‘Kok adek nggak bosan-bosan ya nonton Frozen. Hampir semua adegan dia hafal’. Ucapan saya tiba-tiba direspon oleh suami yang bilang ‘ Ya itulah, anak-anak adalah pelanggan setia.
Hm, sudah hampir dua tahun lebih, film Frozen belum juga membuat Nahla bosan. Ia suka mengulang-ulang tontonan yang sama hampir setiap hari. Sudah saya tawarin Alif dan Sofia, Peppa Pig, Strawberry Shortcake, Moana, tapi itu hanya mampir sekelebat saja. Frozen dan kelucuan Olaf buat dia itu lebih menarik.
Anak-anak memang menjadi pelanggan setia terhadap tontonan mereka. Orang tua yang mendampinginya pun dipastikan sudah sangat bosan untuk memutar kembali lagu yang sama, cuplikan film yang sama, dan adegan yang itu-itu saja yang ditontonnya.
Kalau diingat-ingat kembali, sesungguhnya Nahla mengenal Frozen pun bukan hal yang disengaja. Tahu film Frozen bukan lewat film atau cuplikannya duluan. Semua gara-gara sounding anak-anak asrama yang sering mengulang lagu Let It Go dan kelucuan Olaf yang suka mereka tonton saat jeda kelas.
Baca juga : Nahla dan Film Frozen
Tidak heran, marketing semacam Disney pun membuat konten film khusus untuk anak-anak dan seringnya film tersebut pun laris manis di pasaran. Apalagi dalam film tersebut seringkali dibubuhi oleh drama musikal dan pemeran yang menggemaskan. Jangan salah, pendapatan Disney itu yang paling besar justru berasal dari merchandise, pakaian, aksesosir, topi, ikat rambut, dan lainnya yang dipastikan anak-anak juga suka memakai sesuatu yang dipakai tokoh film kesukaannya.
Makanya, belakangan ini pun channel anak-anak semakin banyak di YouTube. Apalagi, orang tua banyak yang gemar memberikan tontonan untuk anak. Bahkan ada yang sampai diunduh biar hemat data.
Orang tua senang, anak pun lebih senang lagi.
Tentu saja ini tidak baik, jika dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu lama. Dan tontonan bukan hal utama yang harus diberikan biar anak anteng, ya!
Baca juga : Cara Membuat Anak Disiplin dengan Gadget
Well, hal ini tidak hanya berlaku dalam film saja ternyata. Dalam hal memilih buku, memutar lagu, dan mengulang permainan pun, anak balita biasanya lebih suka pengulangan.
Dimana dia menyukai sesuatu, di situ dia akan mengulang-ngulang terus sampai bosan. Sudah bosan pun, beberapa kali ganti, kadang kembali menyukai. Sungguh pelanggan setia.
Manfaat dari Sikap Anak sebagai Pelanggan Setia
Sebagai orang tua, tentu saja kadang saya bosan juga menemani dia yang suka menonton hal yang sama melulu. Olaf lagi, Elsa lagi. Bahkan setelah nonton pun, adegan itu berpindah di dunia nyata. Dia berpura-pura menjadi Elsa, menaruh wortel di hidung seperti Olaf dan masih banyak tingkah lainnya.
Tapi semakin lama saya amati, justru ini menjadi cerita seru sendiri antara saya sebagai orang tua dan anak. Ada beberapa hal yang saya pahami dari sikap anak yang suka mengulang-ulang ini, seperti :
a. Mengulang-ulang sesuatu adalah cara mudah untuk memahamkan anak
Saya merasakan betul sikap tersebut. Ketika kita susah payah untuk berbicara kepada anak, harus begini harus begitu dengan tekanan, dan hasilnya tidak berhasil.
Ketika saya mencoba mengulang-ulang hal sama, atau biasa disebut sounding, anak pun ternyata memahami hal yang kita ucapkan perlahan-lahan. Secara sukarela, kemudian dia akan mencoba melakukan hal yang kita perintahkan. Tentu saja ini tidak instan.
Mengutip dari penelitian Hintzman dan Schwab & Lew Williams, pengulangan ini juga menjadi media yang menyenangkan bagi anak untuk ingatan dan kemampuan bahasa anak-anak.
b. Menjadi obrolan rahasia dengan anak
Kadang saya dan suami memiliki rahasia sendiri dengan anak. Hal itu berdasarkan dari buku yang kami bacakan bersama, film yang kami tonton bersama, atau lagu yang kami putar bersama.
Apa yang kita dapatkan dari film, lagu, buku dan sesuatu yang kita lakukan bersama bisa menjadi obrolan rahasia kami. Iya, rahasia yang hanya kita berdua yang tahu.
Ini yang menyenangkan karena kita bisa mengambil cuplikan dari sesuatu yang anak sukai dan melatih anak untuk menceritakan ulang, menambah kosakata, dan mengamati hal-hal yang menurut mereka menarik.
Bagian ini menurut saya menarik karena hal yang kita dapatkan dari hal yang disukai anak itu bisa kita aplikasikan dalam obrolan apa saja, bahkan untuk membuat dia bangkit dari rasa sedih atau marahnya pun bisa.
c. Media untuk melatih ‘Bermata’ anak
Jika kita perhatikan, anak ini akan selalu menemukan hal baru untuk hal sama yang dia lihat. Ini, menurut metode Charlotte Mason juga berarti melatih anak untuk lebih bermata. Bermata di sini berarti, anak lebih jeli memperhatikan sesuatu, menemukan sesuatu yang unik dan menarik buatnya.
Melatih bermata memang tidak bisa dilakukan dalam sekali, harus berkali-kali. Bisa jadi di sesi pertama anak tidak sesuatu yang menarik, di kesempatan yang lain, dia akan menemukannya. Kita sebagai orang tua bisa menjadikan hal tersebut untuk media pembelajaran lebih lanjut.
Hal yang harus diwaspadai dari menyukai hal sama berulang-ulang
Iya memang tidak ada salahnya untuk memberikan tontonan yang sama berulang-ulang. Tapi kita juga perlu waspada, karena ternyata menurut artikel yang saya baca bilang bahwa anak yang menyukai hal sama terus-menerus juga bisa jadi pertanda autis.
Wow, kenapa begitu ya?
Jadi nih ya, kata dr. Suzy Yusna Dewi, spesialis kejiwaan Akeswari, bilang bahwa anak autisme memiliki perilaku dan minat yang terbatas dan stereotip yang hampir sama.
Orang tau memang perlu sekali memperhatikan segala kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak. Bahkan interest maupun perilaku pun sebenarnya bisa menjadi signal untuk kita dalam menghadapi anak dan meneliti minat dan bakatnya.
So, sebagai orang tua, saya sendiri mencoba untuk memberikan hal-hal beragam dari tontonan, buku, lagu, dan permainannya. Ini juga bisa menjadi media bagi orang tua untuk menerangkan tentang indahnya keberagaman.
Pahami kondisi anak sebagai pelanggan setia dengan tetap mengendalikan dan memperhatikan hal-hal yang disukai sembari mencoba menelisik hal lain yang bisa jadi hal yang anak-anak sukai kelak.
Jadi inget Grace,keponakan saya yang suka banget drama Upin Ipin
dan dia hafal dialognya 😀
Psikolog yang sering saya kunjungi untuk konseling anak-anak, sering bilang
kalo anak kesulitan belajar, ajak anak untuk mengulang-ulang
cara primitif agar anak mudah belajar
Wahh berarti bagusnya memberikan tontonan2, buku2 yg bervariasi ya mba sehingga anak2 tau ttg indahnya keberagaman dan bisa mengetahui minat mereka jga…