Ghinarahmatika.com ~ Ketika melihat anak sendiri, terpikirkan di benak saya, bagaimana menjadikan muda mudi ini berkeinginan untuk menjaga bumi? mulai dari mana? keresahan ini muncul karena mereka akan menjadi generasi penerus negeri, sementara bumi kita saja kali ini semakin panas sekali. Resah saja tidak cukup, karena sebuah aksi kecil nyatanya lebih berarti.
Aksi terdekat misalnya mengelola urusan perut. Meski hidup bukan untuk makan melulu, tapi jelas kita tak bisa hidup jika tak makan. Kebutuhan perut menjadi alibi kita untuk beli ini dan itu, bikin ini dan itu. Kadang sekenanya jika kocek menipis, atau kadang semaunya ketika kita dompet berisi.
Padahal asupan kebutuhan kita sehari~hari itu terkait dengan berbagai aspek. Begitu pula cara kita mengelolanya. Bagaimana pengaruhnya dan hal yang seharusnya kita tahu dan lakukan sebagai muda mudi untuk menjaga bumi? Yuk, simak tulisan saya santai tuntas ya!
Sustainable Food Consumption : Karena Urusan Makanan Tidak Berhenti Ketika Kita Makan
Ingatan tentang makanan yang ada dalam benak saya masih sebatas urusan dapur dan meja semata. Sebagai bukan anak petani, saya tidak begitu akrab dengan proses pengolahannya. Pun begitu, sisa makanan yang hadir setelah mengolah makanan itu masih sebatas membuang dan membakar saja.
Namun membersamai ibu saat di dapur dan melihat cara beliau mengelola sisa makanan menjadi perhatian saya saat kecil. Ibu seringkali tidak langsung membuat biji sayuran. Tidak pula membuat batang sayurannya. Beliau membuat kebun di samping rumah menjadi lahan tempat biji dan batang sayur itu bertumbuh dan menjadi salah satu sumber pangan kami selain harus pergi ke pasar.
Baca juga : Kurangi Selimut Bumi dengan Kurangi Jejak Karbonmu
Hal yang dilakukan oleh ibu saya mungkin semacam cara untuk membuat sistem keberlanjutan pangan untuk keluarga. Karena keluarga sebagai suatu entitas terkecil membutuhkan sumber ketahanan pangan berkelanjutan untuk tumbuh kembang seluruh anggotanya. Makan dan kebiasaan pola makan adalah titik awal yang menjadikan pegangan mereka bertumbuh hingga besar kelak.
Sebuah sistem keberlanjutan makanan (Sustainable food system) menjadi acuan penting bahwa makan tidak sekadar makan. Ada banyak hal penting yang perlu kita ketahui tentang isi perut kita. Dari mulai pengolahannya, penyalurannya, jenis nutrisi yang kita makan, sampai cara kita mengelola sisa makanan tersebut.
Sistem pangan yang kita konsumsi perlu memperhatikan keamanan makanan dan nutrisi yang terkandung pada makanan tersebut. Selain itu perekonomian dan kondisi lingkungan dari pangan yang dihasilkan pun sepatutnya harus berbasis sosial dan lingkungan yang berkelanjutan sehingga bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
Nah lho, berat ya!
Biar nggak terlalu berat, kita urai dari hal hal terkecil dulu yuk, seperti makan!
Isu Keberlanjutan Makanan dan Cara Menghadapinya
1. Keberlanjutan Pertanian
Dulu saya bangga sekali karena semenjak sekolah, berbagai buku dan guru bilang bahwa Indonesia merupakan negara agraris sekaligus negara maritim terbesar. Namun semakin dewasa dan melihat banyak realita, bahkan untuk pertanian saja sekarang ini semakin miris kondisinya.
Petani sebagai aktor utama pertanian semakin minim peminatnya. Krisis regenerasi ini juga didukung dengan lahan yang semakin berkurang. Nggak perlu jauh~jauh sih, kita sendiri banyak yang lebih tertarik bekerja kantoran atau rumahan daripada ke sawah. Lahan sawah atau perkebunan pun banyak beralih fungsi menjadi gedung maupun perumahan. Dan yang nggak bisa terelakkan lagi, gas rumah kaca dari produksi makanan juga menyumbang polusi yang cukup besar, sekitar 13% dari gas rumah kaca di Indonesia. Kebutuhan airnya pun bisa sampai 72%.
Lalu kita bisa apa?
Karena kita memang butuh makan untuk hidup, maka kita perlu pula ikut merawat sumber pangan tersebut. Sesederhana beli produk dari petani lokal, bijak membeli dan mengolah bahan makanan tersebut, dan menanam kembali atau pun menanam sendiri apa~apa yang bisa kita tanam. Kurang bagus apa tanah kita untuk menanam, apa pun bisa tumbuh, lho!
2. Tantangan Nutrisi
Ada hal~hal miris yang muncul di masyarakat kita soal makanan ini. Seperti halnya semakin kencang kampanye stunting disuarakan karena faktanya banyak anak~anak yang kekurangan gizi. Meski anehnya justru banyak remaja maupun dewasa yang terkena diabetes. Eh di sisi lain kok Indonesia menghasilkan food waste keempat terbanyak sedunia. Wadaw, sungguh aneh tapi nyata!
Beban ganda malnutrisi ini tentu saja PR yang harus kita sikapi dengan serius.
Sebagai orang tua, saya dan suami pun ingin sekali memberikan nutrisi terbaik untuk anak. Saya yakin teman~teman pun berkeinginan demikian. Tapi gempuran iklan dan jajanan yang berjejer di toko toko ternyata lebih menggiurkan untuk mereka. Padahal label nutrisinya jelas kurang sehat untuk mereka. Bahkan yang narasi jajan bagi anak~anak itu adalah produk toko bukan cemilan olahan maupun buah~buahan.
Baca juga : Mindful Eating saat Ramadan
Memang narasi terhadap sebuah makanan itu kita sendiri yang menciptakan. Pengenalan terhadap makanan juga kita sebagai orang tua yang menjadi pintu pertamanya. Mengubah narasi dan menciptakan kondisi mendukung untuk pertumbuhan optimal anak tentunya bisa dimulai di lingkup terkecil dan terdekatnya yaitu keluarga.
So, kita bisa memulainya dengan mengenalkan pentingnya pengecekan label makanan, biasakan makan sampai habis untuk menghindari food waste dan mubadzir, mengenalkan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan.
Seperti halnya anak~anak muda dari Skelas (Sentra Kreatif Lestari Siak) yang sudah banyak mengembangkan produk lokal untuk dipromosikan dan berkembang hingga lestari dan sejahtera bersama. Keren banget lho, bahkan mereka memberikan pelatihan dan inkubasi buat muda~mudi yang ingin mengembangkan bisnisnya!
3. Food Loss and Food Waste
Indonesia merupakan negara keempat terbesar yang menghasilkan food waste. Saya ulangi tulisan tersebut agar kita ingat betapa jeleknya peringkat tersebut padahal kita tahu bahwa ajaran agama mana pun tidak membolehkan kita untuk membuang~buang makanan.
Kita bisa kok jika mengupayakan sebisa mungkin agar tidak ada hal yang mubadzir. Kegiatan seperti food preparation, bikin list belanja, mengatur keluar masuknya makanan, dan mengolah ulang. Kegiatan apapun yang pasti usahakan agar tidak ada makanan yang tersisa.
Penutup
Bagaimana, anak muda dan kamu yang berjiwa muda, tertarik untuk memulai diri turut serta menjaga bumi Indonesia? Ayolah, jangan terlalu banyak wacana. Segera ambil langkah dari sekitarmu. Mari bergerak mulai dari hal kecil yang baik dan dilakukan secara terus menerus. Bismillah.
emang miris ya jika negara kita termasuk yang suka buang- buang makanan, padahal banyak saudara kita yang masih kekurangan makanan lho
Keknya menjaga bumi harus di mulai dari para anak muda yang punya semangat jiwa yang tinggi nih. Biar untuk kedepanya bumi gak terlalu rusak kalo dicegah sedini mungkin
Semakin bersyukur saat ini di sekolah anak-anak mulai diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga bumi, dan cara-cara yang bisa mereka lakukan untuk menjaga. Dengan masuk kurikulum sekolah, orangtua semakin mudah membiasakan anak untuk menjaga lingkungan
Bener banget nih, yuk para generasi muda mulai lakukan perubahan demi keberlangsungan kehidupan di bumi
Food waste berarti sampah dari sisa makanan yang kita makan atau sisa dari sayur mayur yang akan kita olah mbak?
bisa keduanya mbak
Salut sama muda-mudi generasi zaman sekarang atau lebih dikenal gen Z yang semakin concern terhadap bumi 🙂 Sebagai langkah awal, mulai dari diri sendiri pasti bisa. Aku selalu membawa botol minuman sendiri, menghabiskan makanan tanpa sisa, membuang sampah pada tempatnya dll. Semua orang pasti bisa menjaga bumi kita.
Apa yang kita konsumsi perlu diperhatikan kemana akhir dari makanan tersebut ya kak. Dulu orang tua aku juga sama suka nanam-nanam sisa sayuran kangkung batangnya ditanam disamping rumah. Bukan hanya itu seperti cabai, tomat dan lain-lain jadi tidak usah beli lagi. Sekarang akupun melakukan hal yg sama meski kadang tidak konsisten tapi berusaha dan menjaga untuk menanam bahan sayuran dan tanaman lainnya.
Aku juga beli beras dari petani lokal. Hal-hal yang terlihat sepele justru itu hal yang bisa menjaga keberlangsungan ya kak.
Artikelnya sangat bermanfaat sekali, sebagai anak muda kita emng tidak boleh acuh terhadap bumi kita. Kadang kesel banget liat orng yang sembarangan buang sampah, pengen banget aku lemparin dampaknya ke mereka. Begitulah, mudah2an makin banyak yang men yuarakan tentang menjaga bumi demi kehidupan bumi kita yang lebih baik.
Masalah sampah organik kalau ditelaah lebih dalam memang sangat kompleks ya. Generasi muda harusnya menjadi gerakan terdepan nih. Mengajak yang tua sekaligus memberi contoh kepada yang muda bagaimana menyikapi kondisi seperti ini
Setelah mencoba food preparation, aku merasa ini ngebantu sekali, terutama mengurangi sampah plastik. Selain itu buat daftar belanjaan juga agar yang ingin dibeli terkendali dan tidak ada barang atau makanan yang terbuang.
Sama dengan saya, lahir dan tumbuh di “tengah sawah” tapi tidak tahu cara menanam padi. Setiap kali saya menanam ulang sisa sayur yang dibeli, pasti ujung-ujungnya mati 🙁 Ini yang saya masih perlu belajar lagi: menanam untuk keberlanjutan pangan.
saya masih ingat dulu waktu kecil suka sekali pergi ke sawah, main di antara pohon jagung. Terus makan jagung rebus yang baru saja di petik, nanam biji kacang, panen kacang tanah dan lain sebagainya. sekarang sepertinya nasib petani entah bagaimana. Juga miris memang, orang sukanya makan ambil banyak-banyak, tetapi ngga dihabiskan, jadi deh penymbang food waste terbesar di negeri ini.
Saya tuh kangen tinggal di desa, yang walauoun minomalis, samping rumah ada tanah yg bisa ditanami. Cabai, seledri, atau apalah yg simpel-simpel. Sayangnya kini masih di oetkamoungan tengah kota. Yg bahkan mirisnya, banyak liat orang buang sisa makanan bgitu saja.
Emang sedih ya masih banyak food waste. Padahal dalam agama pun sangat gak boleh, karena merupakan hal mubadzir.
Manajemen makanan dalam rumah tangga memang perlu dilakukan dimulai dari belanja makanan, food preparation, dll. Kalau bisa masak jangan berlebihan supaya gak terbuang sia2 yaa.
Wah boleh diterapkan ini, tapi saya emang gak ahli dalam tanam menanam, saya jadi pengen belajar lagi biar bisa melengkapi nutrisi dari tanaman yang ditanam sendiri
Kalau ada pergerakan seperti ini jadi semangat juga buat memulai menjaga bumi ini, jadi tidak hanya diri kita sendiri saja yang berinisiatif tapi juga bisa merangkul banyak orang. Sungguh sangat membantu banget