Saat Halaqah sudah tebentuk, satu per satu dari kami mendapat giliran untuk membaca Qur’an. Dari situ saya mendapati beberapa teman mengaji lewat Qur’an android mereka. Saya kaget, ternyata ada beberapa hal penting yang lumayan berbeda dengan bacaan Qur’an yang biasa saya baca.
Dalam keseharian, hidup kita sudah semakin dimudahkan sekali dengan perkembangan teknologi saat ini. Tentu, menjadi mudah bagi mereka yang faham cara menggunakannya. Faham juga kemanfaatannya.
Tidak dipungkiri perkembangan teknologi juga mendukung untuk hal-hal yang bersifat ritual. Aplikasi yang ditawarkan menarik bagi kita yang ingin terlihat simpel, tidak ribet, dan tidak membebani.
Kini, dengan mudahnya kita membaca Qur’an, membaca wirid, dzikir, dan amalan-amalan hanya dengan satu genggaman. Genggaman yang bisa dibawa kemana-mana, yang ringan, yang nggak pernah juga kita tinggalkan. Handphone.
Baca juga : Tips menikmati membaca Al-Qur’an dengan khusyuk
Saya termasuk orang yang yang cukup takjub dengan perkembangan tersebut. Takjub juga dengan banyaknya pengguna yang menggunakan aplikasi tersebut untuk ritual mereka. Meski demikian, saya sendiri tidak begitu tertarik untuk menggunakan handphone dalam hal- ritual.
Tidak tertarik bukan berarti tidak pernah mencoba ya. Pernah suatu ketika, saya download beberapa aplikasi ritual. Entah itu dzikir, Qur’an, dan lainnya, tapi ternyata jarang tersentuh. Beberapa kali menggunakannya, banyak sekali distraksinya. Saya kalah oleh distraksi tersebut. Baiklah, saya menyerah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengaji dengan Qur’an Android
Setelah saya beberapa kali menemui teman-teman yang membaca Qur’an Android, saya menemukan beberapa hal yang berbeda dengan Qur’an yang biasa saya pakai. Dari situlah saya tertarik untuk menelusurinya lebih dalam.
Hal ini saya temukan saat saya ikut pengajian anak De-Groemist di Groningen. Saat saya menyimak bacaan mereka, saya cukup kaget, karena ternyata ada beberapa hal penting dari bacaan mereka dan tulisan di Qur;an android yang lumayan berbeda dengan Qur’an versi Kemenag.
Baca juga : Belanja Mingguan Halal di Groningen
Saya iseng donk melakukan riset kecil, membuat question di Instagram saya, dan membaca beberapa referensi serta iseng baca juga lewat Qur’an Android. Menarik, meski sederhana, saya jadi semangat untuk menuliskannya di blog ini. Semoga menjadi pengingat juga para pembaca.
Ini menjadi penting. Karena Qur’an adalah pedoman utama ummat Islam. Jadi, Qur’an harus lebih sering digeluti. Membaca Qur’an memang tidak sembarangan. Ada hak-hak yang harus ditempatkan pada masing-masing pertemuan huruf. Maka dari itu, belajar tajwid itu fardhu ‘ain.
Disclaimer : tulisan ini benar-benar hanya membandingkan Al-Qur'an versi Kemenag RI dan Qur'an Android. Saya tidak akan menjelaskan rigid tentang tajwid dan semacamnya ya.
Beberapa hal berbeda yang saya temukan di Qur’an Android antara lain:
- Terdapat banyak sekali perbedaan tanda waqof;
- Terdapat beberapa hukum bacaan tajwid yang tidak diberi tanda;
- Tidak mendapati tanda untuk berhenti membaca dengan huruf ‘ain atau dikenal dengan marka;
Saya baru menemukan 3 hal tersebut. Sila bagi teman-teman yang sudah membaca mungkin bisa menambahkan.
Hal penting yang muncul dari 3 hal di atas ialah kemungkinan salah membaca, ketidaktepatan berhenti, kesalahan makna, serta ketidakmampuan mencerna waqfu wal ibtida.
Sebagai Info, perbedaan tersebut itu karena memang mushaf yang dipakai adalah Qur’an standard Arab Saudi. Sementara yang dipakai di Indonesia ada standard Arab Saudi , India dan Pakistan. Yang di gunakan sebagai perbandinganny di sini adalah Arab Saudi yang sudah diberi petunjuk untuk memudahkan bacaan, dan Qur’an Android versi Arab Saudi asli.
1. Ada perbedaan tanda waqaf
Ada banyak tanda waqaf dalam Al-Qur’an. Secara sederhana, waqaf memberitahukan kepada kita kapan untuk berhenti atau lanjut membaca ayat-ayat Qur’an.
Saya menggunakan Al-Qur’an keluaran Kemenag dengan model Qur’an syamiil wanita. Sementara suami menggunakan Qur’an kudus. Untuk waqaf, ternyata tidak hanya perbandingan dengan Qur’an Android saja. Bahkan untuk Qur’an syamil dan Qur’an Kudus pun ada beberapa perbedaan.
Untuk masing-masing arti waqaf-nya sila teman-teman cek lagi, di Al-Qur’an halaman paling belakang biasanya ada penjelasannya.
Nah, dari hal yang bisa saya lakukan baik saat menyimak orang mengaji secara langsung atau menyimak dari HP, ada letak-letak yang menunjukkan kapan harus berhenti, kapan harus lanjut, meski ada tanda waqofnya. Jadi, tidak semua waqof itu harus berhenti, ada juga yang mengharuskannya untuk lanjut. Jika nafas tidak kuat, baru boleh berhenti, dengan lebih baik mengulang beberapa lafadz sebelumnya.
Disitulah sebenarnya kita penting memahami Waqfu wal ibtida. Jika secara sederhana, Waqfu wal ibtida itu adalah tanda kapan kita harus berhenti dan harus lanjut.
kenapa Waqfu wal ibtida’ itu penting?
Waqfu wal ibtida penting untuk menghindari kesalahan makna dalam satu ayat tersebut. Sering kan kita tiba-tiba berhenti saat membaca karena nafas tidak kuat. Lalu kadang suka asal aja gitu mulai baca lagi dari satu kata sebelumnya atau malah dari kata yang kita belum baca tadi. Nah, hal ini nih yang kudu pelajari. Tidak bisa sembarangan asal baca juga, karena akan bepengaruh pada makna dalam satu rangkaian ayat tersebut. Sekali lagi, penekanannya pada makna ya. Ini menjadi penting, karena jika berhentinya salah, bisa jadi maknanya akan salah juga.
Tentu wajar jika kita tidak mengetahui per-ayat, karena kita bukanlah orang Arab (‘ajami). Jadi, cara termudah untuk memahami kapan suatu bacaan harus berhenti ataupun lanjut adalah dengan memperhatikan Guru kita mengaji, atau memperhatikan bacaan Qur’an dari kaset/hp/video yang diputar.
Cara yang cukup susah, ya kita pelajari macam-macam waqaf tersebut. Biasanya ada di halaman akhir Qur’an. Sayangnya jika di Aplikasi Android tidak ada.
Selain Waqfu wal ibtida, ada satu hal lagi yang seringkali terlewat. Kapan kita akan menyudahi mengaji?
Di pojok ayat dalam satu halaman tersebut? di akhir juz? di akhir surat?
Paling tepat berhenti itu tentu di akhir surat ya. Beberapa ada yang tepat juga saat berhenti di akhir juz, meski ada beberapa akhir juz yang kurang tepat maknanya untuk berhenti di akhir juz tersebut.
Karena keribetan tersebut, maka cara termudah untuk mengetahui kapan kita boleh berhenti membaca adalah dengan memperhatikan tanda ‘ain di luar bingkai Al-Qur’an tersebut. Sayangnya, kita nggak menemukan hal tersebut di Qur’an Android.
2. Hukum bacaan tajwid tidak diberi tanda
Bagian ini adalah bagian yang baru saya sadari kemarin-kemarin. Akhirnya saya riset beberapa ayat yang seharusnya ada tanda Idgham ataupun Nun Washal dan ternyata memang saya tidak menemukan tandanya.
Ternyata bacaan Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Kemenag sudah benar-benar memudahkan pembacanya, bahkan yang masih awam sekalipun. Ini saya temukan tentu saja setelah membandingkannya dengan Al-Qur’an Android ya.
Kemenag sudah memberi kemudahan dalam memberi tanda semisal untuk idgham bighunnah dan idghom bilaghunnah dengan membubuhkan tasydid pada bacaan yang harus diidghomkan tersebut. Berbeda dengan tampilan di Qur’an Android. Perhatikan QS. Yaasiin ayat 23 di bawah ini :
jika dipotong dengan menekan tombol “copy” malah seperti ini yang keluar :
(أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَٰنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ)
[Surat Ya-Seen 23]
via @QuranAndroid
Sementara itu, untuk versi Kemenag, sudah diberikan petunjuk Idhom dengan tambahan tasydid dan bacaan Mad jaiz Munfashil tanda bacaan panjang seperti kutipan berikut :
Semoga para pembaca sudah cukup paham ya perbedaannya. Yang saya tekankan di sini bukan kemudian untuk “ya udah pake Qur’an biasa aja deh”. Nggak, bukan itu.
Baca juga : Relasi Qur’an dan Shalawat
Jika memang kemampuan sudah advance, dengan Qur’an versi manapun insyaAllah lanyah. Tapi, jika kemampuan tajwidnya belum lanyah, baiknya menggunakan yang versi Kemenag saja. Jika ingin menggunakan Quraan Android ya harus hati-hati, perhatikan hal-hal di atas yang sudah disebutkan. Lagi dan ini penting, adab Al-Qur’an juga tetap diperhatikan saat membaca Al-Qur’an meski menggunakan handphone ya.
Selain itu, di Qur’an android, biasanya kita tidak akan menemukan bacaan isymam, imalah, naql, saktah dan tashil.
3. Tidak ada tanda/marka’ ain
Tanda marka’ berupa huruf ain biasanya menjadi tempat yang tepat untuk berhenti mengaji. Dulu saat kecil, saya biasanya dibilang ibu untuk mengaji minimal satu ‘ain.
Tanda ain ini menjadi tanda berhentinya suatu bacaan karena secara makna berarti ceritanya telah usai. Sehingga tepat untuk berhenti. Maka, dirasa cukup tepat ketika kita ingin berhenti di tanda ‘ain.
Belakangan ini, malah biasanya kita berhenti membaca saat berada di ujung halaman. Tidak mengapa memang, namun lebih baik jika kita memperhatikan ain tersebut saat ingin berhenti membaca Qur’an.
Maka, mari kita pelajari lagi tajwidnya, perhatikan setiap bacaan kita, dan simak baik-baik saat Guru/Imam masjid yang mengaji dari hp-mu sedang diputar. Tentu belajar itu memang tidak boleh berhenti, meski sudah tidak di bangkus sekolah/kuliah lagi. Karena belajar adalah sepanjang hayat.
Hai Kak…
Salam kenal.
Iya nih, banyak hal makin memudahkan orang-orang. Salah satu contohnya adalah Al-Qur’an. Tapi, saya (dari dulu) sampai sekarang nggak nyaman baca secara online. Apalagi Al-Qur’an. Dulu pernah coba download. Tapi, setelah mendownload, ternyata jarang kepakai. Sekalinya dipakai aneh. Maksudnya aneh di sini, terasa beda sekali karena harus via hp. Kalau isi Al-Qur’an-nya, memang sejauh ini belum pernah saya lakukan riset seperti Kakak.
Entah kenapa, lebih nyaman pegang Al-Qur’an yang fisik.
Saya acungi jempol karena Kakak sudah melakukan riset, meski kecil-kecilan.
Terima kasih Kak.
Salam kenal.
Semoga kakak berkenan bw ke blog-ku juga.
Hai enid, terima kasih sudah berkunjung.
Kalau saya nyaman dan mantep bacanya pakai bentuk mushaf kitab. Bukan aplikasi Android.
Lebih nges,gitu. lagipula kalo ganti ganti quran malah bikin bingung karena cara penulisan tiap quran bisa berbeda
Iya mbaaak. Saya pun begitu.. Cuma ini mengantisipasi bagi teman2 yg suka ngaji pake Qur’an Android di hp, karna ada hal2 yg bisa bikin salah baca
masya allah, terima kasih pencerahannya mba…saya dulu juga pernah download aplikasi alquran d hp, tapi tidak lama setelah itu saya hapus karena tidak nyaman aja. memang lebih enak pakai alquran asli.
Hehe, saya jg baru tau mbak, coba share ajaa kali aja manfaat. Enaknya megang mushaf, ada bau2 kertasnya jg ya 😄
Terima kasih pencerahannya mbak. Aku lebih suka Al Qur’an fisik karena tulisannya lebih jelas. Kalau ikut pengajian juga bawa Al Qur’an. Lagipula kalau ganti-ganti Al Qur’an bisa membingungkan. Tapi ketika sedang bepergian, aku baca Al Qur’an dari hp. Kalau pas mampir di masjid sih nggak masalah, bisa pinjam.
sama-sama mbak rochma. iyaa kalo ganti Qurán meski hardcopy tetap nggak nyaman ya. nyaman pake punya sendiri emang..
terima kasih ya mba, survei kecil2an nya bermanfaat sekali. saya termasuk pengguna aplikasi quran di android, dan saya kira tidak ada perbedaan. sekarang setelah tahu, jadi menyesal kok tidak pernah terpikir untuk survei seperti mba huhuhu
hehe saya juga itu karena ikutan forum aja. kalo nggak ikutan mh saya juga nggak tahu, karena saya selama ini pake qurán hardcopy cetakan kemenag.
al quran android ada biasanya ada pilihan, mau menggunakan yang versi kemenag atau yang utsmani. Versi kemenag sendiri aku perhatikan di beberapa quran digital android ada yang versi kemenag lama ada yang kemenag baru. Perbedaannya kecil sih, beberapa terjemahan ada yang diganti saja maknanya. seperti teman sejati dan pemimpin gitu deh. Biasanya yang versi premium lebih bagus dan lengkap tanda bacanya.
wah makin melengkapi pengetahuan nih mbak. thanks mba ade anita.
Ya ampun, kok saya baru ngeh ya.
Emang sih, kadang saya merasa ngaji di android itu gak seenak ngaji di mushaf gitu.
Kayak ada beberapa tanda baca yang kurang.
Ternyata bukan hanya perasaan saya ya.
Sebenarnya ngaji di android itu lebih praktis sih, bisa dilakukan di mana saja, kalau bawa mushaf kecil, ampun deh mata saya makin minus.
padahal tulisan android lebih bahaya buat mata ya hahaha
Hehe.. Aku jg mbak baru ngeh bgt. Paling nyaman eman pegang Qur’an lgsg ya, ada bau2 kertasnya gt