ghinarahmatika.com – Musim panas di eropa akhirnya akan segera berlalu juga. Bagi orang-orang kebanyakan musim panas itu adalah musim yang memyenangkan. Waktu libur yang panjang, orang-orang yang berlibur ke luar negeri, menjelajahi berbagai kota maupun ikut summer course untuk tetap menambah skill dan pengetahuan di tengah jeda waktu liburnya.
Menarik sekali memang musim panas itu. Panas meski tak terasa panas seperti di Indonesia namun bisa melelehkan es dengan cepatnya. Nasi yang biasanya masih bagus di keesokan harinya, malah bikin cepat basi karena cuaca panas gini. Panasnya tidak sepanas di Indonesia namun beneran bisa bikin bau ketek buanget. Wkwk
Baca juga : Berdamai dengan Musim Dingin bagi Muslim Asia di Eropa
Nah, bagi saya dan teman-teman muslim lainnya tentu memiliki cerita yang berbeda. Menghadapi musim panas di belahan bumi bagian barat ternyata memberikan pengalaman yang cukup menantang sekaligus berat bagi seorang muslim seperti saya. Terutama soal ritual ibadah.
Serba-Serbi Musim Panas bagi Muslim Asia di Eropa
Tantangan Menjalankan Sholat di waktu Malam
Musim panas bagi saya itu rasanya berat sekali. Jujur mau bilang ringan itu susah. Jumpalitan banget apalagi untuk urusan sholat, astaghfirullah.
Kenapa demikian?
Jadi begini, pada musim panas bumi bagian eropa itu berputar semakin mendekat ke matahari. Jadilah siang hari lebih lama daripada malam hari. Memang nyaman sekali buat jalan-jalan. Tapi tidak saat malam menjelang.
Jam 8 malam cuaca masih terang benderang itu bagi kami kaum tropis bikin gatal haha. Perasaan masih ingin berkelana karena terangnya, padahal kondisi tubuh udah manggil-manggil untuk ke kasur.
Karena kondisi jam 8 baru maghrib pula, jadi isya pun semakin malam sekitar pukul 10. Tentunya waktu sholat ini akan terus bergeser ya, sampai sekitar pukul 10 lho baru maghrib, isya tentu saja baru kentong (kentongan di hp:D) pukul 12an.
Ada pendapat ulama yang membolehkan untuk sholat maghrib dan isya ini dijamak (dikerjakan dalam satu waktu). Tapi saya dan suami sendiri tidak memilih demikian, karena menurut kami tidak ada kedaruratan yang menghukuminya. Kami hanya perlu mengatur strategi tidur saja.
Mengatur Strategi waktu sholat di musim panas
Mengatur waktu tidur itu berhubungan erat sebenarnya dengan saat kondisi tubuh sudah lelah dan mengantuk. Masalah terberatnya itu karena diri belum mengantuk tapi tubuh sudah lelah. Panggilan tubuh untuk istirahat itu seringkali kalah oleh cuaca yang masih terang. Selain itu, dengan strategi yang saya gunakan saya harus siap dengan konsekwensi terbangun dua kali saat malam hari untuk menunaikan sholat.
Jadi saya memang harus mengkondisikan tubuh dan pikiran agar bisa tidur dengan cukup.
Baca jug : Bekal Dasar Yang Harus Dikuasai Anak Muslim Saat Baligh
Makanya saya mengkondisikan tubuh untuk tidur sampai setengah jam menuju isya. Kira-kira waktu tidur yang saya dapati kurang lebih 2 jam. Setelah itu sholat isya lanjut sholat malam dan tidur lagi. Untuk waktu subuh pun akhirnya kami memutuskan untuk sholat setengah jam sebelum terbit.
Pilihan waktu penentu sholat
Dalam menentukan waktu sholat, kami memilih metode perhitungan waktu sholat yang efisien untuk dikerjakan, terutama untuk waktu sholat isya dan shubuh. Tentu dengan catatan tidak boleh taqlid, yaitu menggunakan banyak pedoman waktu sholat yang paling menguntungkan.
Ada banyak pilihan jadwal waktu sholat di aplikasi sholat seperti muslim pro, namaz, nu online, dan lain sebagainya. Kami pun memilih menggunakan satu metode perhitungan sholat Moon Sighting. Metode perhitungannya menggunakan perputaran bulan yang mengitari bumi. Sehingga jarak waktu sholat maghrib menuju isya tidak begitu jauh, serta waktu sholat subuh lebih lambat daripada yang lainnya. Sementara untuh dhuhur, ashar, dan maghrib tidak begitu jauh berbeda dengan aplikasi lainnya.
Jadi, begini teman-teman. Di aplikasi sholat itu kan ada lumayan banyak pilihan penentu waktu sholat. Yang default itu biasanya mengacu pada Muslim League World. Di Belanda sini, ada juga yang mengacu pada masjid-masjid lokal sini. Sementara kalau saya selama musim semi dan musim panas itu biasanya menggunakan Moon Sighting.
Dengan jarak maghrib ke isya yang tidak terlalu jauh, hanya sekitar satu jam, dan waktu subuh yang tidak terlalu cepat, hanya sekitar jam 3 mulainya, saya merasa cukup tenang dan terpenuhi jatah waktu untuk tidurnya. Tidur anak-anak juga jadi terkondisikan karena kami bisa tidur awal juga. Maklum biasanya mereka baru tidur kalau kita orang tua juga ikutan tertidur
Menikmati Panjangnya waktu siang hari
Saat siang waktu menjadi sangat panjang, hingga 12-14 jam. Selisih waktu dhuhur menuju ashar pun bisa sampai empat-lima jam. Oleh karena itu, waktu ini menjadi momen yang banyak dipakai orang-orang untuk melakukan traveling antar negara dalam waktu cukup lama. Dengan waktu siang yang cukup panjang ini jika disempatkan bisa juga kita gunakan untuk membayar waktu tidur yang kurang saat malam hari.
Nah, waktu terang yang terasa panjang ini menjadi jebakan sendiri bagi saya sebagai orang asia tenggara. Karena biasanya waktu terang rasanya ingin berkeliaran mulu. Padahal jam 20.00 pun sudah masuk waktu malam, tapi karena jam segitu belum masuk waktu maghrib dan langit masih terang benderang, kita pun lebih sering bingung mau ngapain lagi. haha

Harusnya sih tidur ya. Kayak orang-orang sini yang tetap melaksanakan disiplin tidur. Seperti kejadian saat aku membersamai anak-anak bermain di speltuin. Waktu itu padahal masih sekitar pukul 5an. Kebetulan ada anak lain juga yang main di sana. Tiba pukul setengah 6 ayahnya langsung mengajak si anak untuk pulang. Yang aku nguping dari ajakannya si ayah bilang ‘ayo pulang. Ibumu sudah memasak makan malam yang enak untuk kita’.
Dalam benakku langsung saja merespon kaget, haha. Baru jam setengah 6 lho, aku masak untuk makan malam saja belum, soalnya biasa masak mepet maghrib, hoho
Godaan mata
Kadang ada rasanya mending musim dingin daripada musim panas, soalnya orang-orang kalau musim dingin tuh pada tertutup gitu pakaiannya. Sementara kalau musim panas, haha. You know lah ya!
Jadi siasat kami kalau musim panas atau lagi cerah gitu malah jarang ke taman kota. Orang-orang sini mah sekalinya liat taman mereka tuh suka langsung gelar tikar, makan-makan, rebahan sambil ngobrol atau baca buku gitu. Bahkan tanpa tikar pun mereka mah rebahan aja.
Aku tuh belum pernah ngerasain summer saat traveling mba. Memang ga suka sih sbnrnya. Summer itu mahaaal hahahahahah. Peak season soalnya. Dan aku ga suka panas kan. Makanya tiap liburan pasti selalu winter. Gapapa deh bawa baju winter gear berat, yg penting cuaca dingin mood ku selalu happy.
Tp inget cerita suami pas dulu masih tinggal di negara2 Eropa, secara mertuaku kan diplomat. Itu kalo puasa jatuh di summer, suami lha balik ke Indonesia, utk puasa di jakarta 🤣🤣. Tapi kalo puasa jatuh saat winter, dia lebih milih di sana secara singkat durasinya ðŸ¤.
Bingung juga kalo jam 8 malam msh terang benderang yaa. Kdg penasaran sih mau ngerasain liburan summer 🤣
hayooook mba fanny kudu nyobain summer ke eropa nih. haha ini sih pasti banget emang mahal banget harga tiketnya ya.