan Ibadah Yang Mendadak Rajin

Menjelaskan kondisi tubuh perempuan menjelang menstruasi itu begitu sulit. Mood swing, iya. Tubuh rasanya udah nggak karuan, malah kadang mual dan jerawatan, yang lebih parah lagi malah anxiety yang acapkali menghantui. Saya sebagai perempuan pun kadang masih nggak bisa untuk mengendalikan kondisi ini. Tentu wajar kalau pasangan atau orang terdekat kita lebih bingung menghadapi kita yang lagi di fase nggak jelas ini.

Dalam setiap bulannya pasti ada saja tangisan yang muncul karena hal-hal remeh-temeh yang sebabnya itu karena kita mau menstruasi. Kalau dipikir-pikir dan teringat sama masa-masa ini sih rasanya kayak bodoh nggak sih. Udah puluhan kali ngalami hal kayak gitu tapi tetap saja seringnya terjadi berulang.

Tapi sungguh Tuhan Maha Baik.

Di tengah kondisi yang rasanya sangat berantakan dan terpuruk dengan berbagai kondisi tubuh, Tuhan hadirkan keinginan diri kita untuk makin mendekat kepadaNya. 

Kita sih merasanya bahwa kita sedang mendadak rajin. Yang entah kok tiba-tiba banget. Ngaji yang tadinya satu halaman saja berat, tapi tiba-tiba dua halaman aja masih pengen nambah. Sholat yang kadang merasa tergesa-gesa tapi ini malah sholatnya lebih pelan, seusai sholat masih duduk sambil melafalkan banyak wirid. Padahal bisa jadi ini adalah respon positif tubuh yang tidak nyaman untuk menghadapi menstruasi yang sebentar lagi datang.

Eh, tapi terus saat menstruasi itu datang kita pun merasa kesal, karena ……… kok lagi rajin-rajinnya tapi malah menstruasi itu datang, sih.

Padahal itu adalah mekanisme tubuh kita untuk bisa mengendalikan diri saat menghadapi kondisi tubuh perempuan yang nggak karu-karuan menuju kondisi tubuh yang mengharuskan kita melalui fase istirahat saat menstruasi datang.

Religious Coping : Kendali Diri untuk Menghadapi Kondisi Tubuh Menjelang Menstruasi

Secara umum, manusia saat menghadapi situasi yang tidak terkendali memang salah satu titik baliknya adalah ia kembali mendekat kepada Tuhan. Ini adalah definisi sederhana dari religious coping pada umumnya.

Bukan hal yang baru, juga bukan hal yang aneh. Karena memang sebagai manusia kita tidak bisa lepas dari pengharapan, meski sedang berada dalam posisi terpuruk sekalipun. Justru hal itu perlu dipupuk. Dengan adanya keinginan mendekat kepada Tuhan meski baru dalam kondisi terpuruk, hal itu berarti kita tetap mengakui keberadaan Tuhan yang Maha segalanya, toh!

Berbagai riset menyebutkan bahwa lewat religious coping, manusia akan merasa lebih nyaman dan tenang untuk menghadapi tekanan yang datang. Bisa jadi reaksi tubuh kita yang menyadari siklus tubuh yang terjadi membuat diri kita mendadak rajin ibadah ini tidak kita sadari, tapi respon tubuh yang membentuk mekanisme bertahan memberi reaksi diri kita untuk lebih menikmati ibadah.

Praktek spiritual perempuan tentu berbeda perjalanannya dengan laki-laki. Masa menjelang menstruasi dan masa istirahat selama menstruasi memberi jeda sekaligus refleksi diri. Masa-masa ini seperti masa pertarungan bagi perempuan. Ia harus bisa mengendalikan perubahan dari dalam tubuh yang berpengaruh pada fisik bahkan mentalnya. Setiap bulan bertarung, tapi bukan tentang kalah dan menang yang dipertaruhkan, melainkan seberapa bisa kita mengendalikan kondisi tersebut dan menikmatinya secara sadar. Maka di sinilah praktek spiritual berperan lebih luas. Dan kita harus paham, meyakini, dan menjalankan bahwa laku spritual itu memang bukan hanya sekadar rukun islam yang lima.

Baca juga : Menstruasi pun Tetap Berpahala

Spiritual memang kadang naik dan turun, tapi spiritual adalah kunci kebergantungan kita pada Tuhan. Maka perlu penuh rasa syukur tak terkira saat tubuh merasa butuh untuk merengkuh dan do’a semakin banyak bersimpuh. Jika pun setelah menstruasi berlalu dan kita harus merangkak menyusun semangat untuk beribadah kembali, bukankah jeda itu justru seharusnya membuat rindu kita memuncak? Rindu kepada Rabb-mu kan?

Groningen, 16 Juni 2025

11.03 cest

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!