Kegiatan kita sebagai sehari-hari menghasilkan sampah rumah tangga. Kegiatan yang akrab dengan perempuan ini ternyata memberi pengaruh dan kesempatan juga untuk memahami lingkungan. Bayangkan, kegiatan bebersih yang kita anggap membersihkan sesuatu, ternyata di lain sisi itu mengotori habitat lain. Lho kok bisa?
Hmm, selain konsumen aktif, kita juga ternyata produsen aktif ya, produsen penghasil sampah pula!
Ya, seringkali kita tidak menyangka, ternyata ada banyak kegiatan kita yang membahayakan makhluk lain. Kita mungkin sudah akrab dengan perintah untuk membuang sampah pada tempatnya. Tapi, pengetahuan sampah itu sendiri kita masih minim. Kebanyakan dari kita hanya tahu bahwa sampah itu kayak sisa makanan, plastik bekas makanan, dan lainnya. Sementara, pada tempatnya? Hm, apa cukup dengan buang di tong sampah saja?
Festival Perempuan : Talkshow Perempuan dan Lingkungan
Setelah menikah, mengurusi segala urusan rumah tangga itu membuat saya mau tidak mau belajar tentang seluk beluknya. Bahkan untuk urusan sampah pun, yang dulu saya anggap hanya kumpul-angkut-buang itu sudah cukup, ternyata kini menjadi urusan penting yang perlu dipelajari. Iya, ada ilmunya.
Dari situlah saya merasakan betul bahwa perempuan dan lingkungan itu memiliki keterikatan yang kuat. Perempuan memiliki peran yang besar juga terhadap lingkungan.
Urusan perempuan di ranah domestik itu banyak hal dan berpengaruh terhadap banyak aspek juga. Terutama terhadap lingkungan. Bahkan dari kegiatan seperti mencuci saja, hasilnya bukan sekadar pakaian yang bersih. Busa-busa yang dihasilkan dari cucian itu sampah. Ah, belum lagi sisa minyak jelantah, sisa makanan, dan sisa air bekas ngepel dan sisa sampah dari kegiatan bebersih lainnya. Urusannya menyangkut aspek kesehatan dan lingkungan ya.
Saat Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) mengadakan Talkshow bertema ‘Perempuan dan Lingkungan’ dalam rangkaian Festival Perempuan 2021, saya pun merasa terpanggil. Terbayangkan bahwa materinya pasti sangat bergizi dan penting untuk diketahui, disebarkan dan bahkan dipraktikkan.
Pembicara pada Talkshow ini adalah mbak Anjarwati dari Yaporte Indonesia dan Mbak Aryenda Atma dari Pable Indonesia. Talkshow ini merupakan serangkaian Festival Perempuan yang diadakan IIDN dalam rangka menyambut ulang tahunnya yang ke-sebelas.
Jangan Remehkan Sampah Rumah Tangga
Mengawali diskusi, Ibu Anjar mengajak kita untuk melihat kembali kegiatan kita sehari-hari. Dari mulai sikat gigi, mandi, cuci baju, cuci piring dan lainnya, ternyata semua berhubungan erat dengan kebersihan. Hal itu berarti kita juga tidak bisa lepas dari salah satu unsur bumi, yaitu air.
Sumber air kini banyak yang tercemar, kan? Siapa coba kontributor utama penyebab pencemaran air itu?
Saya dan banyak peserta lainnya tentu saja langsung memberondong jawaban dengan menyalahkan keberadaan pabrik. Pabrik kan besar dan itu pasti menghasilkan sampah yang banyak sekali.
Well, tidak salah. Tapi perlu diketahui kegiatan kita sehari-hari menyumbang sampah yang tidak sedikit. 68% sampah adalah sumbangsih kita. Tentu saja ini mencemari lingkungan juga.
Baca juga : Hidup Minimalis Agar Gemar Rapi
Bu Anjarwati mengingatkan kembali, bahwa kita perlu paham kalau air buangan bekas cucian, ngepel, minyak jelantah yang dibuang ke got itu merusak ekosistem di dalam got. Limbah air cucian misalnya, itu mengandung senyawa yang sulit terurai seperti Alkyl Benzene Sulfonates(ABS) yang berasal dari sabun yang mengandung zat anti noda.
Maka kita baiknya mengubah persepsi lama kita tentang sabun. Tidak dipungkiri masih banyak yang menganggap bahwa deterjen atau sabun yang bagus itu yang berbusa banyak, berbau harum, serta mudah menghilangkan noda. Nope! Justru yang bagus itu yang sedikit tau bahkan tidak berbusa, bau netral serta berbahan alami.
Langkah Perempuan Untuk Peduli Lingkungan
Tentu ada banyak langkah yang bisa kita lakukan. Tak perlu muluk-muluk langsung berganti dengan produk jika memang kesulitan mendapatkannya atau tidak terjangkau harganya. Langkah kecil ini sudah cukup membantu untuk melestarikan bumi yang kita cintai.
1. Gunakan secukupnya
Jika memang kita tidak bisa atau kesulitan untuk mencari substitusi sabun/deterjen, bagaimana? Ini pertanyaan saya dan beberapa peserta lainnya. Jujur saja, memang cukup kesulitan untuk mendapatkan produk alami. Pun kalaupun ada, perlu proses adaptasi yang lama untuk menerima dan mengelolanya. Saya merasakannya saat menggunakan lerak. Aneh rasanya. Tidak bau, sedikit busa, dan beli leraknya susah, harus ke toko khusus.
Maka dari itu, Bu Anjar bilang, gunakan produk-produk tersebut dengan bijak. Pakai secukupnya, tidak berlebihan dan efektifkan penggunaan.
2. Hidup Minimalis
Gaya hidup yang sedang booming belakangan ini memang patut banget dicoba dan dilestarikan. Senangnya lagi, sekarang ini ada banyak komunitasnya. Jadi lebih banyak dukungan untuk menguatkan agar bisa konsisten menjalankan hidup minimalis.
Hidup minimalis membawa perubahan cukup signifikan terhadap pemenuhan barang. Semakin sedikit barang tentunya cukup membantu kita mengelola pengeluaran untuk belanja karena keinginan. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada jumlah sampah juga.
3. Olah sampah
Baca juga : Pilah Sampah Untuk Sekolah bersama Daur Resik
Dalam pengolahan sampah, kita mengenal yang namanya prinsip 5R. 5 R tersebut terdiri dari Refuse, Reduce, Reuse, Repurpose, Recycle. Prinsip ini perlu sekali dipertimbangkan dan dipraktikkan saat ingin membeli barang baru.
Selain menerapkan 5R, kita juga perlu mengolah sampah rumah tangga dimulai dengan memilahnya terlebih dahulu. Setelah dipilah, utuk sampah anorganik bisa diberikan ke bank sampah terdekat. Sementara untuk sampah organik, kita bisa mulai belajar mengompos.
- Beralih ke produk ramah lingkungan
Beberapa produk ramah lingkungan sekarang sudah mulai banyak beredar dan disuarakan oleh para aktivis lingkungan. Beberapa produknya bisa kita dapatkan di toko yang biasa akrab dengan sebutan Bulk Store.
Ini cerita tentang pengalaman saya berbelanja di Bulk Store Jogja.
Saya sendiri beberapa ke bulk store. Konsepnya memang bagus sekali. Kita bisa menemukan produk alami produksi masyarakat di sana. Sayangnya toko tersebut masih sedikit. Mungkin hanya ada di kota-kota besar. Untungnya kita bisa beli secara daring juga. Selain beli, sebenarnya kita juga bisa membuat produk alami itu sendiri. Tutorialnya bisa kita dapatkan dengan mudah di youtube.
Revolusi Kelola Sampah Tekstil
Sampah rumah tangga tidak hanya sisa makanan, bungkus cemilan dan perabot yang rusak. Yang kita pakai juga bisa menjadi sampah, yaitu sampah tekstil.
Sampah yang dihasilkan oleh produk tekstil semakin ke sini semakin banyak. Fast fashion semakin mengandrungi masyarakat. Perubahan gaya hidup, tuntutan sekitar, serta keinginan untuk terlihat wow di media sosial semakin mendukung perkembangan bisnis fast fashion itu sendiri.
Slow Fashion
Untuk melawan perkembangan tersebut, banyak aktivis yang kemudian menguarakan tentang slow fashion. Mencoba untuk lebih sadar dalam memenuhi kebutuhan sandang dengan memperhatikan keberlanjutan alam (sustaninable living).
Prinsip 5R bisa kita terapkan dalam menjalani gaya hidup slow fashion ini. Selain itu, jika mendesak harus membeli pakaian, maka pilihkan pakaian yang kainnya ramah lingkungan seperti kain katun, kain linen dan sebagainya. Tentunya jangan impulsive. Kain itu terbuat dari ratusan kayu, lho.
Olah Ulang Sampah Tekstil
Mengolah ulang sampah tekstil bagi sebagian orang merepotkan. Pakaian kita yang tidak lagi terpakai jadi seringnya hanya menjadi keset atau beronggok begitu saja di lemari.
Jika kita memang malas untuk mengolah ulang sampah tekstil, kita bisa lho menyumbangkannya ke tempat-tempat yang menerima pakaian yang tidak terpakai. Beberapa ada juga yang diberikan kepada yang membutuhkan. Ada juga yang diolah ulang menjadi produk lain.
Pable Indonesia, Daur Ulang Baju Bekas jadi Benang
Salah satu tempat yang bisa menerima sampah tekstil kita adalah Pable Indonesia. Digagas oleh Mbak Aryenda Atma, Pable hadir untuk memberikan alternatif baru dalam produksi produk sandang. Benang yang didaur ulang memberdayakan masyarakat di Jawa Timur. Dengan susah payah, akhirnya Pable berhasil membawa misi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dengan olahan benang daur ulang yang diproduksi menjadi pakaian layak pakai kembali.
Cara kerja Pable cukup unik, mengumpulkan berbagai limbah tekstil untuk kemudian diolah menjadi benang daur ulang. Hasilnya, berupa kain yang bisa diolah kembali menjadi jenis
Mari, Jadi Perempuan Peduli Lingkungan
Lihatlah, setelah membaca ringkasan talkshow di atas, ternyata ada banyak hal yang memberi insight baru yang bisa kita praktikkan dalam berbagai kegiatan kita. Saya sendiri merasa bersalah karena ternyata selama ini ada banyak hal yang dilakukan ternyata merusak bumi. Tentunya langkah-langkah tersebut berlaku untuk laki-laki juga ya.
Mari menjadi perempuan peduli lingkungan, dengan mengubah sedikit demi sedikit dari hal terkecil, terdekat, dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang.
Terima kasih untuk IIDN yang telah memberikan ruang belajar menarik ini. Selamat Ulang Tahun. 11 Tahun IIDN Berkarya, semoga semakin jaya dan manfaat.
Hem… Banyak sekali PR besar ibu rumah tangga. Aku konsisten belanja gak pake plastik dan pake wadah makanan sendiri aja masih sulit. Apa lagi mengolah limbah. Tapi memang harus dimulai dari kesadaran diri. Nice info mbak.
Biasanya memang baju yg sudah ga kepakai dijadiin lap atau keset. Ternyata ada juga yg mendaur ulang jdi benang.
jadi perempuan memang banyak PRnya ya Mbak, tapi perempuan jugalah yang punya banyak andil di berbagai aspek termasuk lingkungan ya.
baru tahu lho ada Pable ini, keren ya, daur ulang baju bekas jadi benang, nanti bisa menghasilkan pakaian baru lagi dong ya. Salut nih.
Perempuan gak sekedar kasur, sumur, dapur. Harus lebih cerdas dan berkaitan erat dengan lingkungan. Pable ini langkahnya moga ke depannya banyak diikuti oleh yang lainnya
kemarin ngebaca tentang sampah makanan di Indonesia yang mencengangkan, salah satunya dari rumah tangga.
Peran ibu sebagai pengelola rumah tangga pasti sangat berperan dalam sampah dan pengelolaannya sih
Kenapa perempuan dekat dengan peranannya menjaga lingkungan, menurutku sih karena kebayakan perempuan bekerja di bagian esensial yang berpotensi menghasilkan limbah. Suka banget deh dengan semangat talkshownya!
Wah iya nih, sampah rumah tangga (sampah domestik) ini jumlahnya sering kali ngga disadari bisa banyak banget ya kak.
Kalau Ibu2 ngga ikut berperan, kebayang menumpuknya sampah di area rumah.
Kak Ghinaa terimakasih resumenya. Kemarin aku ikutan juga yang ngomongin soal lingkungan ini tapi ngga sampai habis keburu anak minta kelonin hahaha.
Suka banget sama konsepnya dan saat ini aku lagi nyoba untuk menerapkan slow fashion ini
Masyallah webinar dari IIDN selalu keren ya Mbak Ghin. Meski nggak ikutan sesinya alhamdulillah dapet sharingnya darimu. Sedang belajar untuk hidup minimalis juga nih
aku juga ikutan talkshow ini mbak
dapat banyak insights
jadi makin semangat jaga lingkungan
Limbah di sekitar kita pun juga perlu untuk dipikirkan cara mengolahnya yang baik, karena akan berdampak pada lingkungan kita juga ya
Tak terasa ya udah umur 11 tahun nih IIDN. Semoga makin berkibar dan cetar. Aktivitasnya makin bermanfaat buat anggota dan lainnya. Sukses ya buat IIDN.
wah acaranya pasti seru banget saya suka kalau udah bahas soal perempuan apapun itu, sayangnya ga bisa ikutan ya pas acaranya, kelewat
masalah lingkungan ini adalah tanggung jawab bersama, dari anak kecil hingga dewasa, tidak hanya untuk perempuan saja laki2 pun mesti turut andil dalam menjaga lingkungan
Nah ini dia yang dicari.
Seringnya nggak banyak yang sadar akan barang fashion yang juga bisa jadi sampah. Terbiasa senang membeli dan setelah kumal, biasanya teronggok di lemari atau dibuang begitu saja. Ternyata ada tempat untuk mendaur ulangnya menjadi benang kembali. Pable.
Sampah rumah tangga itu memang banyak banget, apalagi sekarang jadi lebih sering makan dirumah, sementara saya masih baru tahap memilah sampah organik dan non organik, botol botol gantung depan pager suka ada yang ambi
Sayuran yang bisa regrow saya regrow tapi ya baru sebatas bawang daun, seledri, kangkung ☺️
Allhamdulilah acara yang keren banget walo ga bisa ikut semua