Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Yang Bisa Kita Lakukan Saat Menemani Pasangan Kuliah di Luar Negeri

3 min read

menemani pasangan di luar negeri, ngapain aja

Ghinarahmatika.com – Untuk menemani pasangan kita kuliah di luar negeri, ada beberapa yang rela mengorbankan pekerjaannya, rela cuti dan tidak mendapatkan gaji bulanan, rela hidup tanpa ART, pokoknya rela untuk ngintil kemana saja asal sama suami/istri tercinta. Eh kok rela sih?

Nggak donk, harusnya nggak pakai kata rela. Sedang berjuang bersama berarti bukan harus merelakan tapi mengikhlaskan diri. Berada di negeri yang jauh dari sanak saudara, atau bahkan perlu melepaskan kenyamanan di negeri sendiri itu tentu saja perlu pertimbangan dan niat yang matang.

Lalu bagaimana dengan kehidupan di luar negeri bagi kita yang menemani pasangan? Beberapa cerita yang saya temukan di sini mungkin bisa memberikan sedikit pandangan mengenai kegiatan yang bisa kita lakukan saat menemani pasangan ke luar negeri, ya. So, stay tune!

Macam Kesibukan Saat Menemani Pasangan Kuliah di Luar Negeri

Saat menemani pasangan ke luar negeri, secara otomatis kehidupan saya pun mulai dari nol lagi. Mungkin begitu juga beberapa orang yang nunut ikut menemani pasangannya ke luar negeri. Namun selanjutnya kehidupan masing-masing pasangan mulai menemukan polanya sendiri–sendiri. 

Tentunya kalau yang sering kita lihat di media sosial mah kayaknya enak-enaknya aja gitu ya. Jalan–jalan ke berbagai negara di eropa, house tour rumah yang bangunannya cakep-cakep, sibuk antar jemput anak sambil sepedaan, dan menggunakan pakaian yang branded ceunah.

Ya, namanya juga yang media sosial. Di dunia nyatanya mah tentu saja jungkir balik. Hidup dari nol harus membuat kita belajar beradaptasi kembali. Kembali memutuskan sembari tetap mencari passion diri. Iya, jadi keinget salah satu podcast dari Annisa Steviani, kita tuh sampai dewasa pun masih sering dan harusnya memang terus bertanya-tanya “bakal jadi apa ya aku?”

1. Menjadi ibu/ayah rumah tangga penuh

Nggak salah baca dan nggak salah pilih kok, yang bekerja mengurus anak dan rumah secara penuh itu bukan hanya ibu tapi juga ayah. Jangan salah dan kagetan lho. Wajar saja kan. Bikinnya berdua, yang ngurus juga berdua donk!

Jadi Ayah rumah tangga atau ibu rumah tangga tentunya nggak perlu bikin insecure juga toh. Insecure adalah sikap yang nggak pas lho dengan kedudukan ini. Toh, bukan hal yang buruk juga untuk menjadi orang tua penuh saat menemani pasangan di luar negeri maupun di mana aja sih. 

Teringat dengan obrolan bersama teman, seorang ibu yang merasa ingin sekali melekatkan keIndonesiaan kepada anak-anaknya. Dia merasa kesulitan karena anaknya bahkan kesulitan mencerna bahasa indonesia. Ada juga teman yang pokoknya kalau ada kesempatan kumpul–kumpul terutama untuk ngaji, dia pasti langsung ikutan, karena biar anaknya tetap melekat dengan kegiatan beragama seperti yang mudah ditemukan di indonesia.

Bekal menjadi orang tua saat di luar negeri perlu super extra sih. Nggak cuma bekal kemampuan mengolah makanan yang cocok di lidah, tapi juga mengasuh anak secara penuh, membekali mereka agar tetap terbekali nasionalitas ke-Indonesia-an maupun keagamaan.

Alhamdulillah, kalau di Belanda ada tunjangan khusus anak yang membuat kita bisa membekali materi dengan sebaik mungkin. Jadi kita pun bisa secara optimal memberikan kebutuhan anak seperti pakaian, biaya kendaraan, hingga les-les untuk meningkatkan skill anak. 

2. Bekerja

Nggak sedikit juga kok teman yang pasangannya bekerja. Baik bekerja sampingan, bekerja penuh di perusahaan, bekerja sebagai ‘buruh’, dan bekerja freelance tentunya.

Nggak perlu begitu khawatir juga soal pengurusan anak. Kata teman yang kuliah dan pasangannya bekerja, anaknya bisa dititipkan di daycare dengan tunjangan khusus juga dari pemerintah. 

Karena bekerja juga, di Groningen ini jika gajinya terpenuhi sesuai kriteria, maka akan mendapatkan banyak korting dengan kartu Stadjerspas.

3. Belajar bahasa

Modal bahasa utama saat akan ke luar negeri memang bahasa inggris. Tapi ketika kita mendapati tempat tinggal kita punya bahasa sendiri, tentu nggak ada salahnya untuk mempelajarinya.

Seperti di Belanda ini, untungnya mereka terbuka dan mau merespon saat kita ngomong pakai bahasa inggris. Tidak sestrick seperti di Jerman yang orang-orangnya ngomong Jerman mulu meski kita ajak ngobrol pakai bahasa inggris.Tapi tentunya akan lebih sopan dan mereka pun lebih senang kalau kita bisa meski sedikit-sedikit menggunakan bahasa mereka.

Di Belanda sendiri ada banyak kelas gratis untuk belajar bahasa Belanda. Saya belum pernah ikut karena nggak boleh kalau harus bawa bayi. Tapi saya coba untuk ikutan belajar juga secara otodidak, ya sesederhana ngobrol sama mba–mba kasir, dari iklan, membaca komposisi makanan, buka email, baca koran, dan lain sebagainya. 

4. Aktif level up skill

Ini mah sebenarnya di saja bisa ya, online membuat kita bisa dengan mudah mengakses apapun hingga kelas maupun kursus pun ada. Beberapa tempat kursus online yang pernah saya ikuti yaitu melalui coursera. Ada juga dari futurelearn, udemy, maupun learndigital punya Google.

Nah, khusus di Groningen nih enaknya, kalau pasangan kita kuliah, kita sebagai pasangan bisa mendapatkan kesempatan untuk ikutan kursus, atau bisa juga diproyeksikan karirnya oleh kampus. Tentunya kalau sesuai kriteria ya.

5. Ikut komunitas sesuai hobi

Nah ini juga tak kalah penting nih, mengembangkan bakat yang sudah ada maupun bakat terpendam yang perlu diasah, di sini kita bisa banget mengembangkan bakat tersebut. Seperti beberapa teman saya ada yang mengikuti kelompok workout, lari, zumba, pilates, biola dan berbagai hobi lainnya.

Jangan salah, hobi itu harus dipelihara lho meski usia dan kesibukan kita sudah nggak muda lagi. Untungnya di sini juga ada banyak komunitasnya kok. Bahkan nih kalau saya jemput Nahla dari gymzal, itu sebelahnya ada semacam komunitas orang-orang difabel udah pada sepuh-sepuh gitu mereka kumpul, ngobrol, sambil bikin kerajinan gitu. Seru kan!

Gimana seru-seru kan kegiatannya?

Tentunya kegiatan tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan, keluangan waktu, dan keinginan kita ya. Ya, pastikan saja kita rajin–rajin cari informasi aja ya. Pastikan tetap punya kegiatan yang membuat kita tetap waras ya.

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

10 Replies to “Yang Bisa Kita Lakukan Saat Menemani Pasangan Kuliah di…”

  1. Semuanya balik lagi ke orangnya ya mba. Kalo memang mau inisiatif mencari kegiatan dan orangnya juga adaptif, di manapun berada pasti fine aja. Aku dulu pengeeen banget suami bisa di rotasi ke negara lain. Sayang dia dulu ga mau apply di kedutaan LN biar jadi diplomat kayak papa mertua 🤣🤣.

    Kalo denger cerita mama mertua yang seneng di sana, apalagi utk level tertentu diizinkan bawa art dari Indonesia. Cuma memang yg ga enaknya juga banyak. Makanya orang yang mutusin stay di LN ya jangan bawa2 kebiasaan di Indonesia yg serba gampang 😄

  2. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Yup, dimanapun kita berada, harus mau dan bisa beradaptasi supaya tidak kesulitan dan tetap nyaman ya mba. Dan itu pasti membutuhkan effort yang lebih. Tapi bagaimanapun bisa mendapatkan pengalaman tinggal di luar negeri adalah kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Termasuk kesempatan untuk upgrade skill dan saling support dengan pasangan..

  3. Baca ceritanya jadi ingat kisah dalam 99 Cahaya di Langit Eropa, seorang istri yang menemani suaminya kuliah di luar negeri. Dan secara kebijakan di luar negeri ini, sangat mendukung sekali lingkungan yang kondusif terhadap keluarga. Semisal ada juga tunjangan anak dan untuk layanan daycare.

    Dan yang paling sulit mungkin soal adaptasi kebiasaan ya. Seperti bahasa. Terkadang memang ada beberapa daerah/negara yang saklek menggunakan bahasa ibunya sendiri. Jadi kita lah sebagai pendatang yang harus belajar bahasa mereka.

  4. Asyik banget ya bisa kursus bahasa Belanda dan digratiskan. Kalau di sana pemerintahnya emang baik banget ya dan kasih tunjangan, fasilitas, buat yg lahiran dan punya baby newborn.

    Kalo aku ngebayangin ikut pasangan yg kerja/kuliah di luar negeri ya sibuk nulis dan jadi travel blogger atau ngevlog huehehehhe.

  5. Seru ya mbak, kalau bisa mendampingi pasangan kuliah di luar negeri
    Kita bisa dapat pengalaman juga
    Apalagi kalau saat di sana kita bisa mengisi waktu dengan beragam kegiatan produktif seperti ini

  6. This! Udah 3.5 tahun nemenin suami sekolah di Amerika, awalnya sempet mati gaya. Ternyata semua cuma perlu adaptasi aja, ya. Kalau udah terbiasa, lama-lama kehidupan di luar negeri yg gak serba semudah di Indonesia juga jadi biasa aja. Lama-lama juga punya waktu untuk cari kesibukan yang sesuai minat. Betul sekali, teman-teman saya yang menemani pasangannya sekolah pun punya bermacam kegiatan, bisa kerja, sekolah juga, jadi volunteer, atau sekedar cari tempat-tempat sekitar yang seru buat dikunjungi kayak saya. Seru-seru!

  7. wow ternyata banyak hal yang bisa dilakukan saat menemani pasangan kuliah di luar negeri yaa. walau kita adalah orang asing di sana, tapi kita gak boleh berdiam diri di rumah aja, kita tetap harus bersosialisasi juga dengan orang-orang seperti halnya saat tinggal di indonesia yaa

  8. Yg penting tetap produktif ya mbak sesuai dengan hobi masing2. Kalo temenku dlu pas suaminya kuliah di US dia jd baby sitter lumayn penghasilannya

  9. Tidak hanya saat menemani suami di luar negeri ya, mbak. Tips dari mbak Ghina bisa juga dilakukan sama kita semua yg menetap di indonesia saat suami bertugas di luar kota.
    Tipsnya bagus banget, mbak. Harus ditiru ini.

  10. Mendukung penuh dengan perjuangan pasangan ya, kak.
    Sehingga selain pihak istri bahagia dengan aktivitasnya, juga gak memberatkan sang suami yang mungkin mulai aktif dan sibuk dengan urusan kampus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!