ghinarahmatika.com – Dampak buruk polusi untuk bumi semakin terasa belakangan ini. Hujan sampai banjir, panas sampai terjadi heatwave, dan gletser mulai banyak yang mencair. Ketakutan ini terus menghantui dan kita harus siap menghadapi. Karena sekarang ini bumi sedang tidak baik-baik saja. Apa kabar dengan bumi ini nanti? Bagaimana kehidupan anak cucu kita nanti?
Ah, sungguh menyeramkan membayangkannya.
Baca ajuga : Kebahagiaan Menjalani Gaya Hidup Minim Sampah
Berbicara tentang polusi, saya jadi teringat beberapa buku tentang alam yang saya bacakan untuk anak saya. Di buku cerita tersebut menceritakan pertemanan dua sahabat yang terpisah karena asap polusi dari jejak karbon berbagai kendaraan yang berseliweran. Sahabat yang pindah negara tersebut terkena paru-parunya rusak karena polusi yang ada di negaranya. Si sahabat yang ditinggal merasa sangat sedih sekaligus kecewa dengan kondisi polusi di negaranya. Lalu dia pun bertekad untuk menjaga bumi dengan membuat gerakan di sekolah tempat ia belajar.
Setelah membaca buku tersebut, anak saya lebih sering melihat dan mencermati gambar-gambar yang ada di buku tersebut. Jarang dia mintakan saya untuk membacakan buku tersebut, tapi dia lebih sering mencermati buku itu lekat-lekat. Lalu kami pun jadi sering mengobrol tentang polusi.
‘Kenapa polusi disebabkan oleh manusia, Mah? Manusia kok jahat ya!
Waduh, iya manusia kok jahat ya kalau dipikir-pikir. Kita terlalu egois memenuhi berbagai keinginan dengan berbagai cara hingga menyakiti bumi. Namun saya ingin menjelaskan bahwa tidak semua manusia begitu.
‘Manusia memiliki dua sisi, kebaikan dan keburukan. Yang dalam cerita itu menjadi pelajaran dan pengingat buat kita bahwa apa yang kita lakukan bisa berdampak pada alam. Baik itu dampak baik atau dampak buruk. Yang hidup di bumi ini bukan hanya manusia. Jadi kita juga harus menyayangi makhluk ciptaan Tuhan yang lain ya’.Begitu kurang lebih jawaban saya.
Gara-gara cerita itu, dia akhirnya mencoba untuk lebih aware bahwa kini bumi semakin tidak baik-baik saja. Kami pun mengupayakan banyak hal untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan. Memang manusia tentu memiliki andil besar hingga menjadikan bumi kini semakin memburuk, namun kita tentu juga punya peran besar untuk menjaga bumi tetap lestari.
Pengaruh Perkembangan Dunia terhadap Peningkatan Jejak Karbon
Perkembangan dunia saat ini benar-benar tanpa dugaan. Manusia terus mengembangkan berbagai ide yang menghasilkan banyak sekali inovasi. Hal ini tentu bagus untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin beragam. Dulu nggak ada yang menyangka bahwa kegiatan perekonomian bisa berjalan hanya dari genggaman, kerja bisa dari rumah saja, dan dalam sehari kita bisa berpindah-pindah tempat dengan perkembangan yang terus bermunculan. Jadilah semua terasa serba cepat. Inginnya semua serba instan.
People growth, but earth worse.
Manusia terus melakukan berbagai macam terobosan untuk membuat suatu hal lebih mudah. Pembangunan pun terus digalakkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Untuk menyeimbangkan perkembangan yang terus bermunculan dengan kondisi bumi, para praktisi lalu menamakannya pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan menurut World Summit 2005 harus memperhatikan pilar-pilar utama yaitu pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pembangunan secara terus-menerus tentu tak melulu baik. Para saintis bilang bahwa pembangunan yang muncul telah banyak melakukan eksploitasi pada lingkungan. Padahal sumber daya alam itu terbatas.
Bukan, ini bukan tentang menyalahkan berbagai inovasi yang bermunculan. Namun seringkali kita kebablasan ketika melihat sesuatu yang menghasilkan. Sering lupa bahwa dibalik suatu hal selain berbuah baik juga bisa berbuah buruk. Tentu saja berlebihan juga tidak baik.
Mengutip dari The Guardian, dari 100 perusahaan hanya 71% perusahaan di dunia yang bertanggung jawab atas emisi global yang dihasilkan oleh mereka. Namun tentunya saja bukan hanya perusahaan-perusahaan yang memunculkan kerusakan pada bumi. Kita sebagai pengguna juga ikut menjadi penyumbang kerusakan bumi yang menjadikan bumi semakin panas dan krisis iklim semakin terasa. Tingginya karbondioksida dalam atmosfer juga disebabkan oleh pergerakan manusia. Mengutip dari The Conversation, kita ini manusia rakus karbon.
Bagaimana tidak? listrik, manufaktur, dan transportasi menjadi hal yang tidak terpisahkan untuk memenuhi kebutuhan manusia setiap harinya. Sementara kini mobilitas manusia pun semakin tak terbatas, yang artinya jejak karbon semakin menguap banyak memenuhi udara.
Krisis iklim lebih cepat dari yang diperkirakan oleh para ahli. Belakangan kita mengeluhkan berbagai banjir yang semakin biasa terjadi, panas yang menjadi-jadi, kualitas udara menurun, kualitas air tak sesegar dulu, belum lagi gagal panen pun sering terjadi.
Apa kita hanya akan terus mengeluh dan membiarkan kondisi ini begini terus-menerus?
Kurangi Jejak Karbon untuk Hempaskan Selimut Polusi di Bumi
Jejak karbon menjadi fokus perbincangan para ahli dan perusahaan hingga kini akhirnya muncul alat penghitung jejak karbon. Secara istilah sendiri jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan/aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu. Ide jejak karbon sendiri muncul pada tahun 1970 untuk membantu pemangkasan penggunaan energi saat terjadi krisis energi akibat konflik di Timur Tengah.
Meski banyak pihak menyudutkan jejak karbon korelasi pertanggungjawabannya kepada perusahaan dan raksasa teknologi, namun tentunya kita sebagai konsumen juga menghasilkan jejak karbon yang tinggi juga. Penelitian Inggris, Marcelle McManus pun menghitung penggunaan gas emisi dan hasilnya menunjukkan bahwa justru rumah tangga menghasilkan gas emisi terbesar.
Bumi dan alam sekitarnya menjadi tanggung jawab bersama. Maka dari itu kita wajib banget untuk mengurangi jejak karbon dengan melakukan banyak hal seperti :
- Jalan kaki
Jika kamu ada keperluan dan jaraknya hanya 2 km cobalah untuk jalan kaki. Menggunakan kendaraan seperti mobil dan motor akan menghasilkan jejak karbon 2,5 kg dari setiap liet bahan bakar yang digunakan.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa selain jalan kaki membuat tubuh kita sehat, ternyata studi dari Standford menunjukkan fungsi otak kita akan meningkatkan kreativitas dan mempertajam pikiran kita. Bukan sekadar untuk fisik, nyatanya jalan kaki bisa menjadi solusi bahkan ketika kita sedang tidak bisa berpikir(blocked).
- Bersepeda
Jika jalan kaki terlalu berat, cobalah bersepeda. Jangan hanya menjadi tren karena ikut-ikutan saja donk. Bersepeda bisa menjadi solusi untuk kebutuhan perjalanan yang lebih jauh lho.
- Konsumsi produk lokal
Dengan posisi Indonesia sebagai negara rempah dengan tanah yang subur memudahkan kita untuk menanam apa saja. Hal ini tentunya mempermudah kita untuk mengurangi jejak karbon dan pengeluaran keuangan kita.
Dengan kebiasaan untuk mengkonsumsi produk lokal, kita telah menyumbang pengurangan emisi cukup besar. Karena 16 miliar ton gas rumah kaca yang setiap harinya dihasilkan dari mobilitas sektor pangan dunia.
- Hidup minim sampah
Habiskan makanan, pakai barang sampai habis, dan selalu membawa wadah makanan, tas belanja hingga bawa botol minum sendiri adalah usaha minimal yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang. Kerepotan ini membuahkan hasil yang cukup besar lho untuk mengurangi sampah organik maupun anorganik.
Baca juga : Cara Mengolah Sampah dengan Metode Takakura
- Hemat energi dan listrik
Kebutuhan digital yang memang nggak bisa kita hindari, tapi pengendalian terhadap penggunaan teknologi itu ada pada kita. Menjadi pengendali berarti kita belajar lebih bijak pada diri untuk kemanfaatan kita dan anak cucu kita nanti. Ingat selalu, energi dan listrik berasal dari energi yang tidak dapat diperbarui, lho!
6. Berbelanja secara mindful
Belilah sesuatu karena kebutuhan. Perhatikan juga berbagai pertimbangan saat akan membeli sesuatu. Ingat selalu akan ada jejak karbon yang dihasilkan saat berbelanja.
- Peduli terhadap hutan
Hutan adalah paru-paru dunia. Hutan menjadi salah satu penyerap emisi karbon yang kita hasilkan. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.Kita tanpa hutan bukanlah apa-apa. Maka dari itu kita harus menjaga hutan dengan baik.
Deforestasi sayangnya kini semakin menjadi-jadi. Tantangan melindungi hutan semakin membutuhkan kepedulian berbagai pihak. Syukurnya ditengahnya gencarnya eksploitasi hutan besar-besaran, kini makin banyak komunitas maupun gerakan yang menunjukkan kepeduliannya terhadap hutan. Kita bisa menjadi bagian dari mereka dan melakukan kolaborasi #selimutpolusi #mudamudibumi #untukmubumiku #teamforimpact.
Setiap kita adalah pahlawan jika kita peduli pada lingkungan. Yuk kurangi jejak karbon dan menjadi bagian dari orang-orang yang memberi dampak baik pada lingkungan.
Referensi :
https://www.theguardian.com/sustainable-business/2017/jul/10/100-fossil-fuel-companies-investors-responsible-71-global-emissions-cdp-study-climate-change
https://theconversation.com/riset-demi-kelestarian-bumi-masyarakat-kaya-harus-perbanyak-konsumsi-makanan-lokal-dan-kurangi-pangan-impor-186126
https://theconversation.com/bagaimana-perusahaan-energi-fossil-membajak-konsep-jejak-karbon-dan-melempar-tanggung-jawab-lingkungan-kepada-rakyat-185212
Udh mulai banyak tanda2 kalo bumi sedang sakit. Korsel kebanjiran parah, KL bbrp waktu lalu juga banjir hebat di daerah elite nya. Semoga itu semua bisa menyadarkan banyak orang, kalo bumi memang butuh bantuan skR ini.
Ga kebayang ya mba, kalo masih aja ga peduli, ntah harus gimana lagi bencana yg datang :(.
Aku sendiri palingan cuma bisa nekanin dan mulia dari anak2 ku dulu. Ttg pentingnya menghemat listrik, mengurangi sampah, tidak buang2 makanan, dan mengurangi plastik. Ada beberapa yg aku belum bisa, cth nya kayak pembalut diganti ke mesntrual cup, jujur ga bisa dan belum berani. Mungkin nanti, tapi skR aku msh lebih nyaman pakai pembalut.
Setidaknya utk sampah lain, aku berusaha utk bisa mengurangi pemakaian yg ga perlu. Sampah2 kayak botol kaca, minyak jelantah, kertas, dll, itu semua aku kasih ke komunitas recycle yg bisa mengolah itu semua. Jadi berharapnya bisa lebih berguna nantinya
Mengurangi jejak karbon bisa dengan cara sederhana ya kak salah satunya dengan jalan kaki murah meriah dan bikin badan jadi sehat hehehe
Noted kak. Berbelanja harus selektif dan dibuat list ya. Agar tidak menambah jejak karbon..