Kalau dipikir-pikir memang semua serba ketersalingan yang sudah Allah atur sedemikian rupa. Begitu pula dengan cerita persalinan anak ketiga ini, Masya Allah
Benar-benar unexpected sih. Memang benar manusia hanya bisa berencana sementara Tuhan yang berkehendak. Dan kehendak Tuhan memang paling Indah dan tersusun dengan sangat baik. Berbeda dengan persalinan kedua, Kali ini persalinan kami rencanakan untuk dilakukan di rumah dengan segala kesiapan diri, mental, serta informasi yang telah saya kumpulkan.
Baca juga : Cerita Persalinan Nurayya
Melahirkan di rumah bukan hal yang istimewa di sini. Selan nakes di sini lebih mendukung persalinan pervaginam, juga jika tidak ada kendala selama proses persalinan, melahirkan di rumah juga tidak dipermasalahkan.
19 September ketika perut terasa tidak karuan, dalam ketiga hari setiap malamnya inilah saya menuliskan perasaan saya.
Catatan Menjelang Persalinan Naveed

H-3 Persalinan : Keluar lendir
Sudah mulai ada lendir yang keluar tapi tidak disertai flek. Lalu terbayang seperti kondisi sast persalinan nura. Jadi saat itu juga langsung terpikirkan untuk jalan kaki muter muter.
Yup, jalan kaki lumayan juga ke toko mamamini. Memilih berbagai barang dan pulang pun jalan kaki lagi. Sesampainya di rumah, kami memutuskan utk melakukan induksi alami. Malamnya mulai terasa mules. Mulai hubungi orang2 terdekat sini utk menitipkan anak-anak. Berharap banget lahirannya siang biar bidan mudah dihubungi dan anak2 bisa dititipkan tanpa perlu nginep. Terutama karena masih ada bayi.
Malam ini kami pun memutuskan untuk tidur di ruang tamu. Dengan persiapan jika kemungkinan persalinan terjadi, anak anak tetap stay di rumah karena beda ruangan.
H-2 Persalinan : Lendir disertai bercak darah
Rabu, harapan persalinan yang makin menggebu di hari itu. Karena ayahnya libur kerja pagi.
Pagi hari buta perut rasanya ga karuan, kontraksi terasa kencang, jam 6 pagi itu rasanya ingin sekali menelpon bidan. Suami menahan, kontraksi ini belum reguler katanya.
Alhamdulillah, lendir pun keluar lagi dan kini disertai dengan flek. Aku pun langsung mengira persalianan seperti sewaktu Nura juga. Jadi kupikir nanti saat Nahla pulang sekolah aku pasti sudah melahirkan.
Suami pun stand by di rumah.
Beberapa kali merasakan kontraksi di pagi buta, nyatanya sampai siang menjelang kontraksinya malah semakin jarang. Sesubuh ini pukul 6 pagi aku masih menyempatkan diri utk memasak sarapan pagi. Lebih awal bahkan dari biasanya. Karena khawatir akan segera lahiran.
Sampai siang hingga sore kontraksi masih juga muncul jarang jarang. Ah ini mah kontraksi palsu. Flek lendir pun datang cukup intens. Jadi seharian ini malah aku menggunakan pembalut.
Sore menjelang, nahla ada les piano. Tadinya mau minta tolong teman utk mengantarkannya agar suami menemaniku di rumah. Khawatir aku ditinggal terus kenapa-kenapa. Tapi dengan kondisi aku yg masih bisa ngapa-ngapain, aku memasrahkan diri dan bilang bahwa aku baik baik saja jika hanya ditinggal setengah jam doank.
Bahkan sembari menunggu, sempat tiduran lalu bosan dan akhirnya aku membuat martabak.
Sore jelang maghrib kontraksi itu datang lagi. Khawatir akan terjadi, kami pun memutuskan untuk tidur di ruang tamu lagi.
H-1 Persalinan : Mulai panggil Bidan
Pukul tiga pagi buta aku terbangun. Mengecek gawai dan banyak orang bertanya apakah aku sudah melahirkan?
Pikiranku membuncah. Sepertinya terlalu banyak pertimbangan dan pikiran dalam benakku perihal persalinan ini. Aku belum sepenuhnya siap kayaknya. Secara mental dan fisik.
Pasrah, hal itu sepertinya yang terlewatkan dalam kondisi ini. Aku terlalu banyak menyusun rencana dan harapan. Entah mengenai waktu persalinan, situasi persalinan yg baru, situasi anak-anak, kondisi paska persalinan, dan harapan pada suami soal tesisnya.
Astaghfirullah.
Akhirnya seharian ini aku menikmati flek dan kontraksi yang timbul tenggelam dengan lebih tenang. Masih bisa masak dua kali sehari saat itu. Sorenya mulai terasa kontraksi yang semakin intens. Malam hari saat kontraksi semakin sering muncul, ketika anak-anak sudah tidur, entah kenapa aku yakin kali ini anak-anak harus dipindah. Langsung menghubungi tetangga atas untuk membawa kedua anakku yang sudah tertidur pulas untuk pindah tidur di sana. In case aku melahirkan pada malam hari, tentu tidur mereka akan terganggu dengan teriakanku.
sekitar pukul sepuluh malam, aku minta tolong suami untuk menghubungi bude. Kami menyiapkan opsi kedua jika kemungkinan proses persalinan perlu dilakukan di rumah sakit, agar bude bisa mengantarkan kami ke sana.
Tidur malam ini tdak nyenyak sama sekali. sepersekalian menit, kontraksi datang dan datang lagi. Aku marah karena suami tidur sementara aku merasakan nyeri kontraksi, haha pengennya dia pun tetap melek ya. Kami terus menebak-nebak, kapan waktu yang tepat untuk menghubungi bidan.
Hari H Persalinan: Tidak jadi melahirkan di Rumah
Perdebatan itu terus berkelit sampai sekitar pukul setengah 4, saat aku pengen pipis tapi nggak tertahan dan pipis tepat saat baru berdiri dari kasur, cairan putih hangat pun keluar. Ini mungkin yang dimaksud dengan ketuban pecah, pikirku. aku pun menguhubungi bidan dan bilang kalau aku rasanya seperti sudah pecah ketuban.
Bidan pun dengan muka bantalnya datang 10 menit setelah aku menelponnya. Kaget dan bikin malunya saat beliau mengecek ketubanku, ternyata belum pecah. wkwk.
Bidan terus memberi opsi, mau tetap ditemani atau dia pulang dulu ke rumah sampai kontraksi adekuat dan bukaan bertambah. Aku yang tidak mau berada dalam ketidakpastian dan teringat sama cerita persalinan orang-orang tentang persalinan di rumah pun tentu saja meminta bidan untuk menemaniku.
Agak lega karena bidan mau menemani meski ada usaha yang harus kulakukan. Mungkin maksudnya agar jangan terlalu lama menunggu dan proses persalinan disegerakan. beliau menyuruhku untuk jangan tiduran, ketubanku dipecahkan secara manual yang rasanya seperti balon pecah haha. Terus aku juga suruh mandi lalu terus berjalan muterin rumah dengan kondisi kontraksi yang nyerinya makin nikmat ang semakin sering muncul.
Bidan pun menghubungi Kraamzorg untuk menemaninya membantu persalinanku. Beberapa alat persalinan kulihat sudah lengkap dibawa oleh bidan maupun kraamzorg. Sampai pukul 6 pagi pun datang dan belum ada tanda-tanda aku akan segera melahirkan. Bidan pun lalu bilang kalau aku perlu melakukan persalinan di rumah sakit.
jeng jeng, akhirnya persalinan kali ini di rumah sakit juga. haha. Tapi ada hikmahnya sih, kalau dari awal kita berencana untuk melahirkan di rumah sakit, mungkin kita akan lebih merepotkan tetangga karena harus menitipkan berhari-hari karena kontraksi sudah dirasakan selama tiga hari.
Persalinan di Rumah Sakit UMCG
Pagi itu menjadi sangat sibuk. kami bahkan tidak memikirkan untuk sarapan atau pun ngurusin anak. Urusan rumah pun diserahkan kepada Kraamzorg yang membereskannya sementara kami langsung membawa badan dan tas persalinan saja. Alhamdulillah para tetangga sangat sigap membantu agar persalinan berjalan dengan lancar.
Saat bidan bilang kalau kami perlu ke rumah sakit. Kami pun langsung menghubungi bude. Tidak lama setelah kami telpon, beliau pun datang dan membawa aku dan suami ke rumah sakit. Kami bertemu dengan bidan kami di rumah sakit dan beliau langsung mengantarku ke ruang bersalin. Alat-alat pun dipasang di perut dan punggung tangan kananku. Setelah itu, kontraksi semakin sering datang, bahkan kali ini aku tentu saja teriak-teriak sambil tarik-tarik tangan suami untuk menahan rasa sakit yang datang.
Selang sekitar satu jam lebih setelah para nakes memasang alat suntik. Para bidan datang bergerombol. Waktu persalinan akhirnya datang juga. Alhamdulillah, masya Allah, deg-degan, takut, tapi excited. Bismillah…
Yang menangani persalinanku semuanya adalah bidan. Karena di sini biasanya dokter hanya akan turun jika ada kasus serius. Alhamdulillah berarti aman ya. Malah ada bidan pemula yang ikutan menangani persalinanku dan sempat bikin aku teriak gara-gara jahitan dia bikin aku nyeri banget. huhu

Akhirnya bayi mungil, imut, dan menggemaskan itu menempel di dadaku. Dia tampak malu-malu sekali untuk menangis terus menerus. Setelah bidan meletakkan bayi di dadaku ia tetiba seperti menemukan kehangatan, enggan untuk mengenyot susu dan malah masih terkantuk-kantuk.
Seperti saat persalinan sebelumnya, bidan pun memintaku untuk mandi dan kami hanya menunggu bayi hangat untuk pulang ke rumah. Dari jam 11 persalinan, sekitar jam 5 kami sudah bergegas pulang ditemani langit rintik-rintik.
Bayi yang selama hamil sering banget aku lantunkan sholawat busyro sebagai penenang dan penggembira ditengah perlu waktuku untuk menerimanya, terima kasih sudah hadir ke dunia dengan sehat dan selamat. Semoga mamah ayah bisa membersamai tumbuh kembangmu dengan baik dan hidupmu penuh dengan kebaikan ya, Nak.
Masha Allah sangat inspiring mba. Hatiku terketuk terutama di kata “pasrah”, “menikmati kontraksi” dan membiasakan janin untuk mendengarakan lantunan “shalawat busyro”. Terima kasih untuk sharingnya mba Ghina🫶🏻. It means alot for me mba yang udah dekat hpl tadinya nano nano feeling setelah baca ini jadi lebih tenang🫰🏼🙏🏻
semoga Allah mudahkan proses persalinan mba nunuh ya. lahir di waktu yang tepat dan sehat semua ibu dan bayinya.aamin. kindly to call me kalau butuh bantuan ya mba