Mencermati fenomena banyaknya penghapal Alquran di kalangan anak muda, tulisan ini tidak membahas tips menghapal Alquran cepat yang banyak dicari orang, tapi mencoba mengkritik hal-hal yang kadang terlupakan, padahal jelas perlu menjadi tumpuan bagi seorang penghapal (red: penghapal Alquran).
Tentu pertama kita perlu banyak bersyukur karena atas segala puji bagi Allah tuhan semesta alam dan bahkan kasih sayangNya, antusias umat muslim untuk menjaga ayat suci Tuhan semakin bergemuruh. Namun semoga ini bukan sekadar viralitas belaka ya.
Momen saat seseorang melihat seorang penghapal itu luar biasa memang kadang responnya. Alhamdulillah, berarti memang penghapal Alquran itu dimuliakan bahkan oleh banyak umat muslim. Meski tak jarang jadinya orang seringkali mendikte hingga mencibir segala apa yg ia lakukan dan ia kenakan gara-gara apa yang ia sandang.
Baiklah. Memang manusia tidak akan terlepas dari komentar manusia, toh.
Tapi ada hal-hal yang perlu banyak para penghapal Alquran ketahui terlebih dahulu memang sebelum memutuskan untuk menjalani kehidupan sebagai seorang penghapal. Jika sudah terlanjur, hal berikut ini sepatutnya menjadi hal perlu dikulik juga. Agar ayat-ayat suci itu tidak hanya semata di bibir saja.
Pahami Hal Ini Sebelum Menghapal Alqur’an!
1. Belajar Fiqih Dasar itu perlu diutamakan
Ingat-ingat lagi bahwa sebagai orang yang beriman, tentunya kita harus mengimani rukun islam dan rukun iman yang telah kita imani.
Terutama rukun islam seperti sholat. Hal krusial yang wajib dilakukan sepanjang hidup. Amal pertama yang akan ditanyakan di akhirat kelak.
Belajar tentang sholat itu mencakup banyak hal, lho. Fiqih bersuci iya, kemampuan membaca Alquran tentu menjadi keharusan.
Maka lebih lanjut kita perlu menguasai lebih dalam soal fiqih thoharoh. Bagi kaum perempuan tentunya perlu belajar juga bab haid dan konsekwensi hukum yang muncul dari kondisi darah yang keluar tersebut.
Perlu diingat, ada hutang yang perlu dibayar selain hutang utang, yaitu hutang sholat dan juga puasa kita. Terutama banyak disebabkan oleh haid.
Balik lagi ke point pertama, sholat adalah ibadah sepanjang hidup kita. Jadi mari diingat-ingat lagi bagaimana kita sholat dan kira-kira ada tidak hutang-hutang yang bermunculan dari kelalaian atau bahkan pengabaian kita terhadap situasi pengerjaannya.
Yok, belajar ngaji fiqih lagi.
2.Luruskan niat
Karena segala sesuatu itu perlu didasari dengan niat, coba pertanyakan lagi apa niat kita saat memutuskan untuk menghapal Alqur’an. Bilamana karena tuntutan sekolah, permintaan orang tua, atau terlanjur karena terpaksa, atau hanya ikut-ikutan teman, tentu tidak apa-apa asal perlahan-lahan perlu menata kembali niatnya. Niat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Semata-mata karena Allah.
Hati manusia memang seringkali hilap atau bahkan silau oleh gemerlap puja puji dari sesama manusia. Sementara manusia juga kerap dilanda malas, capek, dan kesibukan yang memenuhi keseharian. Maka dengan menguatkan kembali niat menghapal, hal itu seperti mengguyur debu-debu yang melekat dan kembali suci.
3. Sebelum menghapal, kuasai dulu tartilnya
Kita tidak boleh lupa bahwa pahala mengajinya orang yang terbata-bata saja itu pahalanya dapat dua. Satu, karena kemauan untuk membaca Alquran, dua, karena kesungguhan mempelajari Alquran lewat ayat-ayat yang perlu berjuang untuk membacanya.
Dengan kata lain, justru jika kita ingin lebih banyak dapat pahala kebaikan, jadilah umat muslim yang menguasai bacaan Alquran dengan baik.
Baca juga : Yuk, Perbaiki Bacaan Alqur’an Kita
Apalagi penghapal Aquran. Tentu jadi hal mutlak untuk memperbagus kemampuan bacaan terlebih dahulu. Bukan malah antusias melagukannya atau membaca seperti dikejar anjing yang cepatnya keterlaluan.
Mengaji tapi banyak hak-hak huruf yang terlewatkan itu sungguh menyedihkan.
Mengutip dari e-book ustadzah Hafidzah Sa’adah yang saya beli lewat akun instagram beliau, maksud dari ta’ yang tidak mendapat haknya itu adalah misal ta’ ya g terlewatkan, ta’ yg harusnya terbaca panjang jadi pendek, begitu pula sebaliknya.
Hal ini berlaku juga untuk huruf dan hukum bacaan lain tentunya.
3. Jangan hanya semangat menambah hapalan
Saat menambahn hapalan itu memang momentum berarti bagi seorang penghapal Alquran. Apalagi saat menyetorkan hapalan tersebut dan setorannya lancar. Rasanya berbunga-bunga sekali.
Tidak apa-apa. Bahkan bagus. Karena kita sudah mengupayakan hapalan lancar di depan guru kita.
Hal itu juga selanjutnya yang tidak boleh kita sisa-siakan.
Waktu yang sudah kita luangkan untuk menghapal itu sangat berarti. Maka itu artinya jejak hapalannya itu harus kita upayakan agar terus terjaga. Bukan malah setelah setor lalu pindah ayat tanpa mengulang-ulang yang sudah dihapal.
Padahal hapalan itu cepat sekali hilangnya jika tanpa kita ulang-ulang. Jangan sia-siakan meski sedikit yang baru kita hapal. Murojaah adalah projek hidup kita selanjutnya.
4. Menghapal itu baru langkah awal
Yang mulanya sregep menghapal saat di pondok. Boyong dari pondok kita acapkali kelimpungan mengatur diri karena berbagai kesibukan. Padahal justru kegiatan sehari-hari setelah mondok itu akan lebih panjang kita jalani, lho.
Tidak akan selamanya kita di pondok. Tidak pula akan selamanya semangat kita menggebu. Memang konsistensi itu menjadi kunci. Sementara waktu kita di kehidupan ini terbagi atas berbagai dimensi kesibukan.
Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana biar konsisten? Bagaimana agar tetap semangat? Atau sesimpel, bagaimana agar tetap lancar?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut banyak dicari orang lewat orang lain, tapi sesungguhnya kalau mau dapat jawabannya justru mungkin dari diri kita sendiri yang menemukannya.
5. Menghapal berarti lebih banyak berinteraksi dengan Alquran
Kata banyak guru mengaji, pedoman murojaah itu perlu disesuaikan dengan jumlah hapalan yang telah didapat.
Jika sudah dapat 5 juz, sehari boleh 1 juz murojaah. Jika sudah dapat 10 juz boleh murojaah 2 juz. Jika sudah dapat 15 juz bisa murojaah 3 juz. Jika sudah dat 20 juz maka perlu murojaah 4 juz. Jika sudah dapat 25–30 juz maka lazimnya sehari usahakan murojaah 5 juz.
Jumlah ini tentu saja hanya referensi. Tapi yang paling bagus diantara semuanya adalah kemampuan mengukur diri, memaksakan diri, dan konsistensi.
Ulang-ulang dan teruslah mengulang. Lelah boleh tapi berhentinya jangan lama-lama. Karena penenang kita justeru adalah dibalik lembaran mushaf yang sering kita dekap.
6. Tidak ada metode terbaik untuk menghapal
Mau sebanyak apa kita mencari ide cara menghapal mau pun murojaah, kita sendiri yang akan memahami cara terbaiknya.
Pahami cara menghapal kita sebagaimana kita memahami cara belajar kita. Apakah kita belajar secara visual, auditori, kinestetik, auditori visual?
Sebagai tambahan dalam metode menghapal, karena bahasa arab itu bagi kita banyak asing, untuk mencoba memahami ayat yang sedang kita hapal, kita bisa coba mulai dari membaca dan memahami terjemahan maupun tafsirnya terlebih dahulu.
Selanjutnya seberapa kuat hapalan kita semua bertumpu pada upaya keras serta tentu saja pelibatan Tuhan lewat doa. Karena apalah kita tanpa bantuan dariNya, toh?!
Banyak yang bilang menjadi penghapal itu adalah orang-orang terpilih, tapi tidak banyak yang menyadari bahwa keputusan untuk menjadi penghapal itu memberi konsekwensi bahwa kamu harus lebih akrab dengan ayat-ayat suciNya, bagaimana pun kondisimu.
Jadi jangan terburu-buru, ya. Sebelum memutuskan, pikirkan terlebih dahulu. Jika ini pilihan sadarmu, maka jangan menyengaja melupakannya, karena ini menjadi projek hidupmu!
Aku saluuut banget dengan orang2 yg bisa menghapal seluruh alquran. Aku sendiri dulu cuma hapal juz 30 thok, itu pun skr dah lupa mba 😞. Tapi aku bersyukur salah satu anak asuh yg aku biayain sekolah ada yg akhirnya diterima di Mesir, dan skr belajar dj al azhar Mesir. Jurusan alquran. Bangga krn dia hapal 30 juz dengan baik. Makanya nanti saat belajarnya sudah selesai, aku pengen sih tanya semua gimana cara dia utk bisa menghapalkan al quran. Apa memang hrs belajar di pesantren seperti anak asuhku ini, dan pada akhirnya kuliah juga jurusan agama.
ada beberapa temenku yang juga bisa ngafalin tapi ga di pondok pesantren kok mba. sebenarnya sebutan orang yg hafal quran itu ga cuma untuk orang yang udah hafal 30 juz sih, tapi utk yg baru hafal juz 30 juga. makanya kewajiban yg melekat pada orang yang udah ngapalin tuh, seberapapun dapatnya ya kudu dimuroja’ah, diingat-ingat, dibaca berulang biar mencegah lupa. apalagi kalau menyengaja, dalam artian tidak menyempatkan waktu utk mengulanng hafalan, masuknya jadi dosa, wallahu a’lam