Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Menyusui adalah Pekerjaan

1 min read

peran ibu menyusui

Setelah 9 bulan membawa perut besar kemana-mana, kini suara tangisan bayi memenuhi keseharian saya saat ini. Rasanya kehidupan ibu pasca melahirkan di minggu-minggu pertama ini membosankan. Pekerjaan hanya menyusui, menyusui, dan menyusui lagi.

Tetiba pikiran itu saya rasakan saat diri merasa tidak melakukan apapun selain menyusui. Sungguh monoton rasanya. Belum sampai tiga jam sebagaimana anjuran menyusui, anak sudah merengek. Belum lagi selesai mandi, cucian menumpuk, rumah belum tersentuh, anak sudah minta menyusui lagi.

Apakah kehidupan ibu paska melahirkan semembosankan ini?

Menyusui sebagai pekerjaan baru bagi perempuan yang baru saja melahirkan memberikan banyak sekali pengaruh. Tubuh kita berubah, bau badan pun berbeda bagi beberapa perempuan, emosi berubah dalam bilangan menit, dan waktu kita sebagian besar dipertaruhkan untuk menyusui dan menyusui lagi.

Pernah di suatu ketika saya merasakan bahwa waktu saya tidak produktif sama sekali. Kala pikiran menjelajah di media sosial,  mendengar cerita teman, lalu melihat diri sendiri, ah saya merasa tidak produktif sama sekali. Hanya menyusui dan menyusui lagi.

Baca juga : Mengatur Ulang Hidup

Belum lagi menyusui memberikan pengaruh pada kondisi tubuh. Entah itu payudara menjadi basah karena susu belum dikeluarkan. Payudara jadi besar sebelah dan bengkak pula karenanya. Dan belakangan yang baru saya rasakan, badan jadi cepat sekali bau karena melahirkan.

Waktu yang terus berputar seolah cepat sekali berlalu. Tidur tak lagi teratur. Malam-malam pun perlu lebih peka agar bisa menyusui bayi. Mau tak mau, ibu perlu membuka mata lalu menyusui dengan penuh kesadaran. Bukan setengah sadar. Karena taruhannya adalah nyawa. Salah cara menyusui, bisa jadi membahayakan bayi. 

Emosi apalagi. Tiba-tiba senang, beberapa menit kemudian merasa gelisah. Mudah sekali berubah, dan mudah sekali untuk tersinggung. Benar-benar, paska melahirkan bagi seorang ibu itu inginnya hidup seperti tuan putri. Semua perlu memahaminya, menyayanginya, banyak dibantu, dan tak boleh ada yang menyakitinya.

Baca juga : Menjadi Ibu yang Sadar Diri

Sungguh, biarkan ibu menjadi seorang ratu di awal-awal paska melahirkannya. Jangan sampai syndrom baby blues dan depresi pasca melahirkan terjadi. 

Jangan salah, menyusui itu pekerjaan yang berat. Bukan hanya memberi susu semata. Kita sedang menjalankan misi besar. Berjuang membesarkan seorang anak manusia, memberikan nutrisi untuk tumbuh kembang anak, dan memberikan kasih sayang sepenuh hati kita. 

Meski demikian, bagi seorang bayi, menyusui menjadikan ia merasa disayangi, dilindungi, tenang, dan memberi kehangatan. Bagi seorang bayi, kita adalah peri.

Tak mengapa untuk menyusui dan menyusui lagi.

Ciptakan momen berarti.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!