Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Bersepeda membawa anak di Groningen

3 min read

IMG 20190216 122706 01

Bersepeda di Groningen benar-benar membuat saya senang. Selain udaranya yang segar, jalanan di sini tidak terlalu ramai. Tentunya, sangat aman untuk saya yang bersepeda sembari membawa anak.


Tak terasa, waktu 11 bulan di sini telah terlewati. Tandanya, waktu saya untuk menikmati jalanan sembari bersepeda di sepanjang Groningen tinggal sebentar lagi.

Menikmati bersepeda di Groningen adalah pengalaman yang menyenangkan bagi saya pribadi. Sepoi udara yang selalu sejuk, keramahan pengendara mobil dan motor yang sengaja berhenti untuk mempersilahkan kami menyeberang, serta cuaca yang seringkali cerah. Tidak ada kekhawatiran sedikit pun untuk bersepeda, meski harus sambil membonceng anak sendiri.

Pada awalnya, kami bersepeda bertiga. Suami memboncengi saya dan Nahla sepanjang jalan. Romantis ya. Romantis yang membebani. haha. Kemana-mana bersepeda bertiga, padahal belum hafal jalan. Alhasil ya sering kesasar. Yang kasihan itu ya suami yang keberatan membawa kami berdua.

Selang sebulan, akhirnya saya punya sepeda sendiri. Sepeda tersebut bisa diberi tempat duduk khusus untuk anak kecil yang bisa diletakkan di depan maupun di belakang. Saya sendiri mendapati dudukan anak yang di belakang.

Oh iya, mencari sepeda juga gampang-gampang mudah. Jika ingin yang baru jelas mahal. Yang bekas, meski murah jelas harus benar-benar dicek dengan cermat. Untuk pilihan rem juga penting dicek. Saya sendiri belum bisa menggunakan sepeda jenis rem belakang dengan pedal. Untungnya, sepeda yang saya miliki menggunakan rem tangan untuk rem depan dan rem belakangnya.

Selanjutnya, menghafal jalan adalah hal penting yang harus saya pelajari. Meski diawal masih sering tersesat dan mengandalkan Google Maps, selanjutnya saya lumayan hafal juga. Terkadang kesalahan memang membuat kita lebih ingat.

Baca juga : Jalan Pintas

Bersepeda sembari membawa anak juga bukan hal yang menyeramkan. Bahkan, ada juga orangtua yang membawa langsung kedua anaknya. Satu duduk di depan si Ibu, satunya lagi diboncengi di belakang. Tempat dudukannya bisa kuat menampung anak sampai beratnya 20 kg kok.

Boncengan anak sudah dirancang dengan sangat aman. Ada kunci yang membuat anak tidak bisa jatuh. Begitupun dengan kaki, diikat juga. Tentu keselamatan nomer satu.

Saat dibonceng dan dalam kondisi melek, Nahla akan mengoceh sepanjang jalan. Menunjuk pepohonan, menebak warna mobil, sampai hafal letak stasiun kereta yang seringkali dilewati. Meski sih, seringnya sepanjang jalan Nahla pasti akan ketiduran.

Tidur di sepeda pun untungnya tetap membuatnya nyenyak. Jalan pun tidak granjel-grenjel. Saya nggak tahu ini wajar apa nggak, karena setiap Nahla tidur di sepeda, ada saja orang yang terlihat khawatir melihat Nahla tertidur di sepeda. Memang saya juga belum lihat anak kecil tidur di sepeda sih.

Menikmati jalanan di Groningen sebenarnya cukup mudah dijangkau. Groningen merupakan kota yang cukup kecil. Kemanapun kamu berjalan, pasti akan kembali lagi ke jalan semula. Terbukti kan jika bumi itu memang bulan.


Pernah suatu ketika saya tersesat. Saat itu saya sedang tidak memiliki data internet, dan tidak berani juga bertanya pada orang lain. Bukannya kenapa-kenapa, orang-orang sini cukup individualis. Agak sungkan juga untuk bertanya. Akhirnya saya percaya diri saja menelusuri jalan. Nyata saja, saya menemukan tempat-tempat yang sering saya lewati. Akhirnya sampai tujuan juga meski telat hampir setengah jam.

Saat kita akan berbelok ke kanan atau pun ke kiri, cukup gerakkan tangan kita ke arah yang kita kehendaki. Ketika mau ke kanan, tangan kanan menunjukkan arah kanan. Begitu pula sebaliknya. Oh iya, di sini arah jalannya di sebelah kanan ya. Supir mobil juga duduknya di sebelah kanan.

Sementara itu, untuk jalannya sendiri sudah disendirikan. Pengendara sepeda dan sepeda motor menggunakan jalanan yang berwarna merah. Untuk jalur bus dan mobil juga ada jalurnya khusus di beberapa ruas yang berbeda, tapi saya kurang begitu faham. Kalau di depan rumah saya jalanannya seperti ini :

Jalur merah untuk sepeda dan motor. Hitam untuk bus dan mobil

Di Groningen, pesepeda cukup menguasai jalanan. Saat saya main ke Amsterdam, ternyata begitu juga, malah lebih garang sepedaannya. Mungkin karena Groningen merupakan kota kecil, jadi tidak begitu terrasa wus-wus-nya. Meski jika berhadapan dengan peseda yang mengantar paket mah, saya tetap kewalahan, hampir juga tabrakan.

Sepanjang bersepeda, hal penting yang harus dipelajari adalah rambu-rambu lalu lintas. Peraturan di mana pun kita singgah memang harus dipelajari dan ditaati ya.

Meski jalanan di Groningen mulus, tertib dan teratur, tetap saja ada hal-hal buruk yang terjadi. Tidak semua orang mematuhi aturan yang sudah diterapkan. Atau mungkin seperti saya, yang tidak mempelajari terlebih dahulu rambu-rambu lalu lintas di sini sebelumnya.

Ada kejadian menyedihkan yang benar-benar membuat saya shock kalau diingat. Saat itu saya manut saja ikut suami. Kami di belakang suami. Ternyata di depan saya ada bus yang akan lewat. Saya mulai bingung dan grogi. Harusnya saya bisa belok ke kanan. Namun, untuk belok ke kanan jalannya agak tinggi. Saya harus mengangkat sepeda sambil berkendara. Semakin panik, akhirnya saya ke kanan tanpa mengangkat sepeda. Sontak saja, saya dan Nahla terjatuh. Alhamdulillah tidak ada luka sedikit pun. Ternyata kami salah jalur. Itu adalah jalur satu arah, dan kami berjalan melawan arah.

Menjaga sepeda juga menjadi hal harus diperhatikan. Jangan lupa untuk selalu mengunci sepeda saat di luar. Pastikan terkunci dengan benar. Jika sedang tidak beruntung, sepeda dikunci saja bisa dicuri ya.

Menjaga sepeda agar performanya tetap bagus juga harus dilakukan. Di sini harga servis ke bengkel itu lumayan bikin nyengir. Memperbaiki ban yang bocor saja bisa di atas 5 euro. Apalagi jika kerusakan gigi sepeda atau rem, lebih mahal lagi. Mending beli baru saja dibanding diservis lagi. Harganya hampir sama. Jadi, jika bisa handle sendiri saja. Orang-orang sini juga lebih milih servis sendiri daripada ke tukang bengkel.


Menikmati hari-hari bersepeda akan selalu dirindukan. Andai bisa, nanti di Indonesia pun semoga bisa lebih sering bersepeda. Melihat langit yang sering membiru, melihat keramahan orang-orang saat bertemu, melihat pohon-pohon yang menghijau, menguning, dan mengering. Melihat keindahan alam-Nya, sembari mengolahragakan badan gitu. wkwk

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

5 Replies to “Bersepeda membawa anak di Groningen”

  1. Ngelihat kotanya kayaknya enak banget ya.. ? Gak banyak lalu lalang. Apalagi kemacetan, (pas nulis ini, pas banget lagi macet depan mata). Pake sepeda juga gak was-was. Di Jakarta mah saya udah serem duluan.

    1. jangan dibandingkan mbak, wkwk namanya jg kota kecil. di kota besar mh tetep aja sih wush wush itu sepedanya sesuka hati. tapi emang ada aturan yang bikin sepeda lebih leluasa gt di jalanan.

  2. MasyaAllah ya kotanya sepi dan tenang. pastinya sepedaan juga nikmat banget.
    kalo sepedaan di Jakarta bisa disenggolin segala rupa.
    bapak kost saya hobinya sepedaan, doski berkali-kali diseruduk motor/mobil, disrempet metromini, dll. wekekekeke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!