Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Menikmati Jogja dengan Jalan Kaki Pagi-Pagi

3 min read

morning routine in new normal

Kalau ke luar dari rumah ini, belok ke kiri udah bisa melihat Tugu Jogja, belok kanan udah sampai di Stasiun Tugu, lurus dikit malah udah sampai Malioboro. Hmm, menikmati pagi di jogja dengan ikutan Tanos walking challenge seru nih!

Hai everyone, how is your life? selama pandemi sudah ikut-ikutan olahraga apa aja nih? Ikut-ikutan apa sengaja membuat rencana untuk berolahraga? hihi

Hampir 9 bulan pandemi menghantui kita setiap harinya. Saat itu juga, segala ikhtiar untuk melakukan pencegahan dilakukan banyak orang. Bekal utamanya terutama untuk menjaga sistem imun tetap baik dan badan tetap bugar. Meski protokol utamanya adalah 3M, menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, namun berolahraga outdoor entah kenapa menjadi trend yang dipilih banyak orang.

Sepeda tetiba laris. Jalanan tiba-tiba sekarang ramai oleh orang yang berkeliaran untuk jalan kaki ataupun lari. Protokol kesehatannya gimana saat berkegiatan tersebut? Ya, ada yang tetap menggunakan atau yang nggak juga. Hmm.

Baca juga : Mengenalkan Masker Pada Anak

Bisa jadi ini sebagai pelampiasan ya, karena di rumah saja itu sungguh sangat membosankan. Maka dari itu, memilih olahraga otdoor adalah salah satu kesempatan untuk menghirup udara luar.

Saya sendiri, akhirnya lebih memilih untuk berolahraga di luar. Kalau saya pilihannya adalah jalan kaki saja. Awalnya terinspirasi dari instagramnya Andra Alodita. Menurut saya, jalan kaki ini lebih mudah adaptasi pada tubuhnya, dan efeknya ke tubuhnya juga lumayan.

Kalau Andra Alodita memasang target 10000 langkah setiap hari, kalau saya sendiri masih di angka 5000 langkah. Itupun belum begitu rutin. Tapi, sudah lumayanlah ya, mungkin sudah 5000 langkah lebih ya kalau ditambah dengan kegiatan melangkahkan kaki selama di rumah saja, haha.

Tanos Walking Challenge : Belajar Bermata menikmati Jogja

me when walking in the morning

Jalan kaki jauh sebenarnya bukan hal yang berat, karena selama ini memang saya lebih suka jalan kaki ke suatu tempat jika memang terjangkau. Hanya saja, gara-gara terbiasa jadi anak rumahan, di tambah pandemi seperti ini tinggal di rumah saja malah semakin membuat saya nyaman.

Kembali tinggal di Jogja, kebetulan malah di kota nih. Btw, ini kali pertama saya merasakan betapa enaknya tinggal di kota. Untuk banyak urusan, bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki itu sangat menyenangkan buat saya.

Akhirnya saya beranikan untuk iseng hasil jalan kaki saya ke grup Tanos Challenge, karena selain tantangan baca buku, juga ada tantangan walking challenge. Biar lebih semangat lagi, sombong di instagram story tentunya sekalian laporan ke akunnya @tanos.challenge. hahaha

Apa itu Tanos Challenge? Baca kisah lengkapnya di cerita saya yang sedang ikutan tantangan baca buku bareng tanos challenge juga nih.

Saya mulai jalan kaki pagi hari setelah sholat subuh. Sejak komitmen ikut tantangan ini, akhirnya saya pun berkomitmen untuk bangun lebih pagi, sekitar 3.30 untuk mencicil tulisan dan dzikir harian. Sehingga selesai subuh, nderes setengah juz langsung cus jalan kaki.

Nah, belakangan ini seminggu minimal 3 kali saya biasakan untuk jalan kaki seusai subuh. Meski suasana masih cukup gelap, namun keramaian jogja sudah menggema. Para pesepada dan lalu lalang orang ke pasar (dekat dengan pasar Kranggan) dan orang berlari sudah banyak berkeliaran.

Enaknya jalan kaki ini, saya bisa melakukannya sendirian, jadi bisa jadi me time juga nih. Tapi, karena memang hanya waktu pagi saja ini waktu me time-nya, jadi harus bagi-bagi juga dengan kegiatan lainnya. Pengen banget rasanya waktu pagi itu panjaaang gitu ya biar semua bisa dilakukan di pagi hari.

Baca juga : What is your morning routine?

Jalanan yang saya lewati ini spot-spotnya bagus dan memang bikin betah orang yang jalan kaki. Ke jalan besar lalu belok kiri, sudah ada Tugu Jogja, belok kanan sudah ada Stasiun Tugu, lurus dikit masuk Malioboro deh.

Satu hal yang saya pelajari dari jalan ini, adalah melatih mata agar lebih bermata. Bermata berarti menggunakan mata untuk lebih peka melihat sekitar ya.

Ah iya, satu lagi, melatih kemampuan navigasi juga. Tahu sendiri kan, perempuan itu kemampuan navigasinya rendah. Apalagi seperti saya yang sudah jarang bawa motor. Keenakan diboncengin nih selama ini. huhu

Benar-benar terasa banget, mata dan perhatian saya yang biasanya hanya fokus dengan pemandangan rumah, gawai, mainan anak, dapur, tiba-tiba dihadapkan dengan hal-hal baru yang ditemukan di perjalanan itu membuat pikiran dan mata saya segar kembali.

Ke luar rumah, saya sudah disuguhkan dengan pemandangan langit yang sudah sedikit berwarna oranye. gunung merapi yang masih berkabut, dan lampu-lampu khas Jogja yang masih menyala.

Ada banyak pilihan untuk jalan kaki ini. Kadang saya langsung lewat jalan utama yang membuat saya melihat pemandangan orang-orang baik, mereka membagikan nasi kotak untuk untuk para gelandangan dan tukang becak yang sengaja bermalam di becaknya.

Lalu belok menuju depan kantor Kedaulatan Rakyat, para penjual koran sudah ramai, loper koran pun sudah banyak berdatangan untuk mengambil koran dan membagikannya nanti. Alhamdulillah, kata si ibu penjual koran yang saya temui, meski pandemi begini jualan korannya masih ramai.

loper koran depan kantor Kedaulatan Rakyat
penjual koran depan kantor KR

Jika berjalan kaki lewat jalan tikus, di samping Pesonna Hotel, kita akan disuguhkan dengan antrian orang yang sedang menunggu jajanan khas Jogja yang dijual oleh Mbah yang sudah sepuh.

Saya sebenarnya penasaran dengan jajanan yang dijual tersebut. Setelah saya tengok-tengok, oh jualannya tuh kayak lupis, tiwul, dan cemilan tradisional lainnya. Sampai saat ini belum sempat beli juga. Keburu males lihat antriannya yang mengular.

Bayangin aja, jam 5 pas saya lewat sana, sudah ada yang ngantri padahal simbah dan jualannya aja belum datang. Jam setengah 6, simbah baru datang, antrian semakin mengular, jam 6 bahkan orang yang sudah antri dari jam setengah 6 pun belum terlayani.

Saya sih kasihan sama simbahnya. Beliau dikerumuni oleh orang-orang banyak, jaraknya nggak sampai 1 meter sih. Semoga sehat selalu ya Mbah.

Nah, karena keburu males ngantri, untungnya saya menemukan penjual jajanan tradisional tersebut di dekat warung sayur langganan saya. Selama ini yang dijual hanya lupis, ketan dan godogan jagung aja. Tapi kemarin pas saya iseng tanya tentang tiwul, akhirnya keesokan harinya simbahnya jualan tiwul juga. yeay!

Tahu nggak, itu motong lupisnya pake benang lho! baru tahu ya, iya aku juga baru tahu kok, wkwk

si mbah penjual lupis, tiwul dan jajanan tradisional khas jogja

Ada banyak keseruan, hal baru, atau hal yang baru saya sadari ada ketika berjalan kaki seperti ini. Untuk lebih semangat, tentunya saya sudah memasang aplikasi penghitung langkah di gawai yang saya taruh di jaket.

Menyenangkan rasanya berjalan kaki melihat pemandangan-pemandangan ciptaan Tuhan, meski sekarang semakin banyak tertutupi oleh bangunin megah ciptaan manusia. Semoga lestari alam tetap terjaga, dan manusia seperti kita ini, semoga diberikan kesehatan dan mampu menjaga ciptaanNya dengan baik. Aamiin

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

13 Replies to “Menikmati Jogja dengan Jalan Kaki Pagi-Pagi”

  1. Yaa memang banyak manfaat dari jalan kaki dan lari santai bagi kesehatan tubuh kita…Terlebih kalau teratur waah kita bakal bisa merasakan hasilnya.😊😊

    Terlebih kalau dikota Yoyayakarta waah stres bisa hilang. Berjalan sambil menikmati suasana Jogja waahh jadi ingin terbang kesana lagi sudah lama tidak ke Jogja nih.😊😊

    1. Itu foto fotoku semoga jadi obat kangen ya bang, jogja ruameee banget ini liburan. Ngeri ngeri sedap euy antriannya jajanan tradisional aja mobilnya plat luar jogja semua..

      Ke sawah atau kebun pemandangannya jelas lebih enak dan sehat yaa. Udah bnyk polusi jg lagi d jogja nih

  2. Jadi kangen mau main ke Jogja hehehehe dulu pernah beberapa kali makan di angkringan depan KR, sama samping stasiun kereta yang di dekat Malioboro itu mba (itu stasiun Tugu, ya?) lupa namanya πŸ˜‚ hehehehe.

    By the way, saya jadi ingin makan jajanan pasar, termasuk pecel yang sering dijual simbah simbah di depan pasar Beringharjo, pakai bakwan πŸ™ˆ

    Terima kasih mba Ghina sudah ajak saya jalan-jalan virtual 😍

    1. Aku pun di angkringan KR malah baru dia kali aja mbak kayaknya. Agak jauh dr tmpt tinggal dlu mbak. Skrg kayaknya buka jg sih kalo malam, cma saya ga berani nyoba.

      Eh iya nih di bringharjo biasanya abis capek keliling pasar bringharjo lihat baju batik lgsg mlipir ke warung pecel, trus bisa nyicip bakpia jg. Hihi..

      Nggak berani ke sana sih skrg, tp bnyk hal yg baru lho mbak di Malioboro itu. Makin friendly buat pedestrian pastinya

  3. Aku juga jadi kangen ke Jogja 😍. Ngebayangin subuh-subuh jalan di Jogja dan dikelilingi pemandangan gunung dan hiruk pikuk warga Jogja rasanya asik sekali 😍. Anyway, Kak Ghina rajin banget sering jalan kaki pagi-pagi 😱 5rb langkah juga udah banyak lho, udah cukup membuat pegal bagi aku wkwkwk
    Semoga Kak Ghina bisa rajin terus jalan subuhnya 😁 semangat!

    1. Waaah banyak yg kangen Jogjaa yaaa. Skrg lg bnyk video ttg jogja juga kok. Baru ngeh, makanya skrg suka bnyk org yg bawa kamera, jangan2 mereka yg pada bikin video jogja itu yaa

      Asik sekali emang Li. Senengnya lg kan kita maskeran dan aku pake jaket sengaja nutupin kepala, jd makin pede jalan, ga ada yg notice jg, hihi.

      Nggak kerasa kok Li 5000 lgkh tuh apalagi kalo pemandanganny bagus. Ayo kapan2 dicoba, nggak harus habis subuh jugaa kok

  4. Hal yang bisa diambil pelajaran dari postingan kali ini adalah, jangan lupa olahraga. Itu terkadang dilupakan oleh kita yaa mbak. Kalo aku sempat dulu berkomitmen mau olahraga minimal sepekan sekali deh. Jalan kaki buat ngisi pulsa ke konter deket jalan raya termasuk olahraga jg, kan? πŸ˜…πŸ˜…
    (aku biasanya pake motor sih, walopun deket)

    Satu lagi, yang kudu ditiru dari mbak Ghina nderes Quran setengah juz, setiap hari setelah Shubuh. Ini keren banget loh. Banyak muslim, termasuk kita, kerap lalai trhdp Quran.
    Btw, bener kan mbak kalo nderes setengah juz itu maknanya baca Quran setengah juz? Aku ra mudeng boso Jowo, iso sedikit wae πŸ˜€πŸ˜…

    1. wkwk, aku kapan ya ngerasain beli pulsa ke konter lagi? udah lama banget nih.. padahal mayan ya kalo beli pulsa gitu ada alasan buat jalan kaki juga, ters nyari konter yang jauh gitu, hihi. Ini aku selain jalan subuh juga udah mentok di rumah aja, jaid anak rumahan pandemi gini malah makin betah di rumah soalnya. apa-apa tinggal pesan online aja.

      iyap betul banget, do. Itumh 15 menit doank klar kok, *eh.Tumben paham nih. deres juga bisa berarti orang yang lagi ngambil getah karet tuh bisa, πŸ˜€

  5. Bacain tulisan Mba Ghina sambil bayangin Jogja… ya ampun kangen banget deh sama Yogya. Tapi, kayaknya sekarang udah makin rame ya Mba? Dulu kayaknya pas aku masih kos disana gak serame sekarang deh kalo liat update2an orang. Apalagi tempat mainnya makin banyak nih di Jogja.

    Btw aku juga udah mulai nerapin jalan kaki Mba. Kemarin di posting Mba Renov diajarin buat nyoba jalan 4000 langkah dulu, bisa dan malah lebih tapi besoknya malah encok 🀣 kayaknya belom biasa deh. Aku juga pengen nyoba jalan abis subuh gitu, tapi takut juga nih karena masih gelap… nanti ada yang nyulik lagi πŸ˜‚. Aku berharap kedepannya bisa lebih rutin lagi nih buat jalan kaki kayak gini

    1. iya mba rame banget sekarang nih, banyak pendatang juga kayak aku nih salah satunya, hihi. eh, dulu ma tika kuliah di jogja juga?

      karena permulaan ya mbak, jadi pasti pegel-pegel, makanya harus dirutinkan. jam 5 udah mulai terang kok, biasanya aku start jam 5 dan sengaja nyari tempat yang mayan rame biar nggak horror sendiri. ayo dirutinkan lagi jalan kakinya.

  6. Jalan kaki dan lari olah raga yang murah meriah dan sangat menyehatkan apalagi jalan kakinya di tempat yang menyenangkan tambah menyehatkan. Kalau jalan kaki 5000 langkah kira-kira itu berapa kilo meter ya?
    Di sini pun sama kue lupis dipotong pakai benang.

    1. 5000 langkah itu dilakukan sekitar 1 jam selama kurang lebih 5 meter mas Kal. kalao jalan kakinya lebih cepet tentu lebih banyak…bisa dicoba mas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!