Ketika Nahla lagi membuat sesuatu dari playdough, iseng-iseng saya mengajukan pertanyaan : ‘Itu laki-laki atau perempuan, Dek?’ Lalu dengan polosnya dia menjawab : Ini perempuan Mamah. Kan ada alisnya. Cantik kan?

Waw, agak shock saya sama penuturannya tersebut. Lalu, saya coba inget-inget lagi nih, kali aja saya mengatakan hal yang demikian pada Nahla. Karena itu berarti saya yang mengajarkannya hal demikian. Then, setelah diingat-ingat ternyata saya suatu ketika pernah bilang : Elsa ini bagus ya alisnya. Jadi keliatan cantik deh.
Tuing-tuing, sekali emak berucap, berkali-kali telah tertancap dalam ingatannya tentang hal tersebut. Haduh!
Hai, Blogger!

Sudah empat tahun Nahla, saya sepertinya belum pernah bikin tulisan tentang kesukaan Nahla ya. Saya mau tulis ah, hitung-hitung menyimpan kenangan buat dia nanti.
Jadi, belakangan saya baru menyadari anak kecil juga memiliki sosok yang bisa ia kagumi, bahkan tirukan. Perjalanannya selama mengikuti saya les di Pare ternyata memberikan banyak sekali pengaruh pada hal yang disukainya.
Semua bermula tentu saja orang-orang yang berada di sekitarnya. Saya kan orangnya termasuk nggak begitu update sama film ataupun hal-hal yang lagi ngehits. Atau ya karena kebanyakan memang saya nggak mudah suka. Jadi, saya pun tidak menginfluence dia tentang hal-hal yang lagi ngehits.
Masih inget nggak sama Frozen? Nah, itu bahkan film yang diputar pada tahun 2013 kan ya. Tiba-tiba nih, waktu itu Nahla nyanyi-nyanyi lagu yang judulnya ‘Let It Go’ yang diputar sama anak-anak asrama sambil diliatin videonya. Saya cuma geleng-geleng aja.
Namanya anak-anak ya, cepet nangkep kan. Nah, keliatannya Nahla juga lebih ke anak yang audio banget cara kerja otaknya, jadi dia bakal cepat ingat sama lagu-lagu atau cerita yang udah diceritakan. Jadilah, sepanjang hari dia menyanyikan lagu let it go tersebut.
Keterusan deh sampe akhirnya ada Frozen 2. Anak-anak asrama ngebet nonton ngajak Nahla. Sejak saat itu, pengenalannya pada dunia yang ada di Frozen semakin kuat.
Dia ingin menjadi Ana yang memiliki kekuatan es. Dia bernyanyi lagu Let it go sembari mengangkat tangan dan menghempaskannya seperti adegan Ana yang menarik tangan dari genggaman Elsa yang mengajaknya kembali ke kerajaan Arendelle. ‘Go away Ana‘.
Dia ingin baju yang seperti Elsa. Dia ingin nonton video tentang Frozen, malah terus akhirnya dia malahan ngefans sama Olaf karena segala tingkah lucu dan menghiburnya.

Hingga akhirnya tibalah kita berpisah dari Pare. Saya kira dia akan perlahan-lahan lupa sama Frozen. Ternyata tidak.
Kita yang pindahan ke Martapura dengan tidak memiliki persediaan bacaan menjadikan Nahla tiap hari merengek minta Majalah Bobo dan buku-buku yang setiap hari dibacakan saat di Pare. Pare ternyata telah menjadi basic kuat dia untuk suka baca.
Hiks, terharu. Terimakasih kepada kakak-kakak yang sudah senantiasa menemani Nahla bermain dan membacakan berbagai buku untuk Nahla.
Di Martapura ternyata susah sekali mendapatkan Majalah Bobo. Kita berkunjung ke beberapa toko buku dan Gramed, tapi tidak ada satupun yang punya majalah Bobo. Eh, ketika Ayahnya bertanya pada petugas di Gramed, Nahla diam-diam sudah menemukan buku bacaannya. FROZEN. haha
Jadilah, hampir setiap saat dia akan meminta kita untuk membacakan buku tersebut. Hingga akhirnya dia bisa melanjutkan ceritanya sendiri. Hingga dia ingat awalan ceritanya, dan bahkan sampai akhirnya buku tersebut sobek.
Mengenal ‘Frozen’ dan Pendampingannya
Saya yakin bahwa memilih figur yang disukai, siapapun itu tidaklah masalah. Selaluitu masih dalam hal baik, dan kita sebagai orangtua mendampinginya.
Frozen ini sebenarnya bukan cerita yang cocok untuk diketahui anak seumuran Nahla. Kesenangannya pun hanya sekadar karena Elsa memiliki kekuatan, cerita haru kaka-adik, dan nyanyian yang ada dalam film tersebut.
Cerita-cerita magis dan berbalut kerajaan gitu memang banyak disukai anak-anak ya. Tapi, suatu ketika saya diingatkan oleh tutor saya. Menyukai hal-hal yang berbau magis dan berlatar kerajaan itu secara nggak langsung mengajarkan tentang kenyamanan dalam balutan kesempurnaan materi. Hati-hati lho!
Lalu beliau melanjutkan perkataannya ‘ coba lihat dari segi luar, mereka selalu berpenampilan menarik (cantik dan ganteng), pakaiannya juga selalu terlihat bagus’. ‘Tentu saja, karena dia kan seorang Putri’. jawab saya. Eh dia lanjut bilang ‘ lalu bagaimana mengenalkan kesederhanaan dan apa adanya jika yang ia sukai adalah hal-hal berbau menawan dan materi semata?’
Haha, makjleb sekali saya.
Makanya, memang penting banget yang namanya pendampingan orangtua ya. Nggak cuma nemenin anaknya, tapi juga mengarahkan kembali, ataupun meletakkan alurnya agar lebih mengarah pada hal-hal yang lebih bagus.
But it’s oke. Kamu tentu harus tahu bahwa di dunia ini sisi itu nggak cuma satu. Bisa dua bahkan lebih. Melihat pada satu sisi dulu tentu tak apa, tapi jangan fanatik ya, Nak. Ada sisi lain yang perlu kamu fahami juga.
Nah, Itu cerita Nahla. Kalau kamu dulu sukanya figur apa nih pas kecil? Yuk isi di kolom komentar ya.
Nahla umur brp mba…, anak saya Alya, blm kenal sama frozen, taunya peppa pig heheh, kalau bahas tentang putri2an, saya jg sebenarnya waktu kecil termasuk penyuka bacaan putri2an, punya koleksi buku hc anderson..tp sebatas imaji aja sih…sampai koleksi boneka barbie kw2 krn rasanya mahal sekali dulu beli barbie asli,krn ngeliatnya seneng gitu kyk gambar2 di buku dongeng barat tapi semakin besar dan dihadapkan realita…sudah bs keluar dr imajinasi ttg putri2an, masa masa anak ‘ingin tahu’ aja sih kl menurut saya, asal tetap diberi pengertian saja
umur 4 tahun mbak. Iya nih saya sering liat instastory-nya mba rahma jg btw. Seneng liat praktek mix language ke anak-anaknya nih, hehe
Nah, bener nih yang penting yg diaksih pengertian ya. Memang ada masa-masanya kayak gitu yaa. Sekarang udah agak berkurang sih, tapi malah lagi suka sama PJ Mask, topik2 pahlawan-pahlawan gitu keren kali ya buat anak-anak.
Saya gak ada figur khusus yang disukai sih mba, lebih tepatnya lupa ehehe. Tapi dari sejak kecil memang senang sekali sama Harry Potter. Dulu saya gak kepikiran sama simbol-simbol illuminati dan teori konspirasi yang sering diomongin orang-orang beberapa tahun terakhir, tapi Alhamdulillahnya sampai dewasa saya gak fanatik begitu sama Harry Potter dan memang mengagumi cerita itu sebatas bagian dari imajinasi saya dan mungkin mewakili imajinasi anak-anak lain sebab isinya kaya akan ide brilian soal fantasi karya JK Rowling.😁
Ih, bagus itu. Saya sering ngiri kalo ada temen yg bener2 ngefans berat sampe apa2 dikaitkan sama hal yg dia sukai.
positifnya our live more life nggak sih? kita selalu menunggu, memperhatikan, menggemari dan hidup merasa berarti karena adanya mereka. Tepatnya sih, karena kita suka mereka.
ide-ide dari imajinasi memberi ruang kebebasan buat kita.
Iya mba, hidup jadi terasa lebih hidup. Karena ibaratnya kalau kita lg down atau merasa jenuh, kita bisa sesekali nengok ke hal yg kita gemari itu buat balikin semangat lagi😂