Saya setiap hari juga membacakan buku anak, apa bedanya dengan cara baca buku tersebut dengan metode membacakan membacakan nyaring atau read aloud yang sedang booming belakangan ini?
Itu adalah pertanyaan yang muncul dalam benak saya saat awal mendengar koar-koar tentang metode Read Aloud. Ada yang punya statement saya kayak saya nggak, nih?
Baca juga : Tips Menikmati Membaca AlQur’an dengan Khusyuk
Saya sadar setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Meski Ibu bukan tipe pembaca yang rajin, demi anak, Ibu bela-belain suguhkan berbagai buku, agar anak pintar (?). Karena cara menasihati dan mengarahkan terbaik adalah memberi contoh, kan.
Gayung pun bersambut, bukan hanya buku-buku anak saja yang mudah kita dapatkan. Penjualan buku anak pun kini semakin banyak digandrungi, sistemnya pun selain bayar cash bahkan bisa dicicil atau dengan arisan.
Setelah beli buku, tentu PR selanjutnya adalah membacakan buku tersebut. Apakah boleh membacakan buku asal membacakan saja? Atau perlu dengan metode tertentu seperti Read Aloud ini?
Apa itu Read Aloud?
So, Read Aloud adalah sebuah metode membacakan buku secara nyaring dan efektif. Yang pertama kali memperkenalkan metode tersebut adalah Jim Trealease lewat bukunya The Read Aloud Handbook.
Semangat Jim ini membudayakan membacakan buku secara nyaring kepada sesiapapun ia sampaikan dalam buku tersebut. Dalam buku itu, ada banyak pengalaman dan keajaiban dari membacakan nyaring yang dikisahkan oleh Jim.
Baca juga : Review Buku Anak tentang Sekolah Alam
Buku itu pula yang menginspirasi Ibu Roosie Setiawan untuk mendirikan sebuah komunitas membaca Reading Bugs. Ibu Roosie meminta izin kepada Jim untuk menerjemahkan buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Dan sekarang jadilah buku tersebut dan buku karya Ibu Roosie (Membacakan Nyaring) menjadi dua buku wajib yang perlu kita pelajari untuk bisa ikut kelas Read Aloud bersama beliau.
Read Aloud untuk Membuat Anak Suka Baca
Sebelum mengenal Read Aloud, cara saya membacakan buku kepada anak ya seperti biasanya. Kadang dengan intonasi yang berlebihan, berharap anak akan memperhatikan dan tertarik untuk mendengarkan saya.
Yaaa, bisa jadi menurut saya cara itu sudah cukup menyenangkan. Tapi ternyata ada faktor lain juga yang harus kita perhatikan saat membacakan nyaring dengan anak. Bukan sekadar intonasi, tapi juga ada ekspresi, dialek, bahasa tubuh yang perlu kita perhatikan.
Membaca memang membuat anak-anak tahu suatu hal, tapi tidak hanya membaca yang membuat seseorang menjadi pintar dan serba tahu. Karena kini sumber pengetahuan bisa kita dapatkan dari mana saja. Tapi membaca jelas memiliki nilai lebih, untuk mengikatkan bonding, kemampuan bahasa, serta kemampuan mencerna suatu hal lebih kritis.
Penting dan jadi catatan banget buat kita para buibuk dan pakbapak yang suka ambisius beliin buku anak, mengenalkan buku bukan untuk menjejalinya segala hal secara serius yang berujung mengharapkan anak tahu banyak hal dan bisa baca. BIG NO!.
Lebih dari itu, metode membacakan nyaring mencoba memberikan pandangan baru. Membaca perlu menjadi kegiatan yang menyenangkan. Karenanya, tidak seharusnya dilakukan secara saklek. Membaca bukan mencekokinya anak-anak dengan paksaan agar segera bisa membaca. Membaca untuk membuat anak SUKA membaca. Itu yang paling penting.
Menyukai suatu hal memang tak bisa tiba-tiba. Untuk membaca sendiri Ibu Roosie tidak menyarankan kita membacakan buku kepada anak langsung banyak. Tapi semua bertahap. Waktu yang kita butuhkan cukup 10 – 15 menit saja per pertemuan, dengan buku yang disesuaikan dengan usia anak (ada penjelasan ini di buku beliau), dan pastikan orang tua sudah membaca dan mengecek bukunya terlebih dahulu.
Metode Membaca yang Diajarkan Read Aloud
Nah, ada banyak hal baru yang saya temukan di kelas Read Aloud tersebut. Lewat kelas ini pula, saya menemukan perbedaan dari cara saya membacakan buku selama ini dengan metode Read Aloud.
Beberapa hal yang perlu kita lakukan saat membacakan nyaring antara lain:
1. Ajak anak ke toko buku dan biarkan dia memilih bukunya sendiri
Momen ke toko buku perlu menjadi momen yang menyenangkan. Seperti dengan kegiatan membiarkan anak membeli buku yang ia inginkan atau mencoba mengeksplor berbagai buku yang ada. Saya sendiri ketika membawa anak ke toko buku, biasanya sambil baca-baca, terutama untuk buku yang sudah dibuka plastiknya.
Selain lewat toko buku, kadang saya juga mengajak anak berunding ketika membeli buku secara daring. Justru serunya, saya bisa mengintip beberapa isi cerita, dengan membaca reviewnya terlebih. Anak juga bisa kita libatkan dalam kegiatan ini. Hitung-hitung mengajari anak untuk lebih detail saat membeli barang, kan? hihi
Meski keputusan membeli buku ada di anak, selanjutnya saat membaca buku, kita orang tualah yang menyesuaikan. Pastikan bacakan buku sesuai dengan usianya. Tak apa juga jika anak terus meminta buku yang sama, tentunya sambil kita selingi dengan buku menarik lainnya.
2. Kenalkan dengan penulis, ilustrator, dan penerbitnya
Hal ini yang biasanya terlewat saat membacakan buku pada anak, kita langsung ke isi ceritanya saja.
Membacakan terlebih dahulu nama penulis, ilustrator bahkan penerbit kepada anak jadi bagian penting dalam metode Read Aloud. Hal ini untuk mengenalkan anak pada sosok orang yang membuat karya tersebut tentunya.
Saya biasanya mengenalkan juga profilnya, baik yang biasa lewat sampul penutup bukunya maupun lewat media sosialnya. Harapannya anak tidak hanya tahu namanya, tapi juga tahu karyanya serta orangnya kayak apa, penting kan?!
3. Penuh Ekspresi
Baca buku tentang princess sambil memakai mahkota boleh-boleh saja. Sembari tertawa mempraktikkan gayanya raksasa juga boleh. Ekspresi dalam membacakan nyaring pada anak perlu menjadikannya menyenangkan, bukan?
Ekspresi tidak hanya intonasi, ya. Tapi juga gaya bahasa, dialektika, bahasa tubuh pun perlu kita perhatikan. Buat anak cara mendongeng dan kehadiran kita sangat berarti.
4. Membaca sambil menunjukkan kata yang sedang kita bacakan
Saya sempat dibuat kagum saat Nahla tiba-tiba ‘membaca’. Tidak. Ini tentu tidak beneran membaca karena dia belum bisa baca saat itu. Tapi apa yang anak ucapkan benar-benar sama plek ketiplek dengan apa yang dia tunjuk dalam bukunya.
Awalnya saya sangat mengagumi itu, ya biasalah emak-emak. Eh, tapi ternyata ada banyak lho anak-anak yang bisa seperti itu dari hasil membacakan nyaring.
Iya, seperti membaca beneran. Jarang ada kata yang terlewatkan.
Salah satu yang membuat anak bisa menangkap dengan mudah hingga bisa ‘membaca’ tersebut adalah dengan menunjukkan berbagai aksara saat kita membacakan nyaring pada anak.
Menunjukkan berbagai huruf tersebut adalah salah satu upaya tanpa sadar yang kita lakukan untuk membuat anak mengenal dan akrab dengan berbagai huruf, tanda baca, serta cara pengucapannya.
5. Minta anak untuk menceritakan kembali
Ini adalah bagian paling seru setelah membacakan nyaring bersama anak. Dengan kemampuan daya tangkap anak yang cepat, dipastikan anak bisa cepat pula menangkap cerita yang kita ceritakan.
Biasanya saya terapkan metode ini sambil mix dengan teori single reading ada Charlotte Mason. Jadi pembacaan memang hanya sekali, lalu meminta anak menceritakan ulang dengan bahasanya sendiri.
Sungguh kita akan terkagum-kagum. Tahapan ini akan menunjukkan kemampuan bahasa anak dengan baik. Baik pilihan diksi, intonasi, ekspresi, bahasa tubuh, serta segala hal yang kita contohkan akan sebisa mungkin anak praktikkan.
—
Kamu tertarik atau sudah sering melakukan Read Aloud bersama anak-anak? yuk ceritakan kesanmu di kolom komentar.
Waktu aku coba ke bang Rasyiid, dia seneng dong, dan sangat-sangat menyimak. Setelah selesai, akan ada banyak penasaran yang dia tanyakan 😄
Iyaaa.. Serukan mbak. Ternyata metode ini memang lebih menyenangkan buat kita dan anak anak jugaa. Valuenya juga dapat
Membaca nyaring banyak sekali manfaatnya. Anak-anakkku suka sekali kalau dibacakan buku. Mereka terpapar buku sejak bayi sampai sekarnag.
iyaaa mbak, kerasa banget manfaatnya yaa. semoga dengan usaha ini anak2 jadi suka baca, dan tentunya pr ini akan terus berlanjut sampe anak2 bertumbuh
semakin banyak gambar, akan semakin disukai ya 😀
Mbak Ghina ikut kelas Read Aloud ya? wiiiihh keren, ntar lagi jadi certified read aloud nih, asyiiikk, mau belajar dari Mbak Ghina juga iih 😀
Makasii banyaak buat tips2nyaa Mba Ghinaa..
Yg memperkenalkan ilustrator n penulisnya itu tips yg bagus sih mba. Aku selama ini pas bacain buku ga pernah baca bagian itu kan. Tp ternyta anakku justru terterik bgd sama siapa yg nulis bukunya itu. Jd dia seneng dibacain profil penulisnya. Apalagi klo buku KKPK atau Komik NextG, kan penulisnya juga masih anak2. Jd dia suka heboh misalnya, ‘wah ternyta yg bikin umurnya sama kayak aku’
Ceritakan kembali itu juga bagus, krna kita jadi tau sejauh mana pemahaman anak sama ceritanya. Skrng anakku juga pelan2 aku dorong baca buku2 english. Masih yg pendek2 n banyak gambarnya sih, tp dg menceritakan lg aku jg jadi tahu sejauh mana pemahaman dia sama cerita yg dibacanya..
aku baru tahu untuk memperkenalkan author sama ilustrator itu ya sejak ikutan kelas read aloud itu mbak thessa. Benar nih, jadi setelah tahu penulisnya kadang kita nyari profilnya, fotonya, dan bahkan media sosialnya jugaaa. hihi.
ceritakan kembali itu kadang bisa mengasah kemampuan bahasa dn pede juga ya mbak..