Orang-orang banyak yang bilang jika ada banyak hikmah di balik pandemi ini. Sudah berlangsung hampir dua tahun, tentu tidak mudah bagi kita untuk menjalaninya. Namun sebagaiman Tuhan bilang, selalu ada kesempatan dalam tiap kesempitan.
Kesempatan dalam kesempitan, kemudahan dalam kesulitan, kedua hal ini bukan hal yang berurutan, namun beriringan.
Secara bersamaan, meski awalnya sulit, namun selanjutnya kita bisa berjibaku menemukan cara untuk menghadapinya.
Saya yakin dan saya akui, berat sekali pada awalnya menerima keadaan seperti sekarang ini. Semua serba terbatas, banyak sikap yang tadinya tidak layak menjadi layak (tidak salaman, tidak bertemu dulu, perlu maskeran dll). Bahkan rumah pun mau tak mau, entah bagaimana caranya harus menjadi tempat yang nyaman dan betah untuk ditinggali.
Namun bersyukur sekali, semesta masih memberikan kesempatan baik di balik kondisi sekarang ini. Bisa jadi memang kita selama ini tidak peka dengan kemampuan dan kesempatan yang ada. Atau justru, kesempitan ini memang meminta kita untuk memahami peluang yang ada,ya kan?!
Hikmah dan Pencapaian Saya Selama Pandemi
Kalau dipikir-pikir, saya sebenarnya bingung juga untuk mencari pencapaian saya selama pandemi ini berlangsung. Saya buka kembali catatan di lembar bullet journal saya. Kebetulan saya memang membuat weekly review dan monthly review. Setelah saya baca lagi, lho mayan juga ya, ada banyak hal yang saya geluti selama pandemi ini.
Entah apakah ini cocok disebut sebagai pencapaian. Namun hal-hal yang saya geluti selama pademi ini lebih karena untuk mengisi waktu luang saja, menantang diri, mewujudkan beberapa mimpi, mencoba hal baru dan mengasah hal-hal yang terpendam. Eh, beneran sih ada beberapa yang memang sudah ada di dream list saya dan ada yang terwujud juga selama pandemi ini.
Apa saja sih yang saya geluti? Ini diaaa

Monetisasi blog
Ikut komunitas itu serunya ya gitu, ada gethok tular. Kalau kita merespon dan ingin tahu lebih lanjut, akan ada jalan yang mengantarkan kita menuju satu hal yang mungkin itu adalah impian kita. Atau setidaknya, memberikan efek positif pada kita.
Punya blog memang sengaja saya buat untuk membuat tulisan ringan. Ini blog personal, jadi sebisa mungkin saya selalu menyisipkan cerita personal saya. Sempat tidak tertarik dengan monetisasi karena takutnya tidak bisa sepersonal mungkin saat membuat tulisan.
Setelah ikut kelas blogger, ternyata ada yang namanya teknik story telling. Saya tak lagi khawatir untuk cerita personal karena bisa lho ternyata kita selipkan cerita kita meski tulisan itu adalah tulisan berbayar.
Lebih serius lagi, akhirnya saya pun memberanikan diri untuk memontisasi blog. Simpelnya, dapat uang dari blog. Eh kok bisa dapat uang dari blog, bagaimana ceritanya? Nanti insya Allah saya bakal tuliskan beberapa triknya di blogpost selanjutnya ya. Wait ya.
Lebih sering menulis
Ya, otomatis karena pengen serius ngeblog, jadi harus makin sering menulis.
Jadi di blog itu ada yang namanya tulisan organik dan tulisan berbayar. Kata teh Ani, tutor pertama saya dalam perblogan, jangan sampai blog kita kayak etalase.
Ya memang senang juga kalau banyak paid post karena berarti kita dapat bayaran dari tulisan kita. Tapi kita juga tetap dapat bayaran kepuasan dari tulisan organik kita. Bahkan beberapa kali tulisan organik itu bisa menjadi perantara untuk mendapatkan paid post di kesempatan selanjutnya.
Yang paling penting lagi, saat lebih sering menulis, harus dibarengi juga dengan membaca. Ini masih PR saya sih, apalagi kalau lagi pilihan katanya sudah minim diksi, kata-katanya itu-itu doank, saya harus banget untuk banyak baca-baca.
Ikutan kursus online
This is one of the best things I get ever along pandemic.
Jadi kalau weekend atau abis kelas isya saya sudah madep laptop, saya titip anak dulu ke suami. Bukan untuk scrolling e commerce kok. Kan, mau ikut kelas.
Sampai kadang suami heran sendiri, kok saya jadi sok sibuk buat ikut banyak kelas ya? wkwk. Iya saya juga bingung. Habis mau nyeleksi tapi kok kelasnya bagus-bagus. Beberapa yang berbayar pun saya ikuti. Eh malah akhirnya suami suka tiba-tiba bilang ‘Mah, ikut kelas ini ya, sudah tak transfer barusan.
Senang nggak tuh? Senang lah. Tapi kadang pengen juga dikasih kejutan dibeliin barang gitu. Kalau kelas ya merasa harus membayar hutang kadang tuh. wkwk.
Berani ikut kompetisi blog
Selama kuliah, saya belum pernah ikutan lomba individual. Semua banyaknya adalah lomba berkelompok. Saya merasa perlu untuk melihat kemampuan saya dengan ikutan lomba secara personal.
Beberapa bulan setelah mengubah blog menjadi TLD (Top Level Domain) ada lomba blog. Ya, saya baru tahu kalau blog juga ada lombanya. Yang mengadakan lomba tersebut adalah Mas Adhi Nugroho alias Nodi Harahap. Melihat prestasinya membuat saya terpacu juga untuk ikutan. Mas Nodi yang merupakan pegawai bank ini rajin sekali ikut lomba, menang lomba dan nggak pelit ngasih ilmu.
Ada mental yang perlu dilatih dalam ikut lomba blog, harus kreatif, nggak boleh menyerah, baca banyak tulisan bagus, tidak iri, dan tidak plagiat.
Saya pun coba ikutan beberapa lomba. Lomba yang saya ikuti biasanya yang saya kuasai temanya, saya suka temanya, dan saya suka mengerjakannya. Karena menulis untuk lomba itu butuh riset. Jadi harus semangat mengerjakannya.
Dari lomba juga saya jadi banyak belajar tentang trik biar menang, cara pemenang membuat tulisan sampai menang dan tentunya belajar lebih tentang orisinalitas. Alhamdulillah, meski masih sedikit, saya jadi merasakan bahagianya menjuarai sebuah lomba blog. hihi
Baca buku novel lebih banyak
Jika tiga tahun yang lalu bacaan saya masih sedikit dan masih berkutat dengan buku-buku non fiksi, pandemi malah berbeda. Suasana pandemi yang bikin kalut dan cemas berlebih membuat saya butuh hiburan. Saya pun beralih ke bacaan-bacaan fiksi.
Untuk lebih menyemangati diri dan tentu harus lebih konsisten, saya pun bergabung dengan komunitas baca buku. Ada tantangannya juga.
What I get from reading a novel? Saya menemukan cara lain orang menuturkan suatu pesan secara tersirat dalam sebuah cerita. Jujur saja, ini lebih mengena di pikiran saya dan tentunya lebih tidak menghakimi. Menyesal saya akrabnya terlambat, nih.
Pola hidup lebih sehat
Awal pandemi, kita dihebohkan dengan manfaat ramuan herbal yang katanya bisa mencegah virus corona. Saya tidak mengiyakan secara keseluruhan, karena memang perlu penelitian lebih lanjut, toh. Tapi, emmm saya juga ikut-ikutan heboh jadi pecandu jejamuan, sih.
Bikin jamu emang butuh telaten, karena tidak telaten, ya sudah berakhir begitu saja. Lalu saya mencoba untuk melihat kebutuhan tubuh pada kesehatan secara keseluruhan. Untuk menjadi sehat, saya yakin itu tidak sekadar dengan memenuhi satu aspek. Harus secara menyeluruh.
Baca juga : Mindful Eating saat Bulan Puasa
Makan sehat iya, tapi tidak didukung dengan olah raga sementara diri lebih sering duduk atau rebahan, ya kurang pas. Diet nasi tapi banyak makan kolesterol juga tentu kurang pas. Jadi akhirnya, meski masih sederhana, saya mencoba untuk menyeimbangkan. Slogan kesehatan kita sekarang kan bukan lagi 4 sehat 5 sempurna, tapi pemenuhan gizi seimbang, toh.
Ya seimbang makannya, gerak tubuhnya, jam tidurnya, pola pikirnya, dan lain sebagainya. Emang yang berlebih itu tidak baik, kan?!
Belajar tentang Homeschooling
Anak sudah menginjak usia 5 tahun dan pandemi masih saja berjalan. Hal yang saya pikirkan tentu saja pendidikan anak. Bukannya saya nggak percaya dengan pendidikan di luar sana, tapi melihat pengalaman mbak-mbak sampai cerita teman-teman, PJJ itu melelahkan.
Saya belum siap. Melihat usia anak, saya rasa anak masih tidak apa-apa untuk belajar bareng ibunya dulu. Ya ala homeschooling gitu.
Saya pun telah menyiapkan bekal untuk kegiatan homeschooling anak, entah itu baca berbagai referensi, ikut kelas, dan mencari beberapa materi terkait. Nggak ngoyo juga. Patokan utama saya adalah ada panduan perkembangan anak, selebihnya saya terapkan dari materi yang saya dapatkan dari pembekalan homeschooling serta mengikuti hobi anak.
Apakah selanjutnya akan homeschooling? Wallahu a’lam. Sampai saat ini, saya masih nyaman, sih. Ya, semoga dimudahkan jalannya, apapun itu.
Memulai mengompos dan berkebun
Horeee, awal bulan ini akhirnya saya panen kompos takakura. Ternyata meski awalnya terlihat menyeramkan, menjijikan dan merepotkan, tapi saya menemukan kebahagiaan saat menjalaninya.
Baca juga : Kebahagiaan Menjalani Hidup Minim Sampah
Nah, rasanya memang orang yang berkegiatan seputar kompos biasanya ya berkebun juga. Saya pun coba-coba donk. Ingin tahu, apakah hasil pupuk kompos saya teruji menyuburkan atau tidak. Alhamdulillah, batang daun bawang yang saya tanam, yang biasanya layu mulu kalau ditanam ulang, sekarang tumbuh lebat.
Bukan tidak mungkin kan meski pandemi gini kita mencoba hal-hal baru. Pencapaian di atas tentu hanya sekelumit dan pencapaian sederhana. Teman-teman, selagi ada kesempatan dan kemauan, yuk coba hal baru. Mencoba hal baru bisa menjadi investasi dan bekal kita lho di lain waktu. Kan, bukan tidak mungkin bisa manfaat dan bahkan menghasilkan cuan juga.
Tetap semangat dan sehat selalu, gais.
Naah iya mba, pandemi ini sbnrnya banyak sisi positifnya. Krn kita JD mencari cara bagaiman biar ga bosen selama di rumah. Dan akhirnya banyak ngelakuin hal2 yg tadinya malah jarang ATO blm pernah kan.
Aku sendiri JD rutin membaca dan bikin review dari bacaan di medsos. Trus aku jadi mau masuk dapur hahahahah. Sblmnya kan aku percayakan 100% Ama asisten, Krn jujurnya area dapur itu bukan kekuasaanku secara aku benci masak hahaha. Tapi sejak pandemi aku menantang diri sih, supaya bisa ngerjain hal2 yg aku benci. Jadilah aku belajar nyusun menu, trus belanja online barang2 pasar, dan meal prep, supaya kulkas rapi. Bener ya kata orang, meal prep ini bikin semangat dan nagih. Apalagi skr kalo buka kulkas, rasanya itu happy, Krn rapi dan teratur. Padahal sblmnya boro2 hahahah. Banyak sayur yg tau2 busuk aja saking kelupaan ditaro di dasar kulkas.
Berkebun ini emangg ngefek bangett sihh ya mba. Aku jg pernah nyobaa. Alhamdulillah jadi lebih enakan buat mata, hati, pikiran