Indonesia inklusif menjadi impian yang memiliki tantangan yang besar. Menerima perbedaan memang sulit. Bahkan dalam menghadapi perbedaan kondisi fisik, seperti permasalahan disabilitas pun, stigma buruknya masih kuat. Padahal setiap dari kita memiliki hak untuk mendapatkan akses, termasuk akses mendapatkan pekerjaan.
Berbicara tentang disabilitas, saya jadi teringat saat mahasiswa dulu. Ketika itu, kami menyuarakan hak-hak disabilitas melalui sebuah kegiatan dan perlombaan untuk membuat rancangan Undang-Undang Perlindungan Disabilitas.
Hal yang menyenangkan dari mengikuti perlombaan legal drafting adalah, kita bisa sepuasnya menyuarakan ide-ide kita dalam rancangan peraturan perundang-undangan tersebut. Kini bersyukurnya sudah ada peraturan mengenai perlindungan disabilitas, yaitu UU No. 8 tahun 2016.
Baca juga : Skill yang harus dikuasai Mahasiswa Hukum
Sayangnya, di lapangan, permasalahan disabilitas masih saja menyeruak tak henti-hentinya. Mulai dari pandangan sebelah mata dari masyarakat, akses yang sulit, serta kesempatan yang masih minim diberikan kepada para penyandang disabilitas maupun Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).Yup, layanan umum dan layanan dasar bagi mereka masih terbatas.
Padahal tak sedikit dari penyandang disabilitas tersebut adalah orang-orang muda. Pemuda tentunya memiliki kesempatan di masa produktif untuk mengembangkan kemampuan. Hal ini seharusnya tidak menjadi hambatan meski mereka merupakan penyandang disabilitas dan OYPMK, toh!
Yang Muda yang Progresif untuk Indonesia yang Inklusif
Melalui KBR, saya bersama teman-teman dari Ibu-Ibu Doyan Nulis ikut siaran Ruang Publik ‘Yang Muda Yang Progresif, Untuk Indonesia Inklusif’. Ruang Publik kali ini mengundang pembicara Mbak Agustina Ciptarahayu, founder dan CEO PT Botanina Hijau Indonesia, dan Widya Prasetyanti, Program Development & Quality Manager NLR Indonesia.
Ternyata pada tanggal 12 Agustus ini merupakan Hari Pemuda Internasional. Berbicara tentang pemuda, ternyata orang muda di Indonesia ini ada banyak sekali, sebagai bagian dari bonus demografi, orang-orang muda diharapkan mampu menjadi produktif untuk berkarya dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang pekerjaan yang digelutinya.
Faktanya miris sekali. Tidak semua orang – orang muda tersebut produktif. Beberapa terhalang karena minimnya skill yang dimiliki, dan sebagian besar karena kondisi fisik yang membatasinya, serta terbatasnya ruang bagi mereka untuk produktif karena kondisi yang dideritanya.

Jangan salah, ternyata penyandang disabilitas di Indonesia ini cukup banyak. Bahkan dari laporan WHO, DARI 15% penyandang disabilitas, 40 juta diantaranya adalah orang Indonesia.
Tapi faktanya, dari data BPS tahun 2020, terlihat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) disabilitas semakin ke sini semakin menurun, sekitar 45,9%. Angka yang cukup fantastis ya. Padahal bonus demografi di Indonesia juga sedang tinggi-tingginya ya.
So, dalam Ruang Publik ini, kedua narasumber cukup memberikan pencerahan akan kekhawatiran kita terhadap para penyandang disabilitas dan OYPMK ini.
NLR Indonesia dan Botanina mencoba menjawab keresahan kita dengan program-program yang telah mereka jalani. Kehadiran mereka tentu perlu disebarluaskan infonya. Sebagai blogger, saya bersyukur sekali bisa ikut menyuarakan dan memperluaskan informasi tersebut melalui tulisan ini. Nah, jika kamu punya saudara atau teman yang merupakan penyandang disabilitas atau pernah mengalami kusta dan merasa terbatas ruang geraknya, yuk simak penjelasan dari dua lembaga ini. Insya Allah bakal membuat kita tercerahkan, bahwa dalam keterbatasan fisik ini, akan selalu ada kelebihan lain yang sudah Tuhan siapkan pada hamba-hambaNya.
NLR Indonesia, Peduli untuk Membersamai Penyandang Disabilitas dan OYPMK Mewujudkan Mimpi
Saya tidak asing ketika mendengar NLR ini ketika tinggal di Belanda. Ternyata memang NLR ini merupakan organisasi non profit yang didirikan di Belanda tahun 1967. Misi utamanya adalah menanggulangi kusta dan konskwensinya di seluruh dunia.
Saat ini NLR sudah ada di Indonesia, India, Nepal, Brazil dan Mozambique. Sudah cukup lama NLR ada di Indonesia, yaitu sejak tahun 1975. Namun sejak tahun 2018, NLR menjadi entitas nasional. Dengan demikian, mereka lebih meluaskan lagi sayapnya, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak termasuk model siaran KBR ini, agar masyarakat Indonesia semakin banyak yang terbebas dari kusta.
Dalam program kerja, menurut Mbak Widya, fokus NLR Indonesia kini lebih banyak untuk pemuda disabilitas dan OYPMK. Beberapa program prioritas NLR Indonesia untuk pemuda antara lain :
- Menyebarluaskan pengetahuan tentang adanya hak ketenagakerjaan yang inklusif untuk para penyandang disabiltias dan OYPMK;
- Memberikan hak-hak untuk anak, disabilitas dan OYPMK berupa pendampingan khusu
- Pemagangan inklusif yang memberi kesempatan bagi orang-orang muda untuk bekerja di NLR Indonesia;
- Melakukan peer conseling, untuk membangun teman-temannya yang mengalami kusta, yang muda yang memiliki kemampuan lalu dilatih untuk menjadi konselor yang handal untuk mendampingi sebayanya;
- Bekerja sama dengan berbagai pihak unutk mengkampanyekan tentang penyadaran kusta;
Dalam sesi telpon pun, ada Mbak Gaby dari NTT yang memberikan testimoni. Sebagai orang yang pernah mengalami kusta, beliau menuturkan bahwa lembaga seperti NLR Indonesia ini perlu sekali diketahui banyak orang tahu. D sana dia mendapatkan pendampingan dan terapi dengan baik. Penyakit kusta tidak bisa disepelakan, karenanya justru perlu mendapat penanganan yang baik dari orang-orang terdekatnya. Bukan mendapati stigma buruk, begitu tuturnya Mbak Gaby.

Botanina, Inklusifitas dengan Membangun Kesetaraan di Dunia Kerja
Melihat perkembangan dunia pekerjaan sekarang ini, menurut Mbak Agustina atau akrab disapa Mba Tina, dunia pekerjaan sekarang ini lebih based on karyanya.
Misal ada keterbatasan dalam hal fisik, tapi dia punya skill yang mumpuni, atau bahkan tidak dimiilki oleh mereka yang tidak bukan disabilitas, mereka seharusnya bisa diterima di dunia pekerjaan. Hal itu juga yang telah diwujudkan oleh Mbak Tina di perusahaannya, PT. Botanina Hijau Indonesia.
Tuhan itu Maha Adil. Ketika kita yang fisiknya sempurna memiliki kekurangan kemampuan, ternyata yang fisiknya tidak sempurna justru memiliki kemampuan tersebut.
Mba Agustina, founder Botanina
Dari cerita Mbak Nina, bahkan beliau memiliki orang dekat yang ia percaya, tangan kanannya, yang ternyata merupakan penyandang disabilitas. Tangan kanannya ini memiliki kemampuan indra yang tajam.
Kebetulan Botanina ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang personal care, jadi dibutuhkan orang-orang yang peka terhadap bau-bau alam untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga. Mereka membuka kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk bekerja seperti part time. Tentu dengan memperhatikan kondisi para penyandang disabilitas tersebut.
Selain itu, dalam kondisi seperti sekarang ini, ada banyak pekerjaan yang tidak melihat fisik seseorang, seperti menjadi freelancer baik itu blogger, desainer, social media specialist, dan pekerjaan lainnya yang terkoneksi dengan teknologi. Bagi pekerja di Botanina pun difasilitasi denan pelatihan story telling, pelatihan digital, dan pelatihan yang sesuai dengan skill masing-masing pekerja.
Nah, dengan penjelasan di atas, membukakan mata kita. Indonesia inklusif perlu didukung dengan : Pertama, yang harus kita lakukan sebagai masyarakat adalah ubah stigma buruk terhadap mereka yang menyandang disabilitas dan OYPMK. Kedua, perluas wawasan mereka dengan berbagai skill. Ketiga, infokan kepada teman atau saudara tentang adanya komunitas seperti NLR Indonesia yang bisa memberikan pendampingan untuk penyandang disabilitas dan OYPMK.
Saya pengguna produk-produk botanina nih… Keren banget ternyata mempekerjakan penyandang disabilitas ya…
aku juga mbak, ikut senang karena ternyata botanina mendukung sekali untuk mempekerjakan penyandang disabilitas ini
wah salut dengan apa yang dilakukan oleh botania ini
dengan begini penyandang disabilitas punya kesempatan kerja ya mbak
NLR ini keren banget yaa mba. Mewadahi orang2 yang bahkan aku kepikiranpun engga karena kurang edukasi. Semoga makin banyak gerakan2 sosial kayak giniii ❤
Iya aku juga yakin sih para penyandang disabilitas pasti punya kelebihannya masing-masing. Kita harus mendampingi mereka dalam proses penyembuhannya (misal bagi penderita kusta) dan memberikan peluang peningkatan skill. Makasih sharingnya, Mbak 🙂