Pesan dari salah satu WAG di pekan terakhir puasa Ramadhan datang dengan membawa kegembiraan. Pesan yang saya tunggu-tunggu nih. Undangan untuk menghadiri sholat ied serta halal bihalal. Waaah,.. akhirnya bisa tetap merayakan dan merasakan suasana idul fitri meski negeri rantau. Alhamdulillah.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Kalimat takbir yang dipimpin oleh imam yang diiringi oleh jamaah terasa menyesap ke dalam kalbu. Haru biru bahagia. Nggak dinyana sih, dalam situasi pandemi dan tinggal di negeri rantau malah bisa merasakan keriaan lebaran bersama keluarga Indonesia yang tinggal di sini.
Merayakan Idul fitri di negeri rantau seperti Belanda artinya menyudahi puasa yang lamanya bisa sampai 20 jam, bertemu dengan orang-orang Indonesia yang tinggal di sini, serta tetap bisa mencicipi makanan khas lebaran tanpa perlu repot masak banyak-banyak.
Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.
Btw, Bagaimana lebaran di tempat kalian, gais?
Lebaran di Groningen bersama Degroemist dan PPI Groningen
Semenjak Belanda menyatakan bahwa virus corona tidak lagi dianggap mematikan, suasana di sini terasa tidak lagi seperti sedang ada virus. Semua protokol jadi longgar. Orang-orang sudah santai sekali jalan-jalan, nongkrong, kumpul-kumpul, tanpa perlu ribet jaga jarak maupun mengkondisikan ruangan.
Keputusan itu pula yang menjadikan kegiatan sholat Idul fitri bersama dan halal bihalal pun dapat dilaksanakan. Alhamdulillah, ada banyak orang Indonesia juga tinggal di sini. Saya bahkan sempat berkunjung ke para diaspora yang menikah dengan orang-orang Belanda. Wah, ternyata banyak banget orangnya, heboh bukan main saat mereka berkumpul. Silaturahmi tanpa batas ini membuat saya jadi mengenal interaksi para diaspora lebih dalam. Bahkan saya pun sempat bertanya-tanya tentang pengasuhan mereka di sini.
Groningen sendiri sebenarnya merupakan salah satu kota kecil di Belanda. Alhamdulillah lewat organisasi seperti PPI (Perkumpulan Pelajar Indonesia) Groningen beserta komunitas muslim Indonesia bernama Degromiest ( de Indonesian Groningen Muslim Society) acara halal bihalal ini bisa terlaksana. Suasana idul fitri pun bisa berjalan dengan ta’dzim.
Untuk acaranya sendiri, kita biasanya menyewa sebuah ruangan yang cukup besar. Dengan melihat kondisi covid, tempat kami biasa melaksanakan sholat Ied dan Halal bihalal tidak lagi di tempat yang biasanya. Kali ini tempatnya memiliki ruangan yang lebih besar dan terbuka.
Setelah sholat biasanya kami langsung bersalam-salaman saling memaafkan dan Halal Bihalal, makan-makan, kumpul-kumpul, dan ngobrol-ngobrol. Untungnya tempat ini juga ada taman bermainnya. Jadi anak-anak bisa berlari-larian, main ayunan, atau perosotoan sepuasnya.
Untuk makannya sendiri kita menggunakan sistem potluck. Di pekan terakhir puasa itu kita mengisi list apa saja yang akan kita bawa. Ada menu utama seperti opor, cemilan, buah-buahan, gorengan, minuman semuanya diisi oleh pengunjung yang akan hadir. Selanjutnya di acara halal bihalal ini ada panitia sendiri yang dibantu oleh-oleh ibu-ibu untuk menyiapkan makanan tersebut. Nah, kalau dulu pas tahun awal saya kebagian membuat telor balado, kali ini saya bikin lontong saja yang saya kira cukup gampang.
Tapi ya tetap ada aja cerita kocak soal masak-masak nih. Dulu pas kebagian bikin telor balado, kita yang nggak punya blender akhirnya ngulek bumbu cabe pake cobek yang licin banget. Wkwk. Jadilah si cabe nggak begitu lembut hasilnya. Itu juga momen pertama kali saya bikin telor balado.
Nah, kalau sekarang ini tadinya saya mengajukan buat bikin capcay. Lupa kalau lagi hamil. Wkwk. Tapi akhirnya saya kepikiran, bikin capcay buat 50 porsi mayan banget itu effort-nya, mana cuma punya pan yang kecil. Jadilah saya ganti dengan bikin lontong aja.
Ealah, ternyata bikin lontong pun nggak begitu mulus. Entah berasnya atau cara masaknya yang kurang tepat. Sebelum subuhan saya coba potong satu lontong, lhoooo, kok masih ambyar. Akhirnya saya coba masak lagi deh. Sepanjang jalan berharap ada keajaiban semoga lontongnya jadi bagus. Saya nggak berani buat memotong lontong lagi.
Saat giliran makanan, alhamdulillah bentuk si lontong nggak begitu ambyar dan habis. Sajian makanan utama memang biasanya jadi sasaran makanan banyak orang. Apapun bentuknya tetap diambil dan dilahap, kok.
Model potluck buat acara makan-makan ini saya suka banget sih. Tidak ada yang merasa terlalu direpotkan, karena semua jadi repot bareng-bareng. Kalau pun ada sisa, kita bagikan lagi. Jadi tidak ada yang mubadzir.
Tetap Dekat Meski Jauh dari Keluarga
Saya selalu ingat pesan almarhum Abah. Saat meminta maaf di momen lebaran, sebelum maaf-maafan dengan sesiapapun, sebaiknya mengutamakan orang tua dulu. Hal ini berlaku di mana pun kita berada.
Dengan nasihat Abah yang begitu, malam lebaran yang kebetulan di Indonesia sudah masuk waktu pagi di hari raya, akhirnya saya pun telepon Mimih. Saya memang cukup sering menelpon Mimih di jam segitu. Biasanya Mimih sudah bangun untuk sholat. Jadi nelpon itu biasanya setelah Mimih sholat malam. Ngobrol pun jadi tidak terburu-buru dan lebih khusyuk, apalagi untuk momen saling memaafkan di Idul Fitri ini.
Dengan bantuan layanan internet menyatukan Indonesia seperti IndiHome, dengan internet stabil, komunikasi pun menjadi lancar. Jarak yang terpaut sangat jauh menjadi terasa dekat dan tetap hangat. Kebetulan tahun ini semua saudara merayakan lebaran di Brebes. Meski sedih nggak ikut ramai-ramai, tapi dengan adanya internet yang mampu menyatukan kita semua membuat kehebohan dengan mereka tetap bisa saya rasakan.
Baca juga : Lebaran dan Uang Angpau Anak-anak
Foto-foto keluarga serta hasil berkunjung ke sanak saudara semua dibagikan di grup whatsapp keluarga. Ada berkurang memang rasanya di foto kali ini. Tidak ada Abah yang sudah meninggalkan kami di alam sana. Namun dengan makamnya yang terletak di belakang rumah, jadi ramai juga orang-orang berkunjung untuk ziarah di momen lebaran ini.
Alhamdulillah, layanan internet menyatukan Indonesia membuat kami tidak begitu kehilangan momen kebersamaan dengan keluarga di sana. Lebaran di mana pun semoga tetap bisa kembali menyucikan hati kita kembali fitrah, tetap istiqomah dengan kebaikan yang sudah jadikan habit selama puasa, dan tentunya menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
Seru banget ya mba. Meskipun di sana minoritas tapi lebaran kebersamaannya tetap terasa.
Selamat lebaran kak Ghinaa, masyaAllah tahun ini lebarannya jauh dari kampung halaman yaa. Semoga sehat selalu <3
MasyaAllah mba ghin. Bisa-bisanya dari capcay lompat ke lontong hihihi. Tapi ya lebaran tanpa lontong kayanya kurang lengkap. Ini masak lontongnya pakai apa mba? Bukan pakai daun pisangkan?
Sehat-sehat terus ya bumil sampai lahiran aamiin aamiin
Pakai lontong plastik yg dijual di toko asia mbak. Berasnya kecil2 bgt, jd ambyar ga bgtu keliatan deh. Wkwk..
Aamiin. Sehat sehat jg bumil..
Puasa 20 jam? Wow! Pasti seru dan sedih ya lebaran di negri orang, tapi tetap bahagia. Selamat lebaran!
Mohon maaf lahir dan batin yah Kak, seru yah lebarannya. Btw internet memang menyatukan silaturahmi yah
Sekarang dengan layanan internet yang mumpuni, keluarga yang posisinya berjarak sekarang rasanya tambah dekat ya mba.Apalagi momen silaturahmi lebaran yang kadang tak dapat dijangkau dengan bertemu langsung jadi bisa dijangkau dengan layanan internet
seru banget mba Ghina lebaran di sana, tapi mungkin aakan ada yang berbeda ya karena jauh dair kelaurga, tapi pastinya keseruannya bakal sedikit mengobati kangen rumah ya mba Ghina, sehat-sehat ya bumil
Ya ampun seru banget mbak lebaran di negeri orang. Jadi pingin ngalamin juga berpuasa di LN. Tapi ga sanggup kayaknya kalau harus 20 jam hiks. Bener banget dimanapun berada kudu minta maaf ke ortu dulu ya
pasti ada perasaan haru biru menjalani ramadan dan lebaran di belanda ya teh, karena jauh dari rumah tapi ternyata banyak teman dan sahabat indo juga di belanda. minal aidzin walfaidzin ya teh, semoga betah di belanda dan lancar untuk persaliseru ya lebaran di Belanda, walau pasti ada rasa sedih gak bisa ketemu eluarga di indonesia. tapi kan ada internet, masih bisa silaturhami dengan video call dan telponan via whatsappnan nanti. BTW untung ada internet ya, bisa video call dengan keluarga di indonesia.
Minal aidzin walfaidzin teteh, mohon maaf lahir batin ya. Berkat internet kita masih bisa silaturahmi online ya sampai sekarang. Semoga betah di Belanda sana yaa. Salam untuk keluarga, Nayla dan calon Dede bayi.
Selamat lebaran mba Ghina, selamat merayakan lebaran di sana, pastinya dengan kemajuan teknologi kita bisa sambil videocall ya dengan keluarga, pasti ga terlalu berasa jauhnya
dengan kemajuan teknologi saat ini, kita bisa berkomunikasi dengan baik. apalagi teknologi internet sekarang tak mengenal batas ruang dan waktu. Semua bisa terhubung dan saling silaturahmi
Seneng banget ya kak ketemu diaspora di luar negeri. Berasa kayak di negeri sndiri dengan kedatangan mereka. Kita bs berkumpul bahkan bs berbagi makanan bersama. Meski kadang kita jauh2an dgn keluarga sndiri tp setidaknya bs mengobati pilu hati, terutama saat perayaan Idulfitri.
Masyallah serunya kak bisa lebaran di negeri kincir angin bareng saudara seiman dan setanah air. Meski jauh dari keluarga, namun merayakan hari raya di negeri orang pasti punya pengalaman tersendiri ya kak. Good luck pokoknya.
Walaupun berlebaran bukan di negeri sendiri, tapi serasa sedang berada di rumah ya, karena banyak rekan-rekan se-tanah air juga di sana.
Masya Allah … seneng banget ya, Mbak. Meski jauh di mata tapi internet membuat silaturahmi dengan keluarga di tanah air tetap lancar.Eh, tapi jadi makin kangen nggak sih? 🙂
Setuju mbak. Puasa Ramadhan memang membentuk pribadi kita jadi lebih baik. Semoga kita bisa meneruskan habit baik selama Ramadan ke bulan bulan yang lain ya. Aaamiin
Internet memang membantu sekali ya urusan hubungan jarak jauh. Kita seolah nggak kehilangan momen kebersamaan sama sekali. Meski dengan konsep yang berbeda.
wahh suasananya tetap kental khas Lebaran yaa mba meskipun di negeri orang. Semoga sehat selalu mba Ghina
Masyaallah senangnya suasana lebaran di Belanda. Seru ya mbak. Meski begitu tidak mengurangi silaturahmi dengan keluarga di Indonesia ya. Berkat layanan internet semua terasa dekat ya karena internet ini mendekatkan yang jauh. Kapanpun dan dimanapun kita berada selalu bisa terhubung dengan keluarga bahkan dengan lancar tanpa hambatan berkat adanya sambungan internet.
Bikin lontong emang tricky ya Kak. Dulu pernah bikin dan ambyar wkwkw.
Kalau tinggal di luar negeri mau gak mau ya masak masakan INdonesia sendiri karena jarang yg jual y?
Potluck gitu seruu ya dan makanan jadi berlimpah.
Lebih suka berlebaran di Indonesia apa di sana nih?
Masyaallah tetap seru ya, lebaran di groningen itu. Dengan adanya internet sudah bisa mengobati rasa rindu ya mbak, untuk bertemu dengan keluarga. Semoga setelah lahiran dan setelah urusannya selesai di sana, mbak dan keluarga bisa kembali ke Indonesia ya, dengan kondisi tetap sehat dan tetap bahagia. Pengalaman berharga banget bisa tinggal di luar negeri itu
Memang ketika di LN, sesama orang Indonesia itu berharga banget dan jadinya kaya keluarga hihi. Aku dulu juga gitu pas di Filipina. Asyik dan seru kalau sesama bisa berbahasa Indo seppuasnya juga kann.
Sebuah momen tersendiri ya bisa berlebaran di negeri orang tapi tetap bisa terkoneksi dengan keluarga di tanah air. Thanks to internet yang makin memudahkan silaturahmi.
Sekarang enak sih ya mbakakses internet gampang banget jadi meski di luar negeri masih bisa komunikasi tiap hari. Dulu tuh saya kalo nelpon ibu sebulan cm beberapa kali aja. Itupun telpon2an. Video call pake skype dan susah banget karena ortu gapaham. Jaringan internet di kalimantan jg jelek..
Momen lebaran adalah momentum yang tepat untuk menjalin silaturahmi ya mbak
Akan senang rasanya bila silaturahmi keluarga makin baik
Alhamdulillah ya tetap terasa hikmah dan khidmat nya berlebaran meski keberadaan kita tidak di tempat yang sama.
Maaf lahir dan batin ya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Yeyy kak Ghina dah di Groningen, semoga sehat2 selalu kak Ghin. Senengnyaa bisa lebaran dengan suasana yang berbeda hehe, semoga bisa ngobati kangen tanah air yaa.
Alhamdulillah ikut bahagia membacanya mba.. Apalagi di sana juga situasi sudah normal kembali. Selamat ber lebaran ya mba…
Meski jauh dari tanah air tapi semangat Lebaran di sana tidak kalah seru dan khidmat ya
Saya jadi membayangkan jika kelak anak sekolah di luar negeri dan kami ikut ke sana, pasti seru juga Lebaran di kalangan minoritas
Ternyata berlenaran di Negeri orang pun bisa seseru itu. Minal aidzin wal faidzin ya mbak dari Indonesia
Seru banget ya acara di Groningen. Aku punya teman di Belanda tapi di Den Haag Mbak. Katanya di sana juga ada acara gitu pas lebaran. Seru ya ketemu sama sesama WNI di negeri orang
Wah seru banget ya liburan lebarannya, saya jadi rindu lagi nih suasana di kampung, padahal kemarin juga baru selesai lebarannya hihihi.
Sistem potluck kalau di luar negeri kayaknya memang sudah lazim banget ya, mbak kalau mau ngadain acara. Senang deh akhirnya kita semua sudah bisa mulai kumpul-kumpul lagi ya setelah 2 tahun menjalani corona
Diluar negeri malah orangnya kompak2 gini ya mba ghin. Seneng lihatnya pada kompak. Jadi ga merasa sendiri di negeri orang
Selalu terpikat dengan suasana Ramadhan serta Lebaran di negeri orang. Bapak ibuku pernah ngerasaain waktu masih tinggal di Hongkong dan ini temenku yang lagi di Eropa juga bikin mupeng aja nih. Hiks, semoga suatu hari bisa berpijak di Groningen
Walau di Belanda merayakan lebaran tapi kalau hidangannya opor ayam, rasanya seperti di tanah air ya mbak. Tentu saja senangnya ga kalah dengan ketika berada di tanah air.
Alhamdulillah ya mbak silaturahmi sejauh apapun tetap terhubung dengan hadirnya internet, apalagi momen lebaran setahun sekali sakral banget untuk dilewatkan
lebaran tahun ini gak kemana-mana, di rumah aja
seru kalau pas lebaran bisa ketemu teman-teman baru juga ya mbak
aku kangen bikin acara potluck, dulu cukup sering sama komunitas couchsurfing, biasanya bikin kalau pas ada temen temen bule yang main ke indo
eh padahal lebaran kali ini udah bnayak yang mudik mbak. nggak ada reunian kah?
bikin acara sama teman-teman indo dengan konsep potluck aja mbak. senang yaa, jadi nggak ada yang direpotkan sendirian gitu..