ghinarahmatika.com – Alhamdulillah, dua minggu sudah kita melewati idul fitri. Yang mana berati perjalanan ramadan pun sudah terlewati. Gimana nih puasa ramadannya, teman-teman? Saya sendiri punya hutang puasa banyak banget nih, huhu
Saya mau mencatat perjalanan puasa kali ini sebagai catatan seorang muslimah yang sedang menjalani fase menyusui. Entah lupa dulu sepertinya saya sudah melewati fase ini saat menyusui anak pertama, kebetulan saat itu usianya sudah satu tahun dan seingat saya puasa ramadan pun berjalan dengan lancar. Mungkin karena di Indonesia juga waktunya relatif pendek ya.
Baca juga : Memperbaiki Bacaan Alquran
Sementara ramadan di Belanda kali ini, ramadan saat menyusui dan kebetulan juga hamil trimester pertama rasanya berat banget. Lapar mulu bawaannya. Belum lagi tinggal di negara empat musim yang saat ini memasuki musim semi, puasa pun terasa lama. Kita harus kuat sampai 15-16 jam seharian. Terawehnya juga semakin larut mulai jam 10-11 malam. Puasa pun cuma kuat 4 hari saja. Berat sekali rasanya, masya Allah.
Memutuskan untuk tidak puasa saat menyusui di bulan Ramadan
Menjelang ramadan, saya sempat berdiskusi dengan suami, apakah nanti akan puasa tidak selama ramadan tahun ini. Tahun kemarin dalam kondisi hamil saya kuat 18 hari puasa. Jadi dalam kondisi menyusui ini, kami sepakat untuk mencoba puasa dulu. Mumpung minggu pertama puasa itu jaraknya masih lumayan pendek, sekitar 13 jam.
Berpuasa saat menyusui itu saya pikir tidak akan begitu berat. Sampai lupa kalau ternyata sedang hamil lagi. Beberapa hari sebelum puasa kebetulan saya menjadi host di Minimalist Moms tentang mengatur pola makan saat puasa.
Saya pun bertanya pula tentang cara mengatur makan ibu yang sedang hamil/menyusui. Kata pakarnya tips ibu menyusui tetap bisa puasa dengan makan dua kali saat malam. Misal buka puasanya jam 6 malam. Jam 11 makan lagi sebagai pengganti makan malam dan lanjut sahur jam 3.
Yasudah, diniatkan dulu untuk tidak berpuasa, dengan alasan karena khawatir diri dan bayi tidak terpenuhi gizinya. Niat dan alasan ini tentu harus banget kita utarakan karena konsekuensi fiqihnya akan berbeda. Dengan kekhawatiran ini maka nantinya saya hanya perlu qodho tanpa bayar fidyah.
Menjalani ramadan tanpa puasa, apa kabar pahalanya?
Sebagai muslim yang masih memperhitungan pahala, banyak dari kita yang merasa kehilangan momen, menyia-nyiakan pahala yg sedang diobral di bulan puasa ini. Saya pun kemarin merasa demikian ternyata. Padahal sadar bahwa kasih sayangNya tiada batas selama kita mendekat. Cara mendekat pun tidak hanya lewat ibadah mahdhoh seperti puasa, jika memang keadaan tidak memungkinkan, kita bisa melajukan banyak kegiatan yang diniatkan untuk ibadah.
Iya, diniatkan untuk ibadah. Makanya penting banget untuk meniatkan syukur–syukur melafalkannya.
Sebagai ibu menyusui saya pun merasa kadang lelah sekali menyusui saja. Kadang pikiran buruk saya merasa kegiatan seperti ini menyia-nyiakan waktu, sementara ada banyak hal/pekerjaan yang harus dilakukan. Ah, pikiran sempit ini kok suka berkelabat aja ya. Padahal ya nggak gitu, lho!
Menyusui itu masyaAllah kegiatan yang luar biasa. Menyusui juga adalah pekerjaan. Pekerjaan berat, lho. Tak ada jam kerjanya, pekerjaannya terkadang membosankan, dan tubuh jadi sering lapar. Dan dibalik itu semua, bayi yang kita lahirkan tumbuh dengan baik, terpenuhi kebutuhan gizinya lewat air susu yang kita berikan.

Di siang bolong saat Ramadan kemarin pun akhirnya saya diingatkan lagi oleh ceramah dari Ustadz Quraish Shihab. Lagi-lagi diingatkan bahwa ibadah saat puasa itu bukan sekadar mengaji, berpuasa, dan sebagainya. Saat haid misalnya, justru kita tidak sholat, puasa, itu berarti kita sedang menjalankan perintahNya juga lho. Saat tak kuat puasa semisal kondisi menyusui, menyusui itu sendiri juga bisa bernilai ibadah. tentunya hal-hal seperti memberi makan orang yang sedang berpuasa, mengajari anak mengaji, membantu orang dan hal-hal baiknya itu juga berpahala.
Tidak ada yang sia-sia selama itu adalah kebaikan. Insya Allah, meski menyusui terlihat seperti tidak melakukan banyak hal yang terlihat, namun saat melihat anak tumbuh dengan baik, dan ada air susu kita yang ikut membuatnya bertumbuh secara optimal, kita juga sudah mengumpulkan pahala kebaikan. Niatnya pokoknya jgn lupa ya. Niatkan untuk kebaikan juga.
si adek udah gede aja, sehat sehat terus sekeluarga mbak Ghin
berat juga ya kalau puasa segitu lama di sana, soalnya ada si kecil juga. Tapi gapapa mbak, kali ini untuk kebaikan si adik dan kesehatan mba ghina juga. Semoga tahun depan bisa lebih kuat lagi