ghinarahmatika.com – ada barang yang sebenarnya kita cukup dengan hanya punya satu saja. Tapi faktanya kita seringkali ingin punya lebih. Ketika ingin beli barang baru, biasanya sih lebih condong pada alasan keinginan daripada kebutuhan. Benar nggak?
Sebagai seorang perempuan, saya menyadari bahwa pikiran saya seringkali dipenuhi keinginan untuk memiliki barang yang menunjang penampilan saya. Di sisi lain tentunya hal ini berlawanan dengan gaya hidup yang sedang saya coba lakukan, minimalis.
Makna minimalis memang bukan tentang sedikitnya jumlah barang yang kita punya memang. Tapi membeli dan memliki sesuatu dengan alasan unyu, lucu, cute, menarik, sepertinya kurang tepat, bukan?
Coba saya runut deh soal tas saja misalnya. Karena tas ini merupakan salah satu barang fashion yang sering membuat saya ‘gatal’ untuk belanja deh.
Dulu saya pikir punya sepatu dan tas satu saja itu sudah cukup. Bahkan tidak terpikirkan untuk menambah. Dengan berbagai kegiatan kampus, saya tidak merasa ada masalah. Hingga tiba di semester tua, yang mana saya dapat undangan pernikahan, baru kepikiran ‘Oh, aku cuma punya tas gendong doank selama ini. Kayaknya harus punya tas slempang deh yang cocok buat acara resmi kayak kondangan gini’, pikir saya.
baca juga : Decluttering, Memaknai Kepergian dengan Sadar
Masih teringat benar, saya baru punya tas slempang yang lumayan kece buat kondangan itu ya baru di semester 7 kuliah. Itu pun karena ditawarin teman dekat juga yang jualan produk franchisenya. Tas itu pun saya pakai sampai sekitar 4 tahun. Tidak ada tas tambahan pula setelah itu.
Tidak adanya keinginan untuk menambah koleksi barang selama itu bisa jadi karena kegiatan saya hanya seputar kegiatan kampus saja. Circle pertemanan saya pun tidak pernah membicarakan hal tersebut. Yaaa gimana, kita mah ngomongin make up aja kayaknya nggak pernah deh.
Berganti status jadi ibu rumah tangga dan bekerja sebagai guru dan freelance, tas slempang itu masih setia menemani. Lagi-lagi saya merasa cukup dengan yang saya miliki karena tidak ada yang mentrigger saya untuk punya tas lagi. Meski waktu itu padahal e commerce sudah mulai bermunculan ya.
Namun sekarang ini godaan rasanya semakin menggila ya untuk berbelanja tuh. Seringkali saya banyak menghabiskan waktu di marketplace untuk memasukkan barang-barang yang didambakan kebeli suatu saat nanti. Kadang saya pun ketrigger dengan berbagai update fashion terbaru, atau merasa butuh sesuatu meski faktanya tidak begitu saya pakai.
Hmm, agak aneh rasanya ketika ingin menerapkan gaya hidup minimalis tapi malah godaan makin banyak. Padahal dulu belum kenal konsep gitu tapi gaya hidup ya rasanya merasa cukup aja gitu. Ada yang relate nggak nih? Tapi katanya memang begitu sih, ketika kita punya niatan, seiring pula dengan godaan yang muncul.
Kenapa Hasrat untuk Berbelanja Makin Menggeliat?

Mari kita mengurai benah-benah berceceran ini. Yup, saya nampaknya mulai terpengaruh untuk menjadi impulsif. Terlebih saat sedang selo, tidak banyak pekerjaan, atau malah alih-alih sebagai healing karena lelah yang malah scrolling dan menghabiskan waktu tak jelas untuk menonton mode fashion yang bermunculan.
Percaya atau tidak, media sosial dan layanan belanja daring telah membuat banyak manusia modern untuk terus mengubah penampilan. Entah itu penampilan diri, rumah, gawai, kendaraan, dan lainnya. Jangankan kitanya yang ingin mengubah tampilan, berbagai produk pun kini terus mengupdate dengan versi terbaru mereka.
Pressure itu pasti ada, apalagi jika kita berada di lingkungan yang bahan obrolannya seputar hal tersebut. Atau setidaknya, menunjukkan hal tersebut.
Gempuran media sosial pun telah semakin menghantui kita untuk terlalu takut jika tertinggal berbagai update aka FOMO (Fear of Missing Out). Bayangkan, sekarang ini bahkan penampilan head to toe dari seorang yang bukan model pun menjadi panduan banyak orang. Berlanjut kemudian orang tersebut mendapat endorse produk, para pengikut pun merasa penasaran dan ingin membeli barang yang dipakai si influencer tersebut.
Baca juga : Membuat Capsule Wardrobe di Negara Tropis
So, one of the biggest problem is media social, Tapi ya dari situ malah mulai kerasa betapa lemahnya kita untuk mengendalikan sifat konsumtif yang muncul. Sadar atau tidak, ini sebenarnya adalah momen pembelajaran untuk kita melatih diri untuk mengendalikan keinginan, mengatur waktu biar nggak terbuang buat mantengin apdetan terbaru atau memperhatikan secara seksama apa yang orang lain pakai. Buat apa dan kenapa pula, woy?
Bagaimana Cara Untuk Menghentikan Keinginan Berbelanja Secara Impulsif?
Memang, tidak akan ada habisnya kalau kita ingin terus menerus mengikuti perkembangan fashion yang ada. Jadi, daripada menghabiskan waktu lama-lama untuk memperhatikan berbagai model yang terus bermunculan, lebih baik kita coba memahami kembali diri kita, maunya apa sih? Ini butuh atau ingin? Yakin akan terpakai atau hanya jadi pajangan? Coba tanyakan deh sama diri kita sendiri.
Saat diri saya mulai impulsif dan hasrat check out mulai bermunculan, biasanya ada beberapa hal yang mulai saya lakukan. Kadang berhasil, kadang juga gagal. Ya begitulah manusia hoho
1. Temukan personal style kamu
Suka ngeliat nggak sih sekarang ini ada banyak orang yang bikin video dengan tema ‘before and after me knowing personal style”? Nggak dipungkiri sih, segala hal terus berkembang, tentunya penampilan kita pun berubah.
Diri kita memang diliputi oleh pengalaman, pembelajaran, keinginan, dan pengaruh orang lain sehingga kita berubah sekarang ini.
Menemukan personal style memang bukan hal yang salah. Tapi yang perlu dipahami, ketika menemukan personal style diri, maka seharusnya hal ini bisa menjadi pakem kita untuk bisa menahan keinginan belanja. Catat, finding your personal style doesn’t mean you have to buy all things that you think it will support your personal style?
Big No!
Karena sesungguhnya pakaian itu berarti kita menggunakan apa yang kita punya dalam waktu yang lama. Bukan tentang mendadak beli yang kita kira cocok dengan style kita, mendadak beli yang semua berbahan linen, dan lainnya. Be creative, please! Kita bisa padu padan dengan barang yang ada, kok!
2. Pilih warna yang match ke banyak warna, event, maupun musim
Jika memang merasa perlu sekali untuk membeli, pastikan model pakaian, tas, dan sejenisnya bisa cocok untuk berbagai acara, cocok dan bikin nyaman di segala musim, dan bisa dipadu-padankan dengan berbagai pakaian yang dimiliki. Biasanya warna netral seperti hitam, coklat maupun krim tak akan termakan zaman.
3. Yang dibeli bukan hanya untuk pajangan
Hayo, ada yang begitu? Coba cek, ada nggak pakaian, tas atau aksesoris yang selama ini hanya pajangan, jarang terpakai, atau hanya untuk event tertentu. Biasanya gitu sih ya, yang bagus malah suka kita eman–eman, jarang kita pakai, tapi malah sampai lupa kalau punya. Hoho.
4. Beli yang kualitas bagus sekalian
Nggak perlu modal besar karena kini produk lokal pun udah bagus-bagus kok. Daripada beli yang harganya 100rb dapat 3 terus beberapa bulan kemudian langsung rusak kan. Yang perlu kita ingat banget, produk yang ramah lingkungan pun bisa kita dukung dengan konsep ini, karena dengan produk yang kualitas bagus diharapkan akan lebih awet penggunaannya ya.

5. Unsubscribe, unfollow dan uninstall
Dengan kita mantengin akun media sosial baju kerudung, tas, sendal yang kita sukai dengan tanpa sadar kita sedang menimbun dopamin yang ada dalam diri kita untuk kemudian dilepaskan dengan membelinya. Sehingga pikiran kita akan terngiang untuk mewujudkan keinginan tersebut dengan membeli. Dopamin menjadi senang karena terkabulkan. Ia terlepaskan.
Tidak ada yang salah dengan dopamin tersebut tentunya. Namun kita bisa mengendalikan dopamin tersebut pada hal-hal lain yang lebih manfaat.
Saya sendiri merasakan dengan tidak lagi berlangganan atau berteman di media sosial dengan akun-akun jualan tersebut, setidaknya keinginan saya untuk memantau dan menimbun keinginan jadi lumayan berkurang. Ya tentu saja kadang-kadang masih suka ngintip, tapi intensitas sangat berkurang karena akun tersebut jadi nggak muncul lagi. Kalau untuk uninstall mungkin sebagian dari kita agak berat ya. Tapi agar tidak tergoda, kadang saya sembunyikan aplikasinya atau download apps tersebut saat mau beli barang yang saya butuhkan aja.
6. Buat masa tunggu
Saat ngebet banget pengen beli padahal misalkan sudah punya baju yang warna yang sama, sudah punya tas untuk acara tertentu, adanya keinginan karena FOMO, atau barang yang kita inginkan memang terlalu cute, imut, kece dan bikin kepikiran, atau lagi sale besa-besaran, coba kita tunggu dulu.
Sehari, dua hari, sampai seminggu coba masih kepikrian apa nggak. Selama itu tentu baiknya kita jangan sering2 mantengin marketplace juga sih. Ya cari kesibukan lain donk yang lebih manfaat.
Penutup
Menambah barang bisa jadi membantu meringankan kegiatan kita, memenuhi kebutuhan kita, dan tentunya memuaskan rasa penasaran kita. Tapi, ingat. Menambah barang juga berarti menambah jumlah sampah.
Nggak salah untuk memenuhi keinginan, asal tidak terus menerus. Memang berat, saya sendiri pun masih up and down untuk menerapkan ini. Kerasa banget memang hal terberat itu adalah mengendalikan diri ya.
Saya pun seperti itu Kak. Malah setelah berumah tangga terasa makin banyak keinginan. Hehehe. Dulu saat lajang punya uang sendiri malah ga mau beli beli. Eh sekarang kebutuhan rasanya banyak terus
Jujurly, aku belum klik nih sama personal style ku, haha.. Masih belum mahir juga mix n matchin fashion. Itu sebabnya aku mau belajar membiasakan diri. Supaya hasrat pengen beli ini itu bisa lebih terkontrol, xixixi..
Aku tipe bisa nahan koleksi tas, baju, pokoknya tentang fashion aku bisa tahan, beli cukup sesuai yang aku butuhkan, tapi kalo traveling ini yang susah aku tahan, apalgi kalo nemu tiket promo.. gatel aja tangan klik klik klik 🙂
Huaaa bagian marketplace nih yg sulit. Kadang hiburan doang liat live2. Tapi kok malah ikutan war huhu 🙈 niatnya mau decluterring tapi malah ditunda-tunda ahhh. Makasih remindernya
Percayalah.. segala hal tentang fashion seperti ga ada habisnya. Mode. Trendingnya cepet berganti. Aku lebih milih tampil klasik sih. Lebih aman 😁
wah aku penasaran style klasik itu kek mana mba. apakah seperti yg dimaksud old fashion atau gmna nih?
Apalagi adanya trend live shopping yah, langsung bikin kalap yang nonton. Rebutan pengen beli juga. Kalau aku siasatinnya dengan yaah ga nonton live hehehehe…