Lebaran yang akhirnya kedapatan mudik membawa cerita sendiri buat anak saya, Nahla. Dia jadi makin akrab dengan yang namanya uang donk. Apalagi kalau bukan karena adanya uang angpao lebaran dari saudara-saudaranya. Dia kegirangan sekali sampai nggak mau dikasihkan ke saya. haha
Btw, sebelumnya saya mau menghaturkan Selamat Idulftri untuk teman-teman yang merayakan. Mohon dimaafkan ya jika ada salah tulis atau maksud tulisan saya yang kurang berkenan di hati teman-teman. Semoga kita dipertemukan dengan Ramadan selanjutnya ya. Aamin.
Teman-teman gimana lebarannya? Meski di rumah saja, semoga lebaran kali ini tetap khidmat ya.
Ngomongin tentang angpao, rasa-rasanya ini budaya memang nggak bisa lepas ya dari momen penting seperti Lebaran. Meski angpao sendiri sebenarnya berasal dari budaya Konghucu. Ang yang berarti merah dan pao yang berarti amplop. Intinya, pemberian uang yang dikhususkan untuk anak-anak dalam wadah amplop.
Memberi uang angpao pada anak-anak saat lebaran memang bukanlah suatu keharusan. Namun saat lebaran utamanya kita memberi kebahagiaan untuk sesiapapun termasuk anak-anak. Bisa jadi inilah yang menjadikannya sebagai sebuah budaya sampai sekarang. Tentunya, anggaran angpao ini harus disesuaikan juga dengan dana lebaran kita.
Baca juga : Cara Mengelola Dana Lebaran
Nah, selain istilah angpao, ketika saya tinggal di Mlangi, Jogja, istilahnya justru lebih agamis. Ialah ngalap berkah dan memuliakan anak-anak.
Kalau membahas kemuliaan anak-anak, saya jadi teringat sama ngajinya Gus Baha. Menurut beliau, mendidik anak itu dimulai dengan memuliakannya. Justru kita yang besar-besar ini harus memuliakan anak kecil juga.
Saya sendiri lupa kapan terakhir kali dapat angpao Kayaknya sejak punya keponakan tuh jatah angpo saya berkurang, eh bahkan udah nggak dapat lagi lho. Hiks
Nah, bagi Nahla sendiri ini adalah hal baru. Saya memang sudah memperkenalkan uang kepada dia. Tapi bukan pemberian uang secara rutin, untuk jajan dan lain sebagainya. Saya memperkenalkan uang agar anak suka menabung. Yup, kita membuat jadwal menabung lewat celengan sendiri-sendiri.
Uang Angpau Lebaran Anak Buat Siapa?
Di suatu kesempatan saya membaca sebuah tulisan dari Kang Mumazziq. Beliau membahas tentang rejeki anak kecil. Menurut beliau, meski anak-anak itu masih kecil, sekali-kali jangan pernah mengambil haknya. Ini bisa menganggu jalannya rezeki karena mengambil hak orang lain, yaitu anak.
Uang yang orang-orang berikan kepada anak kita adalah hak mereka. Bukan hak kita.
Memang sih, saat menerima uang yang orang-orang berikan itu rasanya kita aja bahagia banget. Udah terbayang itu uang bakal kita pakai buat beli macam-macam barang, printilan lucu, jajanan, mie samyang, cemilan gurih, dan masih banyak yang lainnya.
Namun apalah daya, tak lama kemudian ibu memanggil kami dan meminta uang angpao yang kami terima. Keuangan keluarga saat itu memang sedang seret. Jadi mau tak mau kami pun memberikan angpao tersebut kepada Ibu. Meski agak sedih, tapi senang juga karena bisa membantu memenuhi kebutuhan orang tua.
Konsep tersebut tentu tak sepenuhnya salah. Namun, selagi masih ada uang yang saya genggam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebisa mungkin jangan gunakan uang anak.
Jadilah, kemarin saat lebaran kami langsung memberikan kebebasan kepada anak untuk menerima dan menyimpan uang angpao itu sendiri.
Nahla terlihat sangat antusias. Saat dia menerima uang, dia keukeup terus uang tersebut di tangannya. Nah, sesampainya di rumah, kita hitung bersama dan saya suruh dia untuk menaruh di celengannya.
Baca juga : Pentingnya Tabungan Anak
Uang yang anak-anak terima dari selanjutnya bisa kita pakai untuk dana pendidikan atau memenuhi kebutuhannya jika kepepet. Sesekali memenuhi keinginannya juga tak apa.
Sebagai orangtua kita hanya perlu membantu anak untuk mengenalkan tentang konsep uang. Agar anak nggak kecele tentang enaknya mendapatkan uang, saya kenalkan juga bahwa untuk mendapatkan uang itu perlu usaha. Jadi kalau mau menggunakan uang perlu bijak. Ada hak orang lain juga dalam uang kita, jadi kita bisa menyalurkannya lewat sedekah.
Belajar dari ceritanya Kang Mumazziq tentang penggunaan uang angpao anak saat lebaran ini, saya merasa perlu lebih berhati-hati nih soal urusan asal usul, penempatan dan penggunaan uang, termasuk punya anak.
Kak Ghina, mohon maaf lahir dan batin yaaa. Walaupun udah telat lama banget, tapi masih dimaafin kan? π
Anyway, aku setuju dengan cara Kak Ghina terhadap Angpaonya Nahla. Menurutku juga sama, Angpao milik anak adalah hak-nya dan bisa mengajarinya untuk menabung Angpao tsb itu lebih baikk.
Maaf lahir bathin juga, Liaaa.. Nggak lebaran jg tetap dimaafkan kok. Km apa kabar?
Iya nih. Entah kenapa feeling menyenangkan dr uang itu emang dapat bgt ya. Anak anak aja dikasih uang udah berbunga bunga gt wajahnya.
Jadii, banyak oknum orang tua yang mengambil “hak” anaknya, dari uang angpao lebaran. Padahal, seharusnya tidak tepat.Begitu kan yaa mbak? Kalo orangtuaku, alhamdulillah ga pernah “merampas” uang angpao lebaran kami hehee..
BTW, selmat hari raya idul fitri, mohon maaflahir dan batin yaa mbak:D
mungkin karena suatu keadaan mendesak beberapa melakukan hal begitu, do. Tapi tak apa sih jika memang kita ikhlas untuk membantu.
maaf lahir bathin juga ya, Do..selamat berlebaran
Mba ghina, maaf lahir batin yaaa :). Udh lama aku ga main kesini… Mau aktif baca2 lagiii :D.
Kalo bicara uang angpao, anakku juga udh ngerti skr. Tapi memang mereka udah dari usia 4 THN aku ajarin ttg uang dan saving. Supaya mereka tahu uang itu ga gampang nyarinya
Uang angpao mereka ini, aku masukin ke tabungan emas yg dari pegadaian itu. Memang sengaja aku bukain 1-1 rek utk mereka. Sebenernya mereka jg ada tabungan yg biasa di bank, tp Krn aku prnh ajarin ttg inflasi, 2-2 nya pada milih ditabungkan di tabungan emas aja, biar ga turun nilainya hahahah. Yg aku ajarin nyangkut ternyata :D.
Lumayanlah, ntr kalo udh banyak, bisa utk uang kuliah mereka :D.