Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Katering Groningen : Belajar Masakan Nusantara di Belanda

2 min read

usaha katering di groningen

saya jadi tertarik buat belajar lebih dalam masakan nusantara dengan manfaat internet setelah ditawarkan teman. Antara galau tapi pengen. Ah, tapi kalau tidak dicoba kan tidakn tahu. So, di Belanda ini malah saya jadi belajar masakan nusantara.

‘Mba, nanti mau ya ikutan katering? Buat gantiin Mba yang mau pulang ke indonesia. Oke? 

Tiga tahun yang lalu pas ke Groningen saya hanya jadi penikmat saja. Keren sih, skill masaknya ibu-ibu nih jago banget. Hm.. tapi kemampuan memasak saya cuma berkutat antara gorengan dan tumisan doank. Cetek banget emang. 

Pengen tapi skill masak cuma segitu doank. 

Tapi lumayan juga kan bisa buat nambah uang belanja di sini. Gaji rupiah di sini jauh banget selisihnya. 

Akhirnya setelah mendiskusikan terlebih dahulu dengan suami, maju mundur mencatat masakan apa saja yang bisa saya bikin, dengan modal nekat saya pun memberanikan diri untuk ikutan buka katering. Bismillah

Buka Katering di Belanda

belajar masak dengan manfaat internet
Jualan di acara Groens Cup saat hamil 8 bulan

Kalau ditanya orang, ada nggak kayak semacam gof**d kalau di belanda, ada, kok tapi harganya bikin gigit jari sih.

Tapi sekarang kalau orang berkunjung ke Groningen, bakal saya jawab, ada dengan harga terjangkau dan masakannya adalah masakan nusantara pula. Sekalian mempromosikan masakan sendiri ya kan? Wkwk

Dengan menerima tawaran untuk ikutan tim katering, ada banyak hal yang saya pelajari lho. 

1. Level up cooking skill

Menikah bisa jadi merupakan jalan ninja saya untuk betah berlama-lama di dapur. Hanya sejak menikah saya akhirnya tahu banyak tentang masak memasak. Bahkan yang ngajarin masak awalnya adalah suami. Meski yang diajarin yang sederhana juga, sayur tumisan dan gorengan.

Ketika ditawarin teman untuk ikutan katering di Belanda, saya diminta untuk mengawasi dulu di grup provider masak tentang tata cara serta pilihan menu yang banyak diminati. 

Ah, ternyata yang ditawarin itu jarang banget tumisan atau gorengan gitu.

Baca juga : Kenangan dalam Semangkuk Bubur Manado

Akhirnya hari-hari saya pun lebih sering scrolling medsos atau youtube para food vlogger maupun influencer masak-masak. Manfaat internet benar-benar kerasa. Saya menemukan ada banyak banget youtuber indonesia yang muncul dan menghadirkan berbagai resep. kalau mau resep ala rumahan, saya juga hubungi ibu. Telkom Indonesia untungnya bisa sampai ke pelosok hingga rumah orang tua saya pun jaringannya lancar.

Hidup di luar negeri, malah saya merasa lebih akrab ngubek-ngubek youtube orang indonesia. 

Yang membuat saya bangga, ternyata hasil masakan saya nggak begitu failed rasanya, meski penuh trial and error juga sih. Tapi senang rasanya malah jadi meningkat skill memasaknya.

2. Memasak masakan khas indonesia

Nah, ini yang meresahkan juga awalnya. Ternyata masakan yang ditawarkan para provider memasak itu kebanyakan adalah masakan khas nusantara macam dendeng balado, dendeng batokok, ayam bumbu bali, dan sebagainya.

Olahan ayam aja banyak banget ternyata. Selama ini paling sering padahal ya ayam kecap dan ayam goreng doank. 

Memang nggak perlu begitu khawatir masalah bumbu. Karena untungnya di Belanda  kita mudah mendapatkan rempah-rempah khas Indonesia. 

Akhirnya dengan hasil pemantauan selama dua mingguan, saya pun memberanikan diri untuk mencoba dan mengingat-ingat masakan indonesia yang pernah saya makan saat di Jogja. Lumayan juga ya ternyata kulineranku nih. 

Dalam seminggu kemarin pun akhirnya saya bisa lho membuat coto makassar, soto betawi, tahu gejrot, ayam bakar taliwang, dan otak-otak udang. Malah jadinya makin semangat buat cari menu tradisional khas nih. 

3. Suami sebagai pengantar makanan

Sebenarnya bisa juga makanan yang dipesan diambil sendiri oleh pemesan. Namun tak sedikit yang minta untuk dikirimkan ke rumahnya. 

Nah, di sinilah kerjasama pasangan diperlukan. Istri yang mengolah masakan, suami yang wara-wiri untuk mengirimkan makanan tersebut kepada pemesan. 

Di sini suami terlibat banget dalam urusan dapur. Tidak hanya urusan masakan lagi, tapi juga urusan harga. Karena kadang saya malah sering nitip belanjaan karena tokonya dekat dari kampusnya.  

4. Belajar berjualan

Berjualan berarti harus memperhitungkan untung dan rugi. Wah ini hal baru banget sih buat saya yang baru berkecimpung di dunia bisnis. 

Belajar hitung-hitungan soal untung rugi ini cukup menantang buat saya. Jadi ingat, dulu pas saya punya ‘anak kos’ yang ikut makan juga, saya kasih harganya murah banget. Saya hanya menghitung modal sayur tanpa mempertimbangkan lelah yang saya habiskan, minyak dan bumbu yang saya gunakan, serta waktu yang saya gunakan.

Nah, sekarang akhirnya perlahan-lahan saya mencoba untuk menerapkan bahwa berjualan itu jangan hanya menghitung modal. Waktu dan lelah yang kita lakukan juga perlu dihitung. Meski memperkirakan keuntungan, suami juga sering mengingatkan saya untuk menghasilkan yang terbaik, bumbu yang melimpah, serta jumlah makanan yang nggak sedikit. 

Seru ternyata belajar berjualan makanan ini. Meski jauh dari Indonesia namun saya makin cinta dengan budaya Indonesia, terutama hasil rempah dan olahan masakannya. Internetnya indonesia memberikan kemajuan pada banyak kemudahan mendapatkan banyak akses.  

Ghina Hai, saya Ghina. Perempuan pecinta pagi, pendengar setia radio dan podcast, menulis tentang kehidupan perempuan dan hal terkait dengannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

error: Content is protected !!