ghinarahmatika.com – Dalam hidup, Tuhan senantiasa memberikan kejutan yang kita tak tahu akan terjadi. Kehadiran, kehilangan, terkabulkannya impian, gagalnya sebuah harapan, dan cerita lainnya. Perjalanan itu tentu saja tidak mudah kita lewati, tapi kita harus menerima kenyataan tersebut.
Di awal tahun 2023, aku pun menyambut dengan gegap gempita sembari membuat goal dan membayangkan keseruan yang akan kita jalani ke depannya. Wah, si bayi bakal makin bertumbuh bisa jalan, kakaknya makin sibuk dengan berbagai les, dan suami yang insya Allah akan menyelesaikan kuliahnya tahun ini.
Baca juga : Menjalani Kehamilan di Belanda
Di luar rencana kita, Allah memberikan kejutan lain di akhir januari. Wow, masih awal tahun, hoho. Aku telat haid. HUHUHUHAHAHA
Sungguh nano–nano sekali! Padahal di medsos lagi heboh hebohnya orang orangnya ngomongin childree. Aku sebagai pendukung kebebasan bersuara dan sangat mendukung anak jarak jauh tiba tiba langsung mleyot!
Kejutan Awal Tahun
Sungguh, tidak ada rencana sama sekali untuk menambah anak di tahun ini. Lah, bayi aja belum setahun.
Seperti pengalaman sebelumnya saat Nahla, aku pun menerapkan kb alami lagi. Pikirku, lima tahun sudah bisa dianggap expert kan ya. Makanya semua barang-barang Nura aku lungsurkan ke teman yang juga sebentar lagi mau melahirkan.
Nah, tapi entah kenapa saat itu kok rasanya berat banget mau ngasih beberapa item penting bayi. Tapi aku pun mengelak, mengingat prinsip minimalis dan rumah yang memang sangat minimalis alias kecil, kan daripada nggak kepake. Ya sudahlah serahkan saja.
Saat 35 hari setelah haid, aku mulai harap-harap cemas. Tiap pagi aku selalu berharap ada darah keluar. Tiap pipis, berharap ada darah yang ikut mengalir. Pokoknya ingin banget liat darah menstruasi. Aku masih percaya ia akan datang.
Sampai sudah 38 hari meski masih denial dengan kemungkinan yang akan terjadi, akhirnya aku pun beli test pack. Masya Allah, hasilnya kok garis dua.
Bawaanku berhari-hari itu rasanya tak karuan. Malas ngapa-ngapain, sedih mulu, nangis, overwhelming dengan kemungkinan ke depannya. Ya Allah, gimana ini anak baru delapan bulan. Baru delapan bulan nggak hamil, dan sekarang mau hamil lagi. Ya Allah.. Gimana ini!
Terus saja begitu pikiranku.
Belajar Menerima Kenyataan
Hmm, apalagi dengan bayi yang masih mungil. Lalu aku teringat sama mbakku dan temanku yang kasusnya sama denganku. Duh dulu pun aku juga melihatnya kok bisa gitu. Nah sekarang kejadian, jadi aku malah takut dengan komentar orang–orang dengan kondisiku. Aish, ya ampun persetan dengan itu. Ngapain juga mikirin orang lain.
Mungkin hal-hal di atas itu juga yang ditakutkan oleh ibu-ibu yang kondisinya sama denganku. Tentu saja kalau ditanya siap nggak siap mah jelas nggak siap, tapi semua harus dijalani toh.
Belajar menerima kenyataan ini tentu saja sulit buatku. Namun bisa jadi Tuhan punya rencana lain yang tak bisa juga kita prediksi.
Denial terus-menerus tentu saja nggak bisa karena memang nyatanya udah garis dua, jelas- jelas harus diterima. Meluapkan segala emosi, nangis berhari-hari, dan perasaan ketakutan lainnya tentu saja wajar terjadi dan kita memang harus memvalidasi. Alhamdulillah setelah meluapkan emosi itu perlahan–lahan diri mulai belajar menerima.
Ngobrol dengan pasangan tentang kondisi dan situasi ke depan. Mempersiapkan diri, mental, kondisi fisik, serta kompromi terhadap rencana ke depannya. Aku pun coba minta kerjasama juga dengan anak pertamaku yang tentu sangat membantu urusan di rumah.
Alhamdulillah, setelah sudah cukup membaik, menerima, dan bersiap dengan kondisi ke depan, aku pun langsung menghubungi bidan sini. Nanti insya Allah aku bakal tulis lagi di blog post selanjutnya ya.
Mohon doanya ya teman-teman, semoga kehamilanku pun berjalan dengan lancar, sehat ibu dan bayinya sampai proses persalinan nanti. Aamiin.
- Ditulis 3 februari 2023, disimpan berbulan–bulan karena belum siap, akhirnya posting juga hari ini. haha
Meski sulit dan berat dijalani, tapi jangan lupa untuk bersyukur ya kak. Karena seringkali dalam setiap ketakutan dan kecemasan, kita lupa bahwa sejatinya anak adalah rezeki dari gusti Allah.
Aku sama istriku sempet kosong juga pasca nikah sekitar satu tahunan, pusing dan capek sama omongan sana sini. Sekalinya sekarang dikasih… Yah, pusing juga, hahaha. Tapi yowis, dijalani saja dan disyukuri. Insya Allah rezeki mah ada terus.
Sehat – sehat terus bumil atas kehamilannya, dan lancar hingga persalinannya. Memang ya, sebaik-baiknya perencana adalah Allah SWT. Ibuku juga udah KB segala macam, eh pas usia 40+ masih hamil lagi. Dan ini satu-satunya yang harus disesar karena terlalu berisiko. Sekarang jadi punya adik, yang secara usia cocok juga untuk jadi anak karena selisihnya 20 tahun-an..
Alhamdulillah Mbak selamat ya. Sehat selalu mbak beserta de utunnya. Setuju mbak ketika semuanya sudah benar-benar di titik pasrah gimana Allah yang ngatur dan semua kehendak-Nya akan ada waktu yang membuat terpana bahkan jauh dari rencana sendiri.
MasyaaAllah, ketemu juga jawabannya di sini, Dan baru kutahu setelah trimester 3 yah, wkwk.. Selamat, Mbak Neenaaa.. Walo awalnya H2C, tapi harus diterimalah ya, yg penting kiat sehat semangat! Bakal makin rame dah isi rumah, xixixi.. Bahagia selalu kalian yaaah *muaach!
wkwkwk, butuh waktu untuk menerima dengan sangat legowo mbak. makin rame padahal rumahnya sempit nih, haha. mohon doanya ya mbak
Memang luar biasa ibu satu ini. Saya pun kaget perasaan hamil ank ke-2 nya bareng sama aku selisih berapa bulan saja. Eh….tiba² liat sw sudah mau punya ank ke 3. MasyaAllohh,, sehat2 bumil🥰