Habit tracker menawarkan sebuah metode untuk mengawal diri dalam meraih mimpi atau goals hidup. Melakukan pelacakan terhadap keseharian dengan mencatat kebiasaan baik yang ingin dibangun serta memanfaatkan waktu dengan efisien menjadi salah satu langkah yang bisa membuat kita mengetahui perkembangan goal tersebut.
Saya berkenalan dengan habit tracker saat mulai mempelajari jenis diary yang dibuat oleh Jim Rohn, yaitu Bullet Journal (bujo). Uniknya, dalam bujo ini, ada satu bagian yang menarik dan memang sedang saya cari-cari untuk mengembangkan diri saya.
Saya ingin membuat kebiasaan, dan kebiasaan tersebut secara konsisten saya lakukan. Nah, habit tracker mewakili keinginan saya tersebut. Dengan melacak kegiatan kita dalam catatan tersebut, diharapkan bisa membuat kita terbiasa untuk melakukan kebiasaan baik tersebut.
Melakukan kegiatan catat mencatat tidak hanya oleh mereka yang masih berada di bangku sekolah/kuliah, atau mereka yang bekerja kantoran. Kita sebagai ibu rumah tangga atau pekerja yang tidak kantoran juga tetap butuh mencatat.
Mencatat yang baik ialah mencatat dengan menggunakan buku dan pulpen. Penelitian yang dilakukan oleh Pan Mueller dan Daniel Oopenheimer yang merupakan psikolog dari Princeton dan Universitas California menyebutkan bahwa menulis dengan kertas adalah strategi yang baik untuk menyimpan ide dalam waktu yang panjang.
Baca juga : Catat-mencatat bagi perempuan
Catat mencatat di buku biasa dikenal dengan sebutan ‘Diary‘. Setelah muncul media sosial, saya yakin teman-teman juga sekarang suka curhat dan bercerita tentang apapun di sosial media. Meskipun, mencatat tanpa diketahui oleh orang lain adalah juga hal yang menyenangkan.
Bullet Journal memberikan beberapa perubahan pada pola hidup saya. Terutama Habit Tracker.
Mengenal Habit Tracker
Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang habit tracker, kita perlu tahu dulu nih satu per satu makna dari kata habit tracker itu sendiri ya. Apa sih habit itu?
Habit itu artinya kebiasaan jika diartikan dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kebiasaan menurut KBBI ialah ke.bi.a.sa.an. nomina (kata benda) yang berarti: 1. Sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; 2. Istilah Antropologi : pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individual dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.
Secara umum, bisa dikatakan bahwa kebiasaan adalah hal yang sama dan dilakukan berulang-ulang.
Kenapa perlu memiliki Habit? Agar kita memiliki hal yang dapat diistiqomahkan, dikonsistenkan. Pentingkah? Jelas penting sekali ya.
Habit adalah hal dasar untuk mencapai sesuatu. Kamu ingin kurus, ingin pintar, ingin sukses ingin kaya, ingin sehat, semua tidak bisa instan. Mereka butuh usaha. Usaha yang baik adalah yang dilakukan terus menerus dan berulang-ulang.
Banyak dari kita melakukan hal yang baik tapi tidak berulang-ulang. Tapi banyak dari kita memelihara habit buruk dan melakukannya berulang-ulang.
Maka, itulah sebabnya habit perlu dilacak. Itulah sebabnya disebut dengan Habit Tracker, melacak kebiasaan.
Jangan salah, hal yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi rutinitas yang melekat pada diri tanpa dipaksa. Menurut Maxwell Maltz dalam bukunya Psycho Cybernetics, pasien-pasien Maltz butuh waktu 21 hari untuk mengenal wajah baru mereka.
Tentu saja, membangun kebiasaan bukan hal mudah. Perlu dukungan, motivasi, lingkungan, dan niat yang kuat. Hal yang ingin dijadikan kebiasaan pun tidak perlu langsung muluk-muluk. Misal dengan mulai dari membiasakan bangun tidur sebelum subuh dan tidak tidur lagi, Mengurangi penggunaan gadget, menulis sebaris sehari, dan hal sederhana lainnya.
Cara Menggunakan Habit Tracker
1. Buat rencana kegiatan yang ingin di tracking
Ketika ingin melacak banyak, namun tentu tidak semua hal bisa dimasukkan dalam lembaran kertas kita. Cukup masukkan hal yang kiranya penting dan ingin kamu fokuskan saja. Seperti : puasa sunah, membaca buku, menulis, workout, dan lain sebagainya.
2. Tentukan kurun waktu yang ingin di tracking
Waktu yang digunakan untuk melacak kebiasaan kita dalam suatu habit tracker bujo biasanya adalah selama satu bulan. Dalam rentang waktu ini kita bisa melihat secara langsung, kebiasaan apa saja yang benar-benar kita lakukan secara konsisten dan yang sering bolong-bolong.
3. Membuat template habit tracker
Untuk membuat template habit tracker kita bisa menemukan banyak inspirasinya di media sosial. Jika kamu malas membuatnya, ada juga printable-nya.
Yang perlu diingat, pilihan inspirasi ini jangan sampai membuat kamu bingung yaa. Kamu cukup pilih yang simpel saja. Ingat, fokusnya adalah melacak kegiatan dan membangun kebiasaan, bukan malah keasyikan memilih dan membuat template yang bagus saja.
4. Isilah habit tracker template dengan menggunakan warna yang berbeda
Setelah membuat habit tracker template, hal selanjutnya tentu saja mengeksekusinya. Untuk membedakan kegiatan satu dan yang lainnya, saya biasa menggunakan warna pulpen yang berbeda. Perbedaan warna ini dilakukan untuk mempermudah pengecekan dan evaluasi nantinya.
5. Isilah dengan rutin
Nah, tentu saja harus sering diisi dengan rutin ya. Lakukan kegiatan pengisian ini pada malam hari. Tentu pengisian habit tracker ini harus dilakukan dengan jujur. Kalau kamu tidak melakukannya, ya jangan diisi lho.
6. Lakukan evaluasi
Di akhir pekan ataupun akhir bulan, lakukan evaluasi pada lembar habit tracker kita. Cari penyebab kenapa satu atau beberapa kegiatan tidak bisa dilakukan secara rutin atau dijadikan kebiasaan. Evaluasi ini penting untuk mengumpulkan niat dan alasan yang lebih kuat sehingga kegiatan tersebut bisa benar-benar menjadi sebuah kebiasaan.
Baca juga : Refleksi bullet journal : awal yang baik mulai dari hari ini
Habit Tracker : Berkompetisi dengan Diri Sendiri
Ini adalah hal awal yang saya rasakan, saya merasa kalah berkompetisi dengan diri sendiri. Saya membuat beberapa hal untuk dijadikan sebagai Habit. Yang terjadi di awal-awal banyak sekali bolongnya. Bahkan, saya tidak bisa meraih apa yang ingin saya raih, meski itu sederhana.
Iya, saya masih belum bisa bersaing dengan diri saya sendiri. Banyak hal yang akhirnya hanya sekedar wacana semata.
Setelah datang waktu akhir bulan, saya lihat review habit tracker dan terus sedih. ‘aku ngapain aja, kok banyak bolongnya ini habit tracker, kok waktu terbuang sia-sia sekali’.
Ya baiklah, saya bahkan belum bisa meyakinkan pada diri sendiri bahwa saya bisa melakukannya. Maka, lagi saya perlu mengoptimalkan diri dan waktu yang saya miliki.
Baca juga : Ibu Rumah Tangga ngapain aja sih?
Itulah sebabnya habit tracker menjadi hal layak dan penting untuk dilakukan. Saya mengukur kemampuan diri sendiri.
Membuat habit tracker membuat saya terpecut. Maklum anaknya panasan, makanya kudu dipecut. Jika tidak dipecut, saya melakukan apa saja santai saja. Tapi jika sudah dipecut, saya akan lari sekencang mungkin.
Tidak ada yang memecut diri sendiri, maka memang diri sendiri yang harus memecutnya. Habit tracker-lah yang selama ini membuat saya terpecut. Demi apa? Demi melihat kertas dengan warna warni daripada putihnya.
Lalu bagaimana dengan waktu? Tentu saja dengan adanya habit tracker saya merasa waktu saya berarti. Selain itu, saya merasa harus mengoptimalkan waktu yang saya miliki.
Mengoptimalkan waktu menjadi penting. Karena acuan bekerja bukan tentang seberapa lama kamu bekerja tapi seberapa optimal kamu melakukan pekerjaan.
Semisal ada waktu kurang lebih 1 jam sambil si anak tidur, kita bisa menerapkan timer sambil melakukan sesuatu. Bisa dilihat, sekian menit untuk melakukan ini, sekian menit untuk melakukan itu. Dengan sering melakukannya, kita bisa tahu estimasi waktu yang sebenarnya kita butuhkan untuk melakukan sesuatu. Jadi tidak ada lagi kemudian istilah ‘aku nggak punya waktu nih’.
Hal yang sama dan melakukan secara berulang-ulang itu tidak mudah. Benar-benar awal saya mengisi habit tracker sangat banyak bolongnya.
Sampai saat ini saya memang masih belum optimal, tapi setidaknya saya sudah mencoba memulainya. Kamu tertarik mencoba? Jika belum sempat tulis di buku, saat ini ada juga habit tracker app yang bisa kita unduh di playstore. Di sana banyakaplikasi gratisan, tinggal kita rajin mengisinya saja.
Kesimpulan
Habit tracker adalah sebuah cara yang diusung oleh Jim Rohn agar kita bisa membangun kebiasaan baik. Memiliki kebiasaan baik memang tidak mudah. Oleh karena itu kita perlu melacaknya. Salah satu metodenya ialah dengan mencatatnya dalam jurnal atau mentrackingnya melalui aplikasi di gawai.
Wah sama mbak, aku juga sedang belajar manajemen waktu dengan membuat bujo dan habit tracker..semoga kita istiqomah ya mbak 🙂
Aamiin mbak. Aku jg lg berjuang nih. Haha
kemudian saya jadi inget, journal yang kemarin saya bikin belum diisi 😀 😥 konsisten ngisi itu yang susah emang
Hayuk diisi mbaaak mumpung skrg inget. Hehe
Ya ampun Mbak, rapi banget dan telaten ya. Menurutku orang yang bikin BuJo itu orang paling telaten sedunia. Soalnya bikin awalannya aja susah, apalagi komitmen mengisinya ><
Wkwkwk, tetep aja mbak masih ada aja yg bolong2 kok. Tp seenggaknya kerasa waktunya ada kepake manfaat 😆
Halo, Mbak Ghina. Salam kenal, ya.
Aku termasuk orang yang suka mencatat baik di agenda maupun di styrofoam yang kutempel di dinding kamar. Tapi terus terang belum kepikiran nih untuk membuat Habit Tracker. Kalau catatan lebih ke tugas alias to do list, ya. Ada yang harus dikerjakan, selesai, tandai. Untuk Habit Tracker, aku bisa dong ya, mencatat kebiasaan baik mulai dari membaca Al Qur’an, olahraga, minum air putih 8 gelas per hari. Kayaknya kalau ditambah hadiah untuk diri sendiri kalau itu semua konsisten dilakukan selama sekian periode, bisa bikin semangat kali, ya, hahaha … Belum apa-apa udah minta imbalan.
Haha iya mbaaaak.. Kalo di bujo itu bisa masuk rapid logging yang buat to do list tuh. Bisa banget kasih imbalan wong buat diri sendiri, sekalinya habit tracker penuh aja udah membahagiakan kita banget kok.
Manajemen waktu memang super suker bagi saya, apalagi kalau sedang nggak mood….. Dijamin hal-hal yang udah kita rencanakan nggak bakal berjalan
saya juga kalo lagi nggak mood mh bnyk yg nggak dilakuinnya kok
saya juga kalo lagi nggak mood mh bnyk yg nggak dilakuinnya kok
Baru tahu ini saya soal habit tracker.. jadi pengen nyoba. Penegen merasakan sensasi compete yourself hehe.. kebiasaan ternyata perlu juga ya untuk didokumentasikan.
iya mbak. saya juga baru merasakannya, compete with yourself itu benar2 susah jga awalnya.. yok diabadikan kebiasaan2 baiknya.
Hai, Ghin, waa aku juga pake habit tracker app. Dari sekian app, aku paling cocok dg app “Loop – Habit Tracker” yang logo biru berpanah. Tinggak klik centang. Tapi ya normal sih, butuh telaten ekstraaaaa krn melibatkan hape yg banyak sekali distraksinya. But, simple!
Hai, Ghin, waa aku juga pake habit tracker app. Dari sekian app, aku paling cocok dg app “Loop – Habit Tracker” yang logo biru berpanah. Tinggak klik centang. Tapi ya normal sih, butuh telaten ekstraaaaa krn melibatkan hape yg banyak sekali distraksinya. But, simple! Thaanks
Waaah panutanqhu ngeblog jg ternyata. Fix abis ini kepo. Btw, aku jg paling nyaman pake habit tracker apps kayak Loops doank yg lain coba2 tp g nyaman.
Saya cari info tentang habit tracker, ketemu blog ini. Terima kasih tulisannya, Mbak
Hallu kak april. terima kasih sudah berkunjung ya. semoga ulasan tentang habit tracker ini membuat kita bisa memulai membuat kegiatan yang bisa jadi kebiasaan yaa. semangat
Ini ceritanya harus dipaksa untuk membiasakan diri dengan kehidupan yang lebih baik. Kalau nggak gitu biasanya emang akan susah berhasil karena gak ada yang ngingetin…